33 C
Jakarta
Thursday, May 2, 2024

Rabu Abu Jalan Menuju Keselamatan

BERITA LAIN

More
    Romo Agustinus Tri Budi Utomo, memasang Abu di dahi umat di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya, pada Ibadat Rabu Abu, Rabu (2 Maret 2022). Dok. Pribadi

    SURABAYA, Pena Katolik — PEMBUKAAN Prapaskah tahun 2022, telah dimulai dari Misa Rabu Abu yang dilangsungkan secara meriah di seluruh dunia walaupun masih terbendung dengan maraknya wabahnya virus omicron yang merupakan sekawanan Covid-19.

    Secara khusus, di Keuskupan Surabaya, Misa Rabu Abu dipersembahkan Romo Agustinus Tri Budi Utomo, Rabu 2 Maret 2022 di Katedral Hati Kudus Yesus (HKY). Selama Misa, kursi-kursi yang disedikan panitia, terisi penuh. Bahkan terlihat masih ada umat yang berdiri selama mengikuti ibadat Rabu Abu berlangsung. Bagi mereka, bukan kursi yang dibutuhkan. Tetapi kesiapan hati menyambut Paskah dalam menjalani puasa selama 40 hari harus lebih diprioritaskan.

    Tentunya jalan menuju keselamatan telah tergelar di depan. Untuk mencapai keselamatan yang hakiki untuk boleh mendiami surga harus melewati 40 hari puasa sebelum merayakan kemenangan yaitu Paskah.

    Membuka Rabu Abu, Romo Agustinus mengatakan, Rabu Abu merupakan praktek spiritual sebagai orang Katolik sampai memuncak di Tri Hari Suci (Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci). Upacara atau ritus tobat ditiadakan karena nanti setelah homili akan memakai bentuk upacara pertobatan yang berbeda, yaitu dengan penandaan abu di dahi kita. Bahwa kita tidak lagi sombong dengan hidup ini. Bagian yang kita dambakan selama ini adalah abu dan itu akan kembali ke tanah. Sedangkan berupa nafas yang di dalam abu itu, itulah hakekat jati diri kita di hadapan Allah. Maka akan diperbaharui kembali hidup kita.

    Dalam Misa Rabu Abu itu, Romo Agustinus atau yang biasa dipanggil Romo Didik menyampaikan lima hal penting di dalam masa Prapaskah dengan menyebut akronim S-E-J-U-K.

    Untuk mencapai S-E-J-U-K, umat Katolik akan memulai dari huruf ‘S’ yaitu prapaskah itu hanya godaan sehingga membuat kita tidak sejuk di hati. ‘S’ pertama. Tidak sejuk di hati tetapi dengan masa puasa ini dan inti pendalaman dari masa prapaskah ini, diharapkan kita mampu mensejukkan hati dan pikiran. Ada dua “S” di sini yakni Sadar dan Sesal.

    Penerimaan abu oleh prodiakon. IST

    “Kita sadar bahwa yang kita diingatkan kembali agar nanti kita menerima abu di dahi untuk mengingatkan kembali perjuangan duit kita yang 90 persen yang kita keluarkan dari kantong untuk bersifat debu, untuk hal kedagingan. Maka kita sadar bahwa kita dari abu akan kembali menjadi abu, entah dimakam, entah dikrematori, kita akan menjadi abu. Kita juga sadar tentang hal-hal yang bersifat pakaian yaitu bukan koyakkan baju tetapi hati. Kita sadar betul apa yang bersifat kulit, bersifat aksesoris, bersifat aksidental untuk membedakan dengan yang bersifat hakiki, yang rohani, yang menjiwai. Puasa bukan masalah mimic muka, bukan masalah makanan, tetapi masalah hati yang sadar. Karena sadar kita sesal. Kita sesali apa yang telah salah. Tetapi bukan untuk terpuruk di dalam kesedihan, bukan terperangkap di dalam kekecewaan, sesal adalah kesadaran akan sesuatu yang salah, lalu kita mengubahnya menjadi baik, kita mau selalu optimis. Di dalam sesal, kita akan meminta maaf, mohon ampun, dibersihkan dari salah,” tambah Romo Didik.

    Doa untuk Ukraina

    Setelah sadar dan sesal, kita akan di bawa menuju ‘E’ yaitu Empati. Dengan empati, kita bisa merasakan orang lapar seperti apa, kita bisa merasakan penderitaan sesama seperti apa, kita bisa merasakan penderitaan korban perang Rusia menyerang Ukraina seperti apa. Mungkin politik dan ideology bisa menjadi arogan, bisa menjadi lupa daratan nyawa menjadi taruhan tapi kita dimasa puasa ini diajak untuk empati melihat korban perang Ukraina dan Rusia ini. Kita bukan hanya melihat hebatnya senjata tetapi bagaimana penderitaan lansia dan anak-anak sebagai korban perang Rusia menyerang Ukraina. Butuh empati, latihan merasakan penderitaan yang dirasakan orang lain.

    “Maka empati ini akan membawa kepada kita ‘J’ yaitu Jaga diri kita. Karena kita bisa merasakan empati dengan perasaan pasangan kita, perasaan anak kita, perasaan murid kita, perasaan tetangga kita, perasaan teman kita, kalau disakiti rasanya macam apa, kalau sedang susah tidak punya duit itu kayak apa, kita bisa merasakan. Maka kita patut menjaga diri kita, menjaga lidah kita, menjaga kata-kata kita, menjaga mata kita, menjaga napsu kita, menjaga keinginan-keinginan kita supaya kita menjadi efisien dan efektif bagi keselamatan hidup. Karena kita banyak memboroskan dan banyak hal yang kita rancang adalah justeru hal-hal yang tidak membangun kehidupan. Maka jaga ugahari kita”, tutur Romo Didik, seraya membawa umat semakin mendalami makna prapaskah dengan iman yang teguh.

    Setelah itu, sambung Romo Didik, kita akan ke ‘U’ yaitu Upaya adalah sesuatu yang harus kita usahakan. Maka di masa prapaskah ini tidak usah banyak berjanji dengan diri sendiri. Kita mengusahakan apa dalam hidup ini. “Aku berusaha meminta maaf ketika memarahi. aku usaha untuk sadar. aku usaha minta maaf kepada anak dan pasangan. kepada teman. aku berusaha merasakan perasaan orang lain.

    “Maka kita akan ke ‘K’ yaitu Korban. Kita berani berkorban. Korban karena apa? Korban ke arah tertentu yaitu ke arah terwujudnya suatu kedamaian, suatu kebangkitan. Supaya kita tidak putus asa, supaya kita tidak terluka. Ke arah kasih untuk kebangkitan Kristus. Supaya kita selalu optimis dengan hidup”, ungkap Romo Didik yang juga menjabat sebagai pemimpin umum Majalah Jubiluem, terbitan Keuskupan Surabaya, dengan lugas.

    Theresia, salah satu umat Katolik mengatakan selamat memasuki masa prapaskah, masa untuk merenungi dan memperbaiki diri. “Saat ini adalah masa yang penuh dengan penghayatan, pertobatan, puasa, bermati raga, beramal kasih, dan menyadari diri akan eksistensi diri di hadapan Tuhan. Berpuasa menyadarkan kita untuk tidak menjadikan itu sebagai tujuan mencari pengakuan, perhatian orang, dan mencari panggung agar orang menyayangi dan menghargai kita. Selamat memasuki masa prapaskah”, ucap Theresia di akhir wawancara.

    Felixianus Ali

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI