Sabtu, Juli 27, 2024
30.6 C
Jakarta

Bacaan Injil Hari Jumat 04 Maret 2022

Human hands open palm up worship. Praying to God. Eucharist Therapy Bless God Helping Repent Catholic Easter Lent Mind Pray. Christian Religion concept background.

Bacaan I: Yesaya 58:1-9a

BEGINILAH firman Tuhan Allah, “Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka, dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku.

Seperti bangsa yang berlaku benar dan tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyai Aku tentang hukum-hukum yang benar. Mereka suka mendekat menghadap Allah, dan bertanya, “Kami berpuasa, mengapa Engkau tidak memperhatikannya juga?”

Kami merendahkan diri, mengapa Engkau tidak mengindahkan juga?” Camkanlah! Pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi, serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan cara berpuasa seperti ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.

Inikah puasa yang Kukehendaki: Mengadakan hari merendahkan diri? Menundukkan kepala seperti gelagah? Dan membentangkan kain sarung serta abu sebagai lapik tidur? Itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan? Bukan!

Berpuasa yang Kukehendaki ialah: Engkau harus membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk; membagi-bagikan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah; dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian, dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!

Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar, dan lukamu akan pulih dengan segera. Kebenaran menjadi barisan depanmu, dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia berkata: Ini Aku!”

Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-4.5-6a.18-19

Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.

Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku.

Sebab aku sadar akan pelanggaranku, dosaku selalu terbayang di hadapanku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sendirilah aku berdosa, yang jahat dalam pandangan-Mu kulakukan.

Tuhan, Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; kalaupun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahanku kepada-Mu ialah jiwa yang hancur. Hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Bacaan Injil: Matius 9:14-15

SEKALI peristiwa datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus, dan berkata, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”

Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Demikianlah Injil Tuhan

Membawa Sukacita Seiring dengan Puasa

Masa persiapan Paskah dulu disebut Masa Puasa. Sebutan itu kini dinilai kurang cocok sebab dapat mengarahkan kita pada fokus yang kurang tepat. Seakan hal yang kita utamakan dalam masa ini adalah pantang dan puasa: mengurangi makan dan pantang makanan tertentu, tidak merokok dan sebagainya. Bacaan Suci hari ini mengajak kita untuk memperhatikan hal yang lebih mendasar.

    Dalam Bacaan Injil, murid-murid Yohanes Pembaptis bertanya dengan tulus kepada Tuhan Yesus, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”

    Alasan yang diajukan Yesus adalah bahwa “sahabat-sahabat mempelai laki-laki tidak sepantasnya berdukacita selama mempelai itu bersama mereka.” Hubungan kasih antara Allah dan umat-Nya diumpamakan dengan pesta perkawinan. Mempelai itu adalah Tuhan Yesus. Kedatangan-Nya di dunia memulai zaman baru yang penuh sukacita. Berpuasa adalah tanda berdukacita, tidak cocok untuk dilakukan selama Yesus mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah yang digambarkan seperti pesta kawin itu.

   Tuhan Yesus tidak menolak puasa. Ia sendiri berpuasa di gurun selama empat puluh hari. Puasa boleh dilakukan pada waktu yang sesuai, tidak harus mengikuti jadwal orang Farisi. Tetapi puasa haruslah disertai dengan hal yang jauh lebih penting dari itu – hal yang belum ada pada para murid Yohanes.

   Selama hidup bersama Yesus, mendengarkan ajaran-Nya dan menyertai karya kasih-Nya, para murid Yesus diarahkan pada sesuatu yang lebih dalam dan lebih mendasar daripada puasa: yakni menjumpai orang-orang untuk membawa sukacita, kesembuhan, penghiburan, kebebasan dan kelegaan pada kehidupan mereka. Yesus memberi teladan bahwa hidup kita ini sepenuhnya untuk orang lain. Puasa dapat membawa orang untuk terpusat pada diri sendiri, seperti pada orang Farisi.

    Tetapi Tuhan Yesus juga mengatakan: ketika Ia beralih dari dunia ini (wafat dan bangkit) para murid-Nya akan berpuasa. PUASA adalah matiraga yang dilakukan sebagai silih, tobat dan pemurnian hati. Selama bermatiraga kita menyatukan diri dengan Yesus yang mengorbankan Diri dengan menderita sampai wafat untuk menebus dosa manusia dan memberi hidup baru bagi kita. Oleh sebab itu, dalam tradisi Katolik (tidak wajib), hari Jumat, hari Yesus wafat, adalah hari bermatiraga, bisa dengan pantang atau puasa, juga di luar masa Prapaskah.

    Kini Tuhan Sumber Sukacita itu turut menderita dalam penderitaan “saudara-saudara-Nya yang paling hina” (Mat 25:40), dan ”saudara-Nya yang paling hina” itu ada di sekitar kita. Kita dipanggil untuk bersama Yesus ikut peduli, solider dan berkorban bagi mereka. Itulah makna matiraga dalam berpuasa.

    Seiring dengan puasa, DOA juga membawa kita dekat pada Tuhan dan dekat pada sesama, khususnya yang menderita. Doa memang membawa kita masuk ke dalam diri kita sendiri: pengharapan kita, kehendak kita, sukacita kita, rasa syukur kita. Tetapi, kedalaman batin ini mesti mengarah pada TINDAKAN luar: yakni menyatakan kepedulian penuh kasih pada orang lain. – Lewat seluruh proses dari dalam ke luar itu, kita dibawa untuk ”semakin mengasihi, semakin peduli, dan semakin bersaksi.”

Pada Bacaan Pertama, Nabi Yesaya juga mengajak umat untuk menghidupkan semangat di dalam hati yang selanjutnya terpancar ke luar.

    Pada zaman Yesaya, umat Israel menganggap dirinya sudah saleh dan benar, dan mempertanyakan, mengapa Tuhan tidak juga mendengarkan doanya. “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?” Jawaban Tuhan sangat tegas dan kuat bagaikan bunyi terompet.

   Tuhan memandang puasa dan perendahan diri umat itu hanya bentuk luar yang kosong: dengan menundukkan wajah muram, membentangkan kain karung dengan taburan abu sebagai alas tidur, supaya tampak hina dan pantas dikasihani. Sementara itu, mereka tetap bertengkar satu sama lain, melakukan tindak kekerasan, dan mengeksploitasi pekerja yang tertindas.

     Puasa yang dikehendaki Tuhan itu bentuknya sangat berbeda: yaitu melepaskan belenggu ketidakadilan dengan melepaskan orang yang ditindas dan dieksploitasi, memberi sandang, pangan dan papan kepada orang yang berkekurangan, dan ikut terlibat mengurus saudara yang perlu bantuan. (Lih. Yes. 58:1-7).

    Seruan Nabi Yesaya itu ditulis ribuan tahun silam, tetapi kritik dan pesannya masih sangat relevan untuk dunia modern sekarang. Seruan itu juga dikobarkan oleh Tuhan Yesus lewat ajaran dan karya kasih-Nya.

    Mari kita tuntaskan puasa, tobat dan syukur kita dengan membawa sukacita dan uluran kasih pada orang yang menderita, serta memperlakukan setiap orang dengan hormat dan menjaga martabatnya.

“Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera.” (Lih. ay. 8).

Dengan berbuat kasih kesaksian iman kita akan bersinar terang; kita pun disembuhkan dari luka akibat dosa, luka akibat kurang mengasihi dan kurang peduli, luka akibat perilaku keagamaan yang munafik.

Ya Tuhan Yesus, bantulah agar puasa kami bukan hanya kesalehan luar. Kobarkanlah semangat kasih dalam hati kami, agar pengalaman rohani selama berpuasa kami wujudkan dalam perbuatan kasih, sebagaimana Kauajarkan kepada para murid-Mu dan dilanjutkan oleh Gereja. Amin.

Selamat merayakan Ekaristi dan Adorasi Jumper serta melakukan Refleksi Agung di masa Prapaska. Selamat beraktivitas dengan mengikuti Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini