Selasa, November 26, 2024
25.9 C
Jakarta

Bacaan Injil dan Renungan Harian Katolik Kamis 17 Februari 2022

Bacaan I: Yak. 2:1-9

Mzm: 34:2-3.4-5.6-7

Bacaan Injil: Mrk. 8:27-33

PADA suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Aku ini?” Para murid menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Yesus bertanya lagi kepada mereka, “Tetapi menurut kamu, siapakah Aku ini?” Maka Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias!”

Dan Yesus melarang mereka dengan keras, supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, katanya, “Enyahlah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

SIAPAKAH AKU INI?

PERTANYAAN itu dilontarkan oleh TUHAN YESUS kepada para murid-NYA di tengah “blusukan” ke kampung-kampung di sekitar kota Kaisarea Filipi. Pertanyaan kecil itu sekaligus untuk menguji mereka, sejauh mana para murid ini benar-benar telah mengenal Diri YESUS.

Pertama-tama YESUS bertanya: “Kata orang, siapakah AKU ini?” (Mrk. 8: 27b). Karena ini merupakan pendapat orang, maka mereka menjawab bahwa ada orang yang mengatakan bahwa DIA itu Yohanes Pembaptis, ada lagi yang berkata DIA itu Elia atau seorang dari antara para Nabi. Tetapi ketika mereka dikejar lagi dengan satu pertanyaan: “Tetapi apa katamu, siapakah AKU ini?” Mereka jadi diam, hanya Petrus yang berani menjawab dengan singkat: “ENGKAU adalah Mesias!” Jawaban Petrus itu tepat, tetapi YESUS kemudian berpesan agar jangan memberitahukan kepada siapa pun juga tentang DIA yang sebenarnya. (Lihat ayat 29, 30).

Dari dialog itu nampaknya hanya Petrus yang mengenal sungguh-sungguh siapa YESUS itu sebenarnya. Petrus pun sebetulnya menjawab pertanyaan-NYA itu bukan karena ia sungguh telah mengenal YESUS KRISTUS 100%! Sebab, menurut Penginjil Matius, YESUS segera berkomentar demikian: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BAPA-KU yang di Sorga” (Mat.16: 17). Dan Sabda TUHAN itu sangat tepat, karena Petrus tanpa sadar berbuat yang tidak konsisten, yaitu ketika TUHAN YESUS menceriterakan tentang penderitaan yang bakal DIA hadapi sampai dibunuh dan dibangkitkan kembali, Petrus menyatakan ketidak-setujuannya. Ia segera menarik YESUS ke samping dan “menegor” DIA. Petrus merasa “tidak terima” mengapa Gurunya diperlakukan seperti itu oleh para Tua-tua dan Imam-imam serta pembesar negeri. Tetapi YESUS sangat marah kepada Petrus sampai mengeluarkan kata-kata yang keras: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan ALLAH, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mrk. 8: 33).

Mengenal KRISTUS dengan benar dan utuh: Tidak bisa dilakukan hanya sambil lalu begitu saja! Para murid yang siang malam mengikuti YESUS kemana pun DIA pergi ternyata belum cukup mereka mengenal-NYA secara utuh, lengkap dan benar. Apalagi untuk memahami mengapa ALLAH BAPA tega menyerahkan ANAK-NYA untuk sengsara dan menderita serta dipaksa memikul Salib ke puncak Gunung Golgota. Misteri inilah yang belum bisa dipahami oleh para Rasul, sampai pada hari Pentekosta, turunnya ROH KUDUS. Tanpa bantuan ROH KUDUS mustahil kita dapat mengenal dan percaya kepada YESUS KRISTUS. Melalui Sakramen Baptis dan Krisma kita telah menerima ROH KUDUS, apakah kita sudah mencoba untuk lebih mengenal dan memperdalam pengetahuan dan pengenalan secara pribadi tentang siapa sebenarnya YESUS itu? Andaikata kita merasa sudah mengenal-NYA, cobalah kita jawab pertanyaan YESUS itu: “Menurut kamu sendiri, siapakah AKU ini?’ Mari kita jawab dengan jujur pertanyaan YESUS itu, bukan menurut Romo Paroki atau guru agama atau dosen Teologi, melainkan menurut pengalaman dan relasi pribadi kita masing-masing dengan DIA: siapakah YESUS dari Nazareth itu sebenarnya?

Bila kita sudah sungguh mengenal KRISTUS dan percaya serta mengimani-NYA, maka iman itu harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasul Yakobus dalam Bacaan Pertama, memberikan nasihat dalam mengamalkan iman itu: “Janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka” (Yak.2: 1b). Artinya kita jangan bersikap diskriminatif perlakuan kita terhadap sesama: Misalnya, sikap dan pelayanan kita terhadap orang yang tebal dompetnya berlebihan, sementara kepada mereka yang sederhana dan miskin justru kurang perhatian. Yakobus mengingatkan: “Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?” (ayat 4). Dan lagi, tindakan diskriminatif itu bertentangan dengan Hukum Cinta Kasih yang memerintahkan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (lihat ayat 8).

Sampai saat ini, apakah dalam pola pikir dan tindakan kita dalam berelasi dengan sesama, kita masih bersikap diskriminatif?

Doa

Ya YESUS, turunkanlah ROH KUDUS dalam hatiku, agar aku dapat mengenal ENGKAU secara lebih intim, sehingga aku akan meneladan hidup-MU, terutama dalam hal pengorbanan dan cinta kasih sejati. Jauhkanlah diriku dari sikap diskriminatif terhadap sesamaku. Amin.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini