Kamis, Desember 26, 2024
25.4 C
Jakarta

Bacaan Injil dan Renungan Harian Katolik Selasa 8 Februari 2022

Bacaan Pertama: 1 Raja-Raja 8:22-23.27-30

“Engkau telah bersabda, “Nama-Ku akan tinggal di sana.” Dengarkanlah permohonan umat-Mu Israel.”

PADA hari pentahbisan rumah Allah, Raja Salomo berdiri di depan mezbah Tuhan di hadapan segenap jemaah Israel. Ia menadahkan tangannya ke langit, lalu berkata, “Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas, dan di bumi di bawah. Engkau memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu. Benarkah Allah hendak diam di atas bumi?

Sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, apalagi rumah yang kudirikan ini! Karena itu berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya Tuhan Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini! Kiranya siang malam mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, terhadap tempat yang tentangnya Kaukatakan: ‘Nama-Ku akan tinggal di sana’.

Dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel, yang mereka panjatkan di tempat ini; dengarkanlah dari tempat kediaman-Mu di surga; dan apabila Engkau mendengarnya maka Engkau akan mengampuni.”

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 84:3.4.5.10.11

Ref. Betapa menyenangkan kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!

  • Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
  • Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung laying-layang mendapat sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
  • Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Lihatlah kami, ya Allah, perisai kami, pandanglah wajah orang yang Kauurapi.
  • Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.

Bait Pengantar Injil: Mzm 119:36a.29b

Ref. Alleluya

Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku.

Bacaan Injil: Markus 7:1-13

“Kamu akan mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”

PADA suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.

Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.

Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’.

Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya. Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

PERINTAH ALLAH atau ADAT ISTIADAT : MANA YANG DIPRIORITASKAN?

DALAM Bacaan Injil dikisahkan bahwa TUHAN YESUS terlibat dalam perdebatan dengan para ahli Taurat dan kaum Farisi. Topik perdebatan mereka mengenai mana yang harus diutamakan dan menjadi prioritas: perintah ALLAH atau adat istiadat yang sudah turun temurun? Topik ini timbul dipicu oleh tindakan beberapa murid YESUS  yang langsung makan dengan tangan “najis”, tidak mencuci tangan lebih dulu, padahal adat Yahudi sangat menekankan kebiasaan pembasuhan tangan sebelum makan. Sebagai pembuka kata, TUHAN YESUS menyebut nubuat nabi Yesaya terhadap bangsanya: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: ‘Bangsa ini memuliakan AKU dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-KU. Percuma mereka beribadah kepada-KU, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan adalah perintah manusia’. Perintah ALLAH kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (Mrk. 7: 6-8; lihat Yes. 29: 13).

Kebiasaan kaum Farisi dan para ahli Taurat dua ribuan tahun yang lalu itu nampaknya sampai sekarang juga masih dijalankan oleh sementara orang beragama yang berfokus pada hukum atau aturan-aturan agama yang tertulis secara harfiah. Dengan sikap kuat yang cenderung kaku dan fanatik sempit serta eksklusif, mereka gampang menyalahkan orang lain baik yang seagama maupun terutama yang berbeda keyakinan. Mereka menganggap hanya diri atau kelompoknya saja yang paling benar, sedangkan ajaran lain itu sesat semua dan bersifat “kafir”. Pola pikir yang meng-absolut-kan seperti itu mudah sekali menimbulkan gesekan di dalam masyarakat yang bersifat majemuk/ bhinneka/plural seperti bangsa kita ini.

Rasanya mustahil manusia di dunia ini dengan segala kemampuan dan kelebihan yang dimiliki, mampu menampung dan membeberkan Kuasa, Ekisistensi dan Kehendak ALLAH.

Karena itu Raja Salomo – seperti dalam Bacaan Pertama – meski merasakan bahwa ALLAH telah menepati janji-NYA kepada Daud, ayahnya, akan mendirikan suatu Rumah bagi TUHAN, namun dengan rendah hati ia juga mengakui keterbatasannya. Ketika pentahbisan Bait Suci, dengan sadar Salomo berkata: “Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat ENGKAU, terlebih lagi Rumah yang kudirikan ini.” (1Raj.8: 27).

Rasanya juga tidak mungkin satu agama atau keyakinan mampu menampung kebenaran absolut yang ada dalam Diri ALLAH yang kuasa-NYA tidak ada batasnya. ALLAH itu mengatasi pembatasan waktu, ruang dan cakrawala berpikir manusia.

Bahwa tiap pemeluk agama berkeyakinan bahwa agamanya adalah yang paling tepat bagi dirinya, hal itu sah-sah saja. Bahkan itu tuntutan tiap agama agar kita mengimani agama kita masing-masing dengan teguh. Tetapi yang tidak dibenarkan adalah sikap “meng-klaim atau menghakimi” keyakinan lain itu pasti salah. Apalagi kalau sikap itu diikuti dengan pemaksaan untuk memeluk agamanya itu, baik secara halus maupun kasar. Jadi meskipun kita saling berbeda agama kita, tapi tidak berarti kita boleh saling salah menyalahkan atau caci maki. Sebaliknya kita harus bisa menanamkan sikap toleransi kepada para pemeluk agama lain, karena mereka itu pada dasarnya saudara sebangsa kita atau sesama manusia sebagai makhluk ciptaan TUHAN.

Maka mengadili pihak lain atau mempersoalkan kebenaran pihak lain, justru hanya akan membuang-buang waktu dan energi serta dapat menimbulkan konflik horisontal dalam masyarakat yang berideologi nasional Pancasila ini. Lebih baik memusatkan diri pada pembaharuan diri seturut ajaran agama masing-masing dan berkonsentrasi pada upaya bersama dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara yang sama-sama kita cintai menjadi bangsa dan negara yang berkeadilan, berkeadaban dan maju serta tetap bersatu dalam suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagaimana dengan sikap kita sendiri? Apakah kita juga masih tertutup/eksklusif, enggan untuk bergaul dan berdialog dengan sesama anggota masyarakat yang berbeda-beda keyakinan, adat dan kebiasaan?

Doa

Ya YESUS, ajarilah aku untuk menjadi pelaku cinta kasih-MU yang sejati dan mau menghormati keyakinan orang lain yang berbeda. Jauhkanlah aku dari sifat dan sikap munafik. Jangan biarkan aku juga menjadi orang yang menganggap diriku paling benar. Jauhkanlah diriku dari kesempitan pandang. Amin.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini