Sabtu, November 16, 2024
30.1 C
Jakarta

Erupsi Tonga: Hanya Gereja yang Masih Berdiri

Salah satu gereja yang selamat pasca erupsi di Tonga. IST

TONGA, Pena Katolik – Tonga, negara kecil di Pasifik Selatan itu hancur oleh letusan gunung berapi, disusul tsunami yang menghantam wilayah itu. Letusan gunung berapi bawah laut pada 15 Januari itu juga merusak jaringan kabel internet laut. Padahal, jaringan itu adalah satu-satunya kabel komunikasi modern yang menghubungkan 100.000 orang di wilayah itu ke seluruh dunia.

Langit biru dipenuhi awan abu disertai dentuman keras serasa bumi mau pecah. Negara ini sebagain besar penduduk adalah jemaat Gereja Mormon. Banyak penduduk setempat yang ketakutan mulai berdoa. Rincian ledakan gunung Hunga-Tonga-Hunga-Ha’apai itu digambarkan dalam skala yang sangat dahsyat.

Tonga dikenal sebagai bangsa yang sangat taat beragama. Meskipun ada denominasi lain di pulau-pulau itu, hampir dua pertiga (63%) orang Tonga adalah jemaat Mormon. Kelompok agama asal AS itu telah mendominasi pulau-pulau di Tonga selama lebih dari satu abad, sejak misionaris Barat mencapai pantai wilayah tersebut dan mempengaruhi keluarga kerajaan setempat pada akhir abad ke-19.

Tokoh gereja paling senior Gereja Mormon di pulau itu, Penatua Inoke Kupu, mengatakan, “Hanya ada satu warna di Tonga sekarang, dan itu adalah debu gelap.”

Peran Gereja Mormon

Beberapa hari kemudian, Tonga masih tetap terputus dari dunia luar. Di antara beberapa saluran informasi yang keluar adalah dari kantor misi diplomatik Australia dan Selandia Baru, serta dari Gereja Mormon. Cabang-cabang Gereja Mormon di Selandia Baru megatakan bahwa mereka telah mendapatkan semua informasi dari panggilan telepon satelit setiap hari.

“Air minum adalah kebutuhan mendesak,” kata pihak Gereja dalam pembaruan info di situsnya.

Dilaporkan bahwa sekitar 1.000 orang telah mengungsi setiap malam di Sekolah Menengah Liahona, satu dari enam sekolah yang dikelola Gereja di pulau itu.

“Orang-orang tidur di sekolah dan gereja dan kemudian kembali pada siang hari untuk membersihkan dan menyapu rumah mereka,” kata juru bicara Gereja yang berbasis di Selandia Baru.

Gelombang tsunami – beberapa setinggi 15m – telah menyebabkan kerusakan yang signifikan di banyak daerah pesisir. Hanya bangunan gereja yang masih berdiri. Segera setelah bencana, semua upaya masih dilakukan untuk mencari warga yang hilang.

Walau komunikasi telepon di pulau utama telah dipulihkan, masih belum ada cara untuk berhubungan dengan pulau-pulau terluar. Dua kapal pemerintah Tonga telah berangkat dari Ibu Kota Nuku’alofa ke pulau-pulau terluar, bersama salah satu pemimpin senior Gereja Mormon.

Hampir semua rumah di pulau itu hancur ketika gunung berapi meletus. Tetapi semua orang berhasil sampai ke rumah kapel milik Gereja Mormon tepat waktu, dan akhirnya selamat.

“Semua orang di pulau itu berlindung di gedung gereja dan aman, tetapi setiap bangunan lain yang kami ketahui sudah hancur, kecuali yang ini, di tengah pulau,” kata Hunter.

Dia mengatakan properti Gereja itu hanya dibangun sekuat yang kita bisa, karena kita tahu kita berada di bagian dunia yang berbahaya di mana topan atau tsunami bisa datang setiap beberapa tahun.

“Ini agar anggota kami tahu bahwa mereka dapat pergi ke gereja terdekat ketika angin sangat kencang, untuk berlindung dari badai kehidupan,” hal ini baik dalam arti rohani maupun jasmani.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini