Senin, Desember 23, 2024
32 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Hari Kamis 27 Januari 2022; Hari Biasa – Pekan Biasa III

Bacaan Pertama: 2 Samuel 12:1-7a.10-17

“Daud mengaku telah berdosa kepada Tuhan.”

PADA waktu itu Daud melakukan yang jahat di hadapan Allah: ia mengambil isteri Uria menjadi isterinya; maka Tuhan mengutus Natan kepada Daud. Natan datang kepada Daud dan berkata kepadanya, “Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain seekor anak domba betina yang masih kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar bersama dengan anak-anak si miskin, makan dari suapannya, minum dari cawannya, dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. Pada suatu hari orang kaya itu mendapat tamu; ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing domba atau lembunya untuk dimasak bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Maka ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.

Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan, “Demi Tuhan yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. Anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena orang yang melakukan hal itu tidak kenal belas kasihan.” Kemudian berkatalah Natan kepada Daud, “Engkaulah orang itu! Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel: Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. Beginilah sabda Tuhan:’Malapetaka yang datang dari kaum keluargamu sendiri akan Kutimpakan ke atasmu.

Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; dan orang itu akan tidur dengan isterimu di siang hari. Engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.’ Lalu berkatalah Daud kepada Natan, “Aku sudah berdosa kepada Tuhan.” Dan Natan berkata kepada Daud, “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati, karena dengan perbuatan itu engkau sangat menista Tuhan.”

Kemudian pergilah Natan, pulang ke rumahnya. Tuhan mencelakakan anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit. Lalu Daud memohon kepada Allah bagi anak itu; ia berpuasa dengan tekun, dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman ia berbaring di tanah. Maka datanglah para tua-tua yang ada di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi Daud tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur: 51:12-13.14-15.16-17

Ref. Ciptakanlah hati murni dalam diriku, ya Allah.

  • Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baharuilah semangat yang teguh dalam batinku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
  • Berilah aku sukacita karena keselamatan-Mu dan teguhkanlah roh yang rela dalam diriku. Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang durhaka, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
  • Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah penyelamatku, maka lidahku akan memasyhurkan keadilan-Mu! Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku mewartakan puji-pujian kepada-Mu!

Bait Pengantar Injil: Yohanes 13:16

Ref. Alleluya

Demikian besar kasih Allah kepada dunia, sehingga Ia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal. Setiap orang yang percaya kepada-Nya memiliki hidup abadi.

Bacaan Injil: Markus 4:35-41

“Angin dan danau pun taat kepada Yesus.”

PADA suatu hari, ketika hari sudah petang, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak yang ada di sana lalu bertolak, dan membawa Yesus dalam perahu itu di mana Ia telah duduk; dan perahu-perahu lain pun menyertai Dia.

Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid membangunkan Yesus dan berkata kepada-Nya, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Yesus pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau, “Diam! Tenanglah!”

Lalu angin itu reda dan danau pun menjadi teduh sekali. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain, “Siapakah gerangan orang ini? Angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

BERSYUKUR DAN BERTANGGUNG JAWAB.

DALAm Bacaan Pertama, kita dapat merenungkan ucapan dan rasa syukur yang disampaikan Raja Daud yang tersohor itu. Ia pun dengan rendah hati mengakui di hadapan ALLAH: “Siapakah aku ini, ya TUHAN ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga ENGKAU membawa aku sampai  sedemikian ini?” (2Sam. 7: 18). Jika dikaji secara manusiawi, wajarlah kita katakan bahwa sudah sepantasnya Daud bersyukur, karena TUHAN memang sangat baik kepadanya dan keluarganya. Daud dijadikan raja bangsa terpilih. Diberikan-NYA anak-anak, isteri – bahkan sempat “merampas” isteri Uria, panglima perangnya – keluarga, ketenaran, kehormatan, dan pasti tiada terhitung berbagai harta dan kenikmatan duniawi. Jika Daud tidak bersyukur, itu berarti keterlaluan!

Rasa syukur adalah “obat dan pengendali kerakusan!” Melatih diri untuk selalu bersyukur berarti melatih diri untuk bersikap rendah hati dan menetapkan batas-batas tindakan kita. Coba lihat saja para koruptor serakah yang tidak lagi mengenal batasnya, karena menuruti nafsu ingin “jor-joran” sehingga mereka menularkan korupsi itu kepada keluarganya, dengan mentransfer uang negara itu ke isteri, anak, adik, keponakan dan orang-orang kepercayaannya. Maka tidak mengherankan bila korupsi saat ini “berjamaah” bersama anak-isteri dan kolega kerjanya!

Daud selalu bersyukur dan lebih dari itu ia mohon berkat atas keluarganya. Bagaimana kita sendiri? Apakah kita senantiasa tetap mau bersyukur, juga apabila belum tercapai kondisi yang kita inginkan atau bahkan mengalami kegagalan?

Ingatlah, bahwa rasa syukur bagai minyak yang menyalakan sumbu pelita hati, sehingga wajah kita memancarkan cahaya berseri-seri, menularkan kegembiraan dan terang bagi dunia!

Kitab Suci sering menggunakan cahaya dan pelita sebagai suatu simbol yang dapat memiliki beberapa tafsiran. Dalam masyarakat kuno, pelita mempunyai fungsi vital! Walaupun kecil, pelita dapat menerangi tempat yang lebih luas, dapat membuat orang melihat, melakukan aktivitas tertentu. Maka TUHAN YESUS berpesan dalam Bacaan Injil hari ini, supaya pelita itu tidak disembunyikan di bawah tempat tidur, melainkan diletakkan di atas meja supaya bisa menerangi sekelilingnya. (lihat Mrk. 4: 21).

Bagi orang Yahudi cahaya mengekspresikan keindahan, kebenaran dan kebaikan ALLAH. “Firman-MU itu pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku.” (Mzm. 119: 105).

Iman Kristiani kita adalah cahaya bagi dunia, bagaikan suatu pelita yang tidak disembunyikan di bawah gantang atau tempat tidur, melainkan harus ditaruh di atas kaki dian, hingga cahayanya bisa menerangi lingkungannya dan semua orang menikmatinya. Demikian juga Firman ALLAH jangan diisimpan dalam diri sendiri saja, melainkan harus disiarkan, disebarluaskan, diwartakan. Iman yang kita terima, pengetahuan dan penghayatan kita tentang YESUS tidak disimpan rapat menjadi harta diri sendiri, melainkan harus kita share (bagikan) kepada orang-orang sekitar dan masyarakat kita bukan hanya berupa kata-kata saja tetapi terutama terwujud dalam peri laku dan tindakan yang jujur, murni, terpuji, mau berkorban, berani bertanggung jawab dan patut diteladan. Kita harus dapat memengaruhi dan menggarami masyarakat kita bukan terutama untuk “dikristenkan”, atau “dibaptis” melainkan untuk membawa mereka kepada kebaikan, kebenaran, keadilan, kejujuran, kedamaian dan kesejahteraan. Singkat kata, masyarakat kita juga harus dapat menikmati cinta kasih ALLAH seperti yang telah kita peroleh.

Menjadi pengikut KRISTUS tidak cukup hanya jadi orang baik atau suci untuk diri sendiri, melainkan harus bisa menjadi pelita dan terang bagi masyarakat melalui tutur kata dan tindakan-tindakan atau perbuatan dan aksinya. Cobalah buktikan bukan untuk pamer, melainkan sebagai tanda syukur kepada-NYA!

Ciri kedewasaan seseorang antara lain ditandai oleh sikap yang bertanggung jawab. Tanggung jawab adalah salah satu keutamaan yang penting dimiliki oleh seorang dewasa.

Dalam perikop Injil hari ini, TUHAN YESUS  antara lain bersabda: “Karena, siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” (ayat 25). Dalam ayat ini terkandung arti pentingnya bertanggung jawab terhadap kepercayaan dan pemberian TUHAN kepada kita, berupa talenta serta anugerah lainnya. Kita telah menerima banyak anugerah-NYA dalam kehidupan ini secara cuma-cuma. Karena itu, sudah selayaknya kita perlu kembangkan semua anugerah, rakhmat, berkat dan bakat yang kita miliki semaksimal dan sebaik mungkin. Hal ini bukan untuk kepentingan pribadi semata, tetapi terutama untuk kepentingan orang lain atau kepentingan sosial.

Beriman juga  menuntut suatu pertanggung-jawaban: tanggung jawab untuk setia tetap mempertahankan, mengembangkan, menghayati dan membuktikan iman itu secara nyata dalam setiap perilaku kita. Sebab, “jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yak. 2: 17).

Sekalipun manusia diberikan kebebasan penuh untuk memilih dan menentukan sesuatu, namun dalam hal beriman, kita tidak dapat mengatakan bahwa “iman adalah urusan pribadiku” saja! Iman kita juga beraspek sosial, dan memang demikianlah hakikatnya kita adalah makhluk sosial. Karena itu, tidak ada gunanya sama sekali jika kita hanya terkungkung terus dalam “egoisme” kita saja! Hidup kita harus dapat “berbuah” dan bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri semata tetapi untuk orang lain, terutama bagi mereka yang memerlukan perhatian dan bantuan kita.

Doa

Ya TUHAN, seperti Raja Daud, aku juga mau menghaturkan syukur dan terima kasih atas limpahan Rakhmat-MU kepadaku, keluargaku, komunitasku dan sanak keluargaku. Aku mohon kiranya ROH KUDUS-MU tetap menyertaiku hingga hidupku dapat menjadi terang, cahaya dan teladan bagi sekelilingku dan masyarakatku. Amin.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini