Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Hari Senin 20 Desember 2021; Senin Masa Adven IV

Bacaan Pertama: Yes 7:10-14

Seorang perempuan muda akan mengandung.

TUHAN berfirman kepada raja Ahas, “Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, entah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah entah sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.” Tetapi Ahas menjawab, “Aku tidak mau minta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!”

Lalu berkatalah Nabi Yesaya,”Baiklah! Dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu, Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel.

Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6

Ref: Tuhan akan datang: Dia sendirilah Raja Kemuliaan.

  • Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
  • Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan, dan tidak bersumpah palsu.
  • Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya.Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

Bacaan Injil: Luk 1:26-38

Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.

DALAM bulan yang keenam Allah mengutus malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf, dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.

Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hati, apakah arti salam itu.

Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.

Ia akan menjadi besar dan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”

Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Dan sesungguhnya, Elisabet sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Maka kata Maria, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan Maria.

Demikianlah Injil Tuhan

SPIRITUALITAS HAMBA BUNDA MARIA.

PADA abad ke 8 sebelum Masehi, Nabi Yesaya telah bernubuat tentang kelahiran Immanuel dari seorang perempuan muda. Nubuat itu antara lain berbunyi : “Sesungguhnya, seorang perempuan  muda mengandung dan akan melahirkan  seorang anak  laki-laki  dan ia akan menamakan DIA Immanuel”(Yes. 7: 14b).

Dan dalam Bacaan Injil hari ini, Malaikat Gabriel sebagai utusan ALLAH  telah menyapa dan memberikan tawaran-NYA kepada  Maria  untuk menjadi  Ibu Sang Mesias. Dalam kepolosan hatinya Maria terkejut dan merasa  heran bercampur bingung bertanya kepada Malaikat itu, bagaimana hal itu bisa terjadi karena ia belum menikah.

Jawab Malaikat itu kepadanya : “ROH KUDUS  akan turun atasmu dan Kuasa ALLAH Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu Anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut Kudus, ANAK ALLAH” (Luk. 1: 35). Dan untuk lebih meyakinkan Maria, maka Malaikat itu menyebut bahwa  Elisabet, saudara sepupunya yang sudah lanjut usia juga telah mengandung anak laki-laki; kandungannya itu sudah berumur enam bulan. 

Meskipun Maria tetap belum paham dan  bingung hingga tidak bisa berpikir sehat, namun karena ia seorang yang saleh dan beriman, akhirnya bersikap pasrah dan   dengan rendah hati berkata kepada Malaikat itu :  “Sesungguhnya, aku ini adalah hamba TUHAN, jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Lalu Malaikat itu meninggalkan dia (ayat 38).

Jawaban Maria yang berupa kalimat pendek itu mengundang kita untuk merenungkan dan memperdalam  “spiritualitas hamba”.  Seperti halnya seorang hamba, hidupnya tergantung sepenuhnya pada Tuannya. Dan ia pasti taat akan perintah-Nya, termasuk menjalankan apa pun yang dia sendiri tidak pahami sepenuhnya.

Sikap seorang hamba yang baik harus selalu “siap” terhadap perintah Tuannya. Perasaan Maria memang tetap “tidak enak”  dan ia belum  atau tidak mengerti semua perkataan Malaikat itu. Bahkan boleh jadi ia kurang senang, lebih-lebih kalau tunangannya yang sangat dia cintai itu tahu bahwa ia telah hamil sebelum menikah.

Secara manusiawi perasaan bingung, cemas dan tidak paham itu pasti masih berkecamuk  di dalam hati Maria. Namun demikian, dengan penuh iman dan sikap  pasrah kepada TUHAN, akhirnya ia terima tawaran Malaikat itu, meskipun ia tidak bisa membayangkan bagaimana ke depannya nanti. Sekali lagi  Maria hanya pasrah dan percaya saja kepada TUHAN.

Perlu kita ingat bahwa tawaran ALLAH kepada Maria untuk mengambil bagian secara langsung menjadi  “Ibu Sang Mesias, ANAK ALLAH Yang Mahatinggi” itu bukan merupakan paksaan! Maria tetap bebas untuk menanggapinya, sebab semua Karya ALLAH itu tidak memaksa seseorang namun tetap memberikan kebebasan untuk menyatakan pilihan atau jawabannya. Dan karena menyadari dirinya hanya hamba di hadapan TUHAN, maka Maria secara eksplisit memberikan jawaban dan pilihan  itu.

Sehubungan dengan “spiritualitas hamba”, bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita juga mau bersikap rendah hati, pasrah dan taat  kepada TUHAN kita?  Atau, mentalitas kita tetap seperti “boss”, sehingga kepada TUHAN pun kita tetap membuktikan diri sebagai “boss kecil” karena kita sering memaksa TUHAN  untuk mengabulkan doa kita? Marilah kita teladani Bunda Maria yang selalu bersikap rendah hati dan bersikap sebagai  hamba di hadapan TUHAN! Marilah kita miliki dan kita pupuk “spiritualitas hamba”  seperti Bunda Maria itu.

Ya TUHAN, ajarilah aku untuk mampu meneladani Bunda Maria dalam hal “spiritualitas hamba” , sehingga aku dapat menjadi hamba-MU yang setia, taat dan pasrah kepada-MU.  Bunda Maria, doakanlah dan bimbinglah aku, anakmu. Amin.

Selamat pagi. Selamat mempersiapkan Natal dan beraktivitas sesuai Prokes. AMDG. Berkat TUHAN.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini