Minggu, November 24, 2024
33.8 C
Jakarta

Renungan dan Bacaan Injil Hari Rabu 03 November 2021; Rabu Pekan Biasa XXXI; PF St. Martinus de Porres, Biarawan

Bacaan I : Rm 13:8-10

Kasih adalah kegenapan hukum Taurat

JANGANLAH kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.

Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!

Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

Mazmur Tanggapan: Mzm 112:1-2,4-5,9

Refren: Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman.

  • Berbahagialah orang yang takwa pada TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
  • Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap. Ia pengasih dan . penyayang serta berlaku adil. Orang baik menaruh belaskasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya.
  • Ia murah hati, orang miskin diberinya derma; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Bait Pengantar Injil: 1Ptr 4:14

Berbahagialah kalian, jika dinista karena nama Kristus,sebab Roh Allah ada padamu.

Bacaan Injil: Luk 14:25-33

Yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya tidak dapat menjadi murid-Ku.

PADA suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?

Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?

Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Demikianlah Injil Tuhan.

JADI MURID KRISTUS HARUS TOTAL, TIDAK SETENGAH-SETENGAH!

Jikalau kita membaca secara sekilas Bacaan Pertama dan Bacaan Injil hari ini terasa seolah-olah ada sesuatu yang kontradiksi atau kontroversial. Betapa tidak!? Rasul Paulus kepada jemaat di Roma menyerukan: “Hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab, barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.” (Rm. 13: 8 -10).

Sementara TUHAN YESUS di depan orang-orang yang mengikuti-NYA berkata: “Jikalau seorang datang kepada-KU dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-KU.” (Luk. 14: 26). Bila berhenti pada dua ayat dari Bacaan Suci itu memang kita tergoda untuk saling mempertentangkannya. Karena itu, kita perlu renungkan dan resapi secara tenang, mendalam serta komprehensif seluruh Firman TUHAN dalam Injil itu.

Cinta kasih bukan hanya menyangkut emosi atau rasa senang dan empati atau simpati kepada seseorang atau sesama manusia saja, melainkan lebih mengandung makna pengorbanan serta pemberian diri atau kepasrahan secara total kepada orang yang dicintainya. Cinta kasih yang sempurna telah dibuktikan sendiri oleh TUHAN YESUS yang mengorbankan Diri-Nya setuntasnya demi manusia yang dicintai-NYA. Para Kudus di Surga juga telah membuktikan cinta kasihnya kepada TUHAN dan sesama. Lalu apakah maknanya mau mengikuti dan menjadi murid-NYA kita harus membenci bapak, ibu, isteri, anak bahkan nyawa kita sendiri? Begitu tega dan kejamkah YESUS itu?

Menjadi murid atau pengikut YESUS tidak cukup dengan Sakramen Baptis saja, seolah-olah Sakramen Baptis seperti tiket gratis untuk masuk surga. Menjadi pengikut KRISTUS selalu merupakan suatu proses yang membutuhkan pertimbangan, permenungan, keputusan dan komitmen atas keputusan tersebut. Kekatolikan bukan soal kuantitas (“banyak orang berduyun-duyun mengikuti YESUS” – ayat 25), melainkan terutama soal kualitas (kualitas sebagai ragi dan garam dunia – Mat. 5:13).

Dan dalam perikop Injil kali ini dipertegas lagi dengan suatu kualitas yang berani meninggalkan orang atau barang atau sesuatu yang sangat dicintainya. Semuanya itu – entah kekasih, barang, hobby, ataupun keluarga sendiri – harus berani kita tinggalkan dan lepaskan demi mengikuti YESUS KRISTUS secara total. Dengan demikian fokus perhatian yang utama hanyalah satu, yaitu YESUS Sendiri. DIA-lah yang menjadi pusat, dasar dan tujuan hidup kita. Kondisi seperti itu bukan hanya berlaku bagi para imam atau biarawan/biarawati saja, melainkan awam pun juga dituntut melepaskan segalanya demi YESUS KRISTUS, kalau ia mau menjadi pengikut KRISTUS seratus prosen!

Dengan kata lain, kita harus memiliki “spiritualitas lepas-bebas” artinya bahwa kita memandang segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah sesuatu yang menghantar kita pada penyucian diri dan mendekatkan diri pada TUHAN. Harta benda, kekayaan, uang, jabatan dan kekuasaan atau pribadi-pribadi yang kita cintai, tidak akan kita bawa ketika suatu saat kita menghadap TUHAN. Semuanya itu harus bisa kita lepas-bebas, kita tidak ada ikatan atau kaitan atas semuanya itu. Maka barang-barang duniawi dan ikatan-ikatan relasi kita itu tidak boleh lebih tinggi posisi dan nilainya dari pada relasi kita dengan TUHAN. Persoalannya adalah bahwa tubuh kita secara fisik mudah terikat pada hal-hal duniawi daripada yang rohani. Bisakah kita mengendalikan hawa nafsu kita?

Doa

Ya YESUS, ajarilah aku untuk berani menempatkan hal-hal duniawi sebagai sesuatu yang dapat aku lepaskan untuk semakin mencintai ENGKAU. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas sesuai dengan prokes. AMDG. Berkat TUHAN.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini