25.6 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Bacaan Injil Hari Sabtu 23 Oktober 2021; Sabtu Pekan Biasa XXIX; St. Yohanes dari Capestrano, Imam, Suster-suster Ursulin dari Valenciennes, Martir

BERITA LAIN

More

    Bacaan I: Rm 8:1-11

    Roh Allah yang membangkitkan Yesus dari alam maut tinggal dalam dirimu.

    SAUDARA-saudara,bagi mereka yang ada dalam Kristus Yesus tidak ada penghukuman. Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kalian dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat yang tidak berdaya karena daging,telah dilakukan oleh Allah.

    Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa,Allah telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging agar tuntutan hukum Taurat digenapi dalam diri kita. Sebab kita tidak hidup menurut daging, melainkan menurut Roh.

    Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;tetapi mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.Keinginan daging ialah maut, tetapi keinginan Roh ialah hidup dan damai sejahtera.

    Sebab keinginan daging itu bermusuhan dengan Allah,karena ia tidak takluk kepada hukum Allah.Hal ini memang tidak mungkin baginya!Mereka yang hidup dalam daging,tidak mungkin berkenan di hati Allah.

    Tetapi kalian tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, kalau Roh Allah memang tinggal dalam dirimu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, maka ia bukanlah milik Kristus. Tetapi kalau Kristus ada di dalam dirimu,maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah hidup karena kebenaran.

    Dan jika Roh Allah, yang membangkitkan Yesus dari alam maut, diam dalam dirimu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana oleh Roh-Nya yang diam dalam dirimu.

    Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6

    Ref: Itulah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.

    • Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
    • Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan.
    • Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.

    Bait Pengantar Injil: Yeh 33:11

    Tuhan telah berfirman,”Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannya supaya ia hidup.”

    Bacaan Injil: Luk 13:1-9

    Jikalau kalian semua tidak bertobat,kalian pun akan binasa dengan cara demikian.

    PADA waktu itu beberapa orang datang kepada Yesus dan membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang dibunuh Pilatus, sehingga darah mereka tercampur dengan darah kurban yang mereka persembahkan.

    Berkatalah Yesus kepada mereka, “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu.

    Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada semua orang lain yang diam di Yerusalem?

    Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kalian tidak bertobat, kalian semua pun akan binasa dengan cara demikian.” Kemudian Yesus menceriterakan perumpamaan ini,”Ada seorang mempunyai pohon ara, yang tumbuh di kebun anggurnya.Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya.

    Maka berkatalah ia kepada pengurus kebun anggur itu,’Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara itu namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini. Untuk apa pohon itu hidup di tanah ini dengan percuma?’

    Pengurus kebun anggur itu menjawab, ‘Tuan, biarkanlah pohon ini tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!

    Demikianlah Injil Tuhan.

    Mawas Diri dan Bertobatlah

    Begitu sering kita menghubungkan timbulnya bencana alam sebagai hukuman dari Allah. Namun penilaian subyektif yang bernada sombong ini cenderung menghakimi dan suka menyudutkan mereka yang menjadi korban bencana. Ketika bencana hebat tsunami menimpa Aceh, tidak sedikit orang yang menganggap bahwa kebanyakan orang Aceh lebih besar dosanya dari pada orang yang tidak terlanda musibah. Maka orang mudah memvonis: mereka “pantas” menerima hukuman itu dari Allah. Ini suatu tindakan keji dan arogan!

    Perikop Injil hari ini mengisahkan tentang pembunuhan orang-orang Galilea oleh Pilatus di Bait Allah yang bermotifkan politik dan diceritakan orang kepada Yesus untuk dimintakan penilaian dari Yesus. Dia justru tidak senang pada sikap orang-orang yang merasa “sok suci” itu. Yesus malah memberikan teguran dan peringatan kepada mereka bahwa orang-orang Galilea itu tidak lebih besar dosanya daripada orang-orang Galilea yang lain. Yesus malahan mengangkat peristiwa yang dialami oleh delapan belas orang yang tertimpa menara di Siloam. Kedelapan belas orang yang terkena musibah itu tidak berarti mereka lebih besar dosanya daripada orang-orang Israel yang tinggal di Yerusalem.

    Semua bencana alam, berbagai musibah termasuk pandemi Covid-19 yang sudah berjalan dua tahun dan melumpuhkan kegiatan seluruh dunia serta merenggut jutaan jiwa, hendaknya membuat kita bermenung diri dan mawas diri serta berani mengambil hikmah atau sisi positif dari semua bencana itu. Janganlah musibah itu dijadlkan ajang pembenaran diri dan penghakiman kepada orang lain. Bukankah tsunami Aceh, gempa bumi di Yogya, Nias, Padang, Papua dan tempat-tempat lain serta berbagai musibah itu merupakan momentum yang selayaknya membuat kita lebih akrab dan “guyub” sebagai bangsa dalam sikap belarasa dan tindak solidaritas kita yang menembus dan melintas batas agama, suku, daerah, budaya dan ras?

    Bagi Yesus soalnya bukan menderita atau tidak menderita. Yang pokok adalah  justru keharusan untuk bertobat. Dengan tegas Yesus sampai dua kali mengulangi kalimat ini: “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk.13: 3.5).

    Seruan pertobatan ini sangat jelas, orang akan binasa kalau tidak mau bertobat. Maka kalau mau selamat, tak ada cara lain selain bertobat.

    Pertobatan adalah upaya untuk meluruskan hidup kita. Pertobatan mampu memulihkan hubungan yang baik dengan Allah dan sesama kita, karena lewat pertobatan kita menerima pengampunan dosa. Allah memberi belas kasih-Nya kepada kita lewat pengampunan dosa, dan belas kasih-Nya inilah yang mampu menyembuhkan luka-luka akibat dosa hingga kita akan menemukan kembali kebahagiaan dalam hidup. Persoalannya, apakah kita mau benar-benar bertobat?

    Bapa di Surga selalu menunggu setiap orang yang mau datang untuk bertobat. Seperti pemilik kebun anggur, yang mau memberikan kesempatan satu tahun lagi pada penjaga kebun hingga pohon ara yang ada di kebun anggur itu bisa berbuah, maka Tuhan selalu memberikan kesempatan kedua (bdk.ayat 8. 9). Apakah kita mau menggunakan kesempatan kedua itu dengan pertobatan?

    Cara hidup kita akan menentukan cara berpikir kita. Demikian pula cara berpikir kita akan menentukan cara hidup kita juga. Mungkin kita tidak sadari, bahwa Roh yang sama, yang telah membangkitkan Yesus, sungguh tinggal di dalam diri kita. Ini sebuah kenyataan luar biasa. Sebenarnya kita sudah memiliki modal cukup untuk hidup menurut Roh, bukan hidup dalam daging

     “Dan jika Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang diam di dalam kamu.” (Rm. 8: 11). Meskipun awalnya terasa pahit, bila kita mengikuti keinginan Roh, kita akan memperoleh hidup. Sebaliknya, meskipun tampaknya sungguh menggiurkan, keinginan daging pada akhirnya membawa kita pada kematian. Dan penyesalan sering datang terlambat.

    Cobalah kita mawas diri: berapa kali kita hidup menurut petunjuk Roh dan berapa kali menuruti daging? Sadarkah kita bahwa Roh akan membawa kedamaian dan kebahagiaan sejati dan abadi?

    Ya Yesus, aku mencari wajah-Mu. Tebuslah kesombongan hatiku dengan cinta-MU agar hidupku sungguh menghasilkan buah. Tolonglah aku, aku ingin bertobat dan hidup secara baru. Bunda Maria dan Bapa Yusuf, bantulah aku. Amin.

    Selamat pagi. Selamat beraktivitas pada akhir pekan sesuai Prokes. AMDG. Berkat Tuhan.

    PK/hr.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI