Home MANCANEGARA Imam Jesuit India pilih menderita di penjara daripada dirawat di rumah sakit

Imam Jesuit India pilih menderita di penjara daripada dirawat di rumah sakit

0
CNS screenshot/YouTube)
CNS screenshot/YouTube)

Pengadilan Tinggi Bombay telah menunda bulan depan sidang permohonan jaminan dari Pastor Stan Swamy SJ dari India, yang berarti pastor berusia 84 tahun itu akan terus berada di penjara meskipun kesehatannya memburuk.

Imam yang sedang diadili dalam kasus Bhima Koregaon-Elgar Parishad itu memohon jaminan sementara pada pengadilan dengan alasan kesehatan untuk kembali ke rumahnya di Ranchi, tempat di pernah berkarya untuk penduduk asli. Tanggal 21 Mei, Pengadilan Negara Bagian Maharashtra menawarinya perawatan di rumah sakit pemerintah atau swasta di ibu kota negara bagian Mumbai.

Ketika berinteraksi dengan pengadilan melalui konferensi video, 19 Mei, Pastor Swamy menjelaskan kondisi kesehatannya di Penjara Pusat Taloja Mumbai, tempat dia ditahan sejak 9 Oktober 2020, sehari setelah penangkapannya di Ranchi. Imam yang menderita penyakit Parkinson, gangguan pendengaran, dan penyakit terkait usia itu, menjelaskan, ketika dia tiba di penjara, sistem tubuhnya “sangat berfungsi”, tetapi selama lebih dari 7 bulan di penjara, kesehatannya menurun terus meski lambat.”

“Maka, Penjara Taloja telah membuat saya tak bisa menulis atau berjalan-jalan sendirian,” katanya kepada pengadilan. “Saya mau makan sendiri, menulis, berjalan, saya bisa mandi sendiri, tapi semua ini menghilang satu demi satu…. Seseorang harus memberi saya makan,” kata imam itu seraya meminta pengadilan mempertimbangkan bagaimana semua ini terjadi.

Saat ditawari untuk dirawat di Rumah Sakit JJ yang dikelola negara, Pastor Swamy menolak dengan mengatakan dia lebih suka Penjara Taloja. “Tidak, saya tidak mau. Saya pernah di sana tiga kali. Saya tahu pengaturannya. Saya tidak mau dirawat di rumah sakit di sana. Saya lebih suka menderita, mungkin mati sebentar lagi jika ini terus berlanjut. Saya lebih suka ini daripada dirawat di Rumah Sakit JJ. Ini saat yang sangat sulit bagi saya.”

Pengadilan mengatakan tidak bisa mengirimnya pulang ke Ranchi saat ini tetapi dapat mengatur agar dia mendapatkan perawatan lebih baik di rumah sakit lain, seperti Rumah Sakit Keluarga Kudus Katolik di Mumbai. Imam itu menolak dirawat di rumah sakit lain dan mengatakan tidak ada bedanya. “Apapun yang terjadi pada saya, saya ingin bersama orang-orang saya sendiri” di Ranchi, kata Pastor Swamy.

Saat mendengar laporan kontradiktif tentang kesehatannya, Pengadilan Tinggi Bombay memerintahkan pemeriksaan kesehatan imam itu di Rumah Sakit JJ milik pemerintah, yang laporannya telah diserahkan ke pengadilan 21 Mei. Pengadilan meminta otoritas penjara mengikuti rekomendasinya untuk memastikan perawatan yang tepat bagi Pastor Swamy.

Pejabat National Investigation Authority (NIA), badan federal untuk memerangi kegiatan teroris, menangkap Pastor Swamy, 8 Oktober 2020, di Ranchi. Mereka mendakwanya atas dugaan hubungannya dengan pemberontak Maois yang dikatakan berada di balik kekerasan di desa Bhima Koregaon di negara bagian Maharashtra, Januari 2018. Dalam kekerasan itu, satu orang tewas dan banyak lainnya terluka. Lima belas aktivis hak asasi manusia lainnya terlibat dalam kasus yang sama.

Menyadari penangkapannya sudah dekat, Pastor Swamy merilis video yang menjelaskan komitmennya terhadap hak-hak orang-orang yang terlantar dan yang dirampas tanahnya. Mengenai tuduhan hubungan dengan kekerasan Bhima Koregaon, imam itu mengatakan itu “tempat yang belum pernah saya kunjungi selama hidup saya.”

Saat menunda kasus hingga 7 Juni, Pengadilan Tinggi Bombay mengatakan Pastor Swamy memiliki kebebasan untuk mendekatinya jika dia setuju untuk dirawat di rumah sakit. Pengadilan Tinggi Bombay sedang mengadili bandingnya terhadap keputusan pengadilan Khusus NIA yang menolak jaminan darurat sementara.

Segera setelah imam itu ditangkap, kepala hak asasi PBB mengimbau pemerintah India melindungi hak-hak pembela hak asasi manusia dan LSM, dan kemampuan mereka untuk melaksanakan pekerjaan penting mereka atas nama banyak kelompok yang mereka wakili.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet keprihatinan atas tiga “undang-undang yang didefinisikan secara samar-samar” yang “semakin sering digunakan untuk membungkam suara-suara ini.” Seraya mengkritik Undang-Undang Pencegahan Kegiatan Melanggar Hukum yang telah banyak dikritik karena kurang sesuai dengan standar hak asasi manusia internasional, kantor Bachelet mencatat bahwa Pastor Stan Swamy, aktivis lama yang terlibat dalam membela hak-hak kelompok-kelompok terpinggirkan, didakwa dan dilaporkan tetap ditahan, meskipun kesehatannya buruk.” Bachelet mendesak pemerintah “membebaskan orang-orang yang dituduh berdasarkan Undang-Undang Pencegahan Aktivitas Melanggar Hukum karena hanya menjalankan hak asasi manusia yang wajib dilindungi oleh India.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Robin Gomes/Vatican News)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version