Kapitel Ordo Pewarta beri ruang saling mendengarkan dan belajar, sebagai saudara

0
1935
Surat Master Ordo
Dari kiri ke kanan: Pastor Gerard Timoner OP (Master Ordo saat ini) dan mantan Master, Pastor Bruno Cadore OP, Pastor Carlos Azpiroz Costa OP, dan Pastor Timothy Radcliffe OP

“Santo Dominikus merayakan Kapitel Umum (Ordo Pewarta atau Dominikan, Red.) pertama pada hari raya Pentakosta tahun 1220 dan 1221. Kalau saudara-saudara menerima cara hidup apostolik, maka mereka juga harus menyesuaikan cara apostolik untuk membuat keputusan bagi seluruh Ordo. Bentuk pemerintahan komunitarian (LCO VI) yang diberikan Dominikus kepada Ordo juga merupakan pemberian kepada Gereja, karena misi Ordo adalah membantu membangun Gereja, tubuh Kristus.”

Master Ordo Pewarta Pastor Gerard Timoner OP menulis hal itu dalam “Surat untuk Ordo” dengan judul “Kapitel Umum Ordo Pewarta: Struktur Persekutuan dan Misi” yang dikeluarkan di Roma memperingati 800 Tahun Kapitel Umum Pertama Ordo (1220, 1221), pada Hari Raya Kenaikan Tuhan, 13 Mei 2021.

Kapitel (umum, provinsial, biara), menurut Pastor Timoner asal Filipina, “adalah instrumen untuk membangun persekutuan.” Kapitel, lanjut imam itu, “memberikan ruang untuk menghadapi tantangan yang dihadapi para saudara, untuk mencari konsensus tentang masalah yang memecah belah, untuk memahami cara terbaik untuk melayani misi Ordo pada saat dan tempat tertentu, dan yang lebih penting, untuk saling mendengarkan dan belajar, sebagai saudara.”

Ignatius dari Antiokhia, dalam suratnya kepada umat di Efesus, mengatakan anggota Gereja adalah σύνοδοι, “rekan dalam perjalanan”, berdasarkan martabat baptisan dan persahabatan mereka dengan Kristus, tulis Master Ordo itu.

Dan, para Dominikan juga, tegas imam itu, adalah synodoi, “rekan-rekan mengembara,” saudara dan saudari dalam misi bersama untuk mewartakan Sabda yang berinkarnasi. Dan saat merayakan puncak peringatan 800 tahun kapitel umum pertama Ordo, Pastor Gerard Timoner OP meminta mantan-mantan Master Ordo yakni Pastor Timothy Radcliffe OP, Pastor Carlos Azpiroz Costa OP dan Pastor Bruno Cadore OP untuk membagikan pemikiran dan refleksi mereka tentang pengalaman konkret mereka dari Kapitel Umum dalam Ordo, bagaimana Kapitel Umum jadi alat persatuan dan persekutuan, demi misi pewartaan Ordo.

Sebagai Master Ordo, menurut Pastor Gerard Timoner, mereka telah, dan terus menjadi “synodoi”, rekan-rekan dalam perjalanan Ordo, dalam “pengembaraan komunal.” Master itu menulis, “Saat kita membaca refleksi mereka, kita akan menemukan wawasan dasar yang sama, tetapi konteks dan isi pengalaman mereka akan berbeda, karenanya, sama, namun berbeda.”

Pastor Timothy Radcliffe OP, antara lain, menulis bahwa telah menghadiri Kapitel Umum sejak Oakland tahun 1989. “Ada saat-saat ketegangan dan ketidaksepakatan yang tajam, tetapi kami telah melawan kekuatan perpecahan yang menimpa Gereja dan masyarakat. Di Biên Hòa tahun 2019, kami mencapai kedamaian lebih dalam dari sebelumnya, bahkan kami bisa melihat perbedaan sebagai ajakan untuk maju lebih jauh dalam pemahaman kami tentang Injil,” kutip surat itu.

Pastor Timothy menulis, tidak mungkin meremehkan pentingnya kesaksian ini dalam Gereja yang begitu sering terkoyak oleh perpecahan antara yang ‘tradisionalis’ dan ‘progresif’. Berkumpul dalam kapitel, tulis imam itu, “merupakan pemberitaan Injil ke dunia yang terpecah oleh kesalahpahaman timbal balik yang tumbuh, didorong oleh komunikasi media sosial yang terlalu disederhanakan, dan kepedulian yang layu akan kebenaran. Kapitel Umum perlu persiapan bertahun-tahun dan berminggu-minggu perdebatan dan pemungutan suara tanpa akhir. Namun inilah kerja organik yang sabar demi mempertahankan persaudaraan yang merupakan persatuan hati dan pikiran.”

Pastor Carlos Azpiroz Costa OP menulis, antara lain, bahwa berbagai kolese, yang terdiri dari berbagai biarawan, dengan berbagai fungsi, pada waktu berbeda, memberikan suara pada berbagai undang-undang yang mengatur kehidupan Ordo itu sendiri. “Persekutuan persaudaraan dari sistem kapitular ini juga dimanifestasikan dalam partisipasi organik dan proporsional dari semua bagian (biara, provinsi) untuk mencapai tujuan yang sesuai Ordo. Itulah sebabnya kami mengatakan pemerintah kami komunitarian dengan caranya sendiri, karena para atasan biasanya mendapatkan jabatan mereka melalui pemilihan oleh saudara-saudara, yang dikonfirmasi oleh atasan yang lebih tinggi.”

Dalam menyelesaikan masalah-masalah yang sangat penting, lanjut imam itu, komunitas-komunitas mengambil bagian dalam banyak cara dalam pemerintahan mereka sendiri, melalui Kapitel atau Sidang (di tingkat lokal, provinsi dan umum). “Ordo itu ‘sinodal’ karena sejak awal, para saudara sudah hidup, memuliakan, memerintah, mewartakan sebagai saudara. Sebagai pengandaian, kita dihadapkan pada tradisi teologis kaul ketaatan yang mungkin ‘berbeda’ dari apa yang biasa kita bayangkan atau dari,  hanya sebagai contoh, perspektif Benediktin atau Jesuit. Memang, obœdire (taat) terkait erat dalam tradisi kita dengan ob-audire (mendengarkan), itulah sebabnya kaul ketaatan adalah satu-satunya kaul yang diungkapkan dalam formula profesi Dominikan!” tulis imam itu.

Menurut Pastor Bruno Cadore OP, kapitel-kapitel mengumpulkan saudara-saudara yang tidak saling tahu tapi saling mengenal, bertemu dan membicarakan ide-ide yang mungkin saling eksklusif, namun dengan melakukan itu mereka ingin mengesampingkan klaim eksklusif apa pun atas kebenaran untuk benar-benar “mencari bersama orang lain jalan-jalan baru menuju kebenaran.”

Dalam kapitel, lanjutnya, saudara-saudara itu menyatukan budaya yang begitu jauh satu sama lain, namun yakin bahwa masing-masing tidak tergantikan dan tidak ada yang cukup sendirian menemukan kekayaan evangelisasi. Kadang-kadang, bahkan mungkin terlalu sering, lanjut imam itu, “kita bisa tergoda menganggap kapitel sebagai ‘latihan’ yang hampir teoretis, tidak terlalu efektif, terlalu bertele-tele, jauh dari kenyataan konkret. Dan, kita lalu mereduksi kapitel menjadi teks Kisah Para Rasul, yang terkadang sulit kami baca, atau yang, di lain waktu, kami tergoda membaca dan mengkritik seperti halnya esai!”

Persekutuan dalam Gereja bukan berarti membentuk ‘kelompok kerja’ yang mengklaim evangelisasi akan efektif karena telah menetapkan tujuan dan rencana strategis! tegas imam itu. “Sebaliknya, itu berarti perjalanan bersama sekelompok pria dan wanita yang, dalam melakukannya, dipenuhi dengan keinginan untuk menemukan bahwa di dalam Kristus mereka adalah saudara dan saudari yang bertujuan untuk membawa harapan panen ke dalam pusat sejarah.”(PEN@ Katolik/paul c pati)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here