Tanggal 3 Mei 2021 adalah ulang tahun ke-30 Carlo Acutis, “ahli komputer” milenial yang dengan cepat menjadi teladan kekudusan yang dipuja di seluruh dunia. Bulan depan, Sophia Press akan merilis buku tentang Carlo. Buku itu ditulis oleh Pastor Will Conquer dari Keuskupan Agung Monaco dan dikirim oleh Serikat Misi Asing Paris ke misi Kamboja yang umat beragama Katoliknya kurang dari 1%.
Tetapi selama studinya di Roma di San Luigi dei Francesi, imam itu bertemu keluarga Beato Carlo Acutis, yang baginya menjadi teladan kebajikan dan teman spiritual. Buku Pastor Conquer dengan judul “A Millennial in Paradise” itu memberikan sedikit gambaran tentang kehidupan singkat Carlo, dan bagaimana dia mengatasi tantangan yang dihadapi kaum muda zaman kita.
Misalnya, Pastor Conquer mencatat bagaimana Carlo harus bergumul dengan kesepian. “Tentu saja Carlo bergumul dengan kesepian. Anak tunggal, orang tua sibuk, gaya hidup kota. Siapa yang bisa menjadi temannya? Dengan siapa dia bisa berhubungan? Carlo hanya punya satu opsi, dan dia pilih opsi itu untuk menjadi salah satu persahabatan terbesar di zaman modern: Rajesh.”
Rajesh dipekerjakan orang tua Carlo untuk mengasuh anak lelaki itu, tetapi keduanya menjalin persahabatan lebih dari sekadar hubungan profesional yang fungsional. “Ini perlu kesederhanaan hati tertentu, yang tidak hanya dimiliki Carlo, tetapi yang ditemukan Rajesh sekali lagi bersamanya. Meski Carlo mengalami kesepian, kehadiran sahabatnya merupakan dukungan besar baginya sepanjang hidupnya,” jelas imam itu. Faktanya, karena teladan Carlo, Rajesh, yang beragama Hindu menjadi Kristen.
Kecakapan besar Carlo untuk persahabatan juga penting dalam hubungan yang dia miliki dengan gadis-gadis remaja yang dia kenal. Persahabatan itu ditandai, menurut Pastor Conquer, dengan percakapan yang panjang dan mendalam.
Panggilan telepon yang panjang. Artinya percakapan mendalam. Mengikuti jejak Santo Fransiskus dan Santa Klara dari Assisi, Carlo benar-benar percaya pada kemungkinan persahabatan sejati antara pria dan wanita. Saksi terbaik akan hal ini mungkin adalah sepupunya Flavia, tetapi tema-teman kelas lainnya juga mengonfirmasi hal itu.
Persahabatan ini memakan waktu, terutama dalam percakapan telepon berjam-jam. Sebelum Facetime (atau video calling) ada, ibu Carlo ingat berkali-kali pernah mendengar dering telepon putar tua, dan berlari ke ruang tamu untuk mengangkat telepon hanya untuk meneriakkan “Carlo, ini untukmu.”
Percakapan ini menunjukkan bahwa Carlo akan mendengarkan dan membangun kepercayaan dengan teman-temannya yang masih merindukannya hingga saat ini. Carlo juga berniat melakukan apa yang dia bisa agar wanita muda dihormati.
Pastor Conquer melaporkan, “sangat jelas bahwa dia tidak kenal kompromi dengan nafsu dan pergaulan bebas. Misalnya, Carlo adalah penggemar berat kolam renang. Dia melakukan gaya bebas, gaya dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu, sebanyak dia bermain-main dengan teman-temannya.”
Tapi ada satu jenis sikap yang tidak dia mainkan: berbagai bentuk pelecehan terhadap gadis-gadis yang terjadi di sana. Dan Carlo tidak hanya tidak setuju begitu saja. … Dia secara terbuka menghukum mereka yang menganggap siulan serigala dan panggilan kucing itu lucu. Tidak.
Apa yang dikatakan Carlo kepada mereka? Apakah dia meneriaki mereka? Apakah dia mengancam mereka? Semuanya tidak. Dia terus terang mengatakan kepada mereka sesuatu yang jauh lebih menakutkan, “Tubuh kita adalah bait Roh Kudus.”
Tulisan Kathleen N. Hattrup dari Aleteia ini diterjemahlkan oleh PEN@ Katolik/pcp
Artikel terkait:
Paus Fransiskus: Beato Carlo Acutis adalah saksi Kristus untuk orang muda
Makam remaja Carlo Acutis dibuka untuk penghormatan sebelum beatifikasi
Di bawah ini 10 kutipan inspiratif dari Beato Carlo