Klik untuk melihat ziarah para akolit Portugal
Paus Fransiskus mengirim surat kepada para akolit (pelayan altar, putera-puteri altar atau misdinar) Portugal yang melakukan Ziarah Nasional ke-25 mereka, 1 Mei, di Tempat Ziarah Maria Fatima. Dalam surat yang ditujukan kepada Ketua Komisi Liturgi dan Spiritualitas Konferensi Waligereja Portugis Uskup Brangança-Miranda Mgr José Manuel Garcia Cordeiro, Bapa Suci mengatakan, Bunda Maria akan senang melihat para akolit di sekitarnya dan dia akan berbisik pada mereka dengan cara sama seperti yang dilakukan kepada para pelayan pada mukjizat pertama Yesus di Kana, “Apa yang Dia katakan kepadamu, buatlah itu.”
“Inilah hal pertama yang Yesus katakan kepada kalian masing-masing: jadilah kudus,” kata Paus kepada putera-puteri altar. Paus mengingatkan mereka tentang keberuntungan mereka untuk bisa mendekati altar tempat hosti dan anggur disucikan untuk menjadi Tubuh dan Darah Tuhan kita. Meski mata mereka tidak melihat Yesus, lanjut Paus, bibir dan hati mereka memuliakan Dia.
Paus mendesak mereka untuk berperilaku sebagaimana layaknya melayani hal-hal suci, menyesuaikan sikap interior dan eksterior mereka agar sesuai dengan yang mereka lakukan, terutama di saat berada dekat altar, atau ketika membuat tanda salib, duduk atau ikut serta dalam doa dan lagu bersama.
Paus lebih lanjut mendorong para putera-puteri altar untuk menempatkan semua antusiasme usia mereka dalam perjumpaan dengan Yesus yang tersembunyi di bailk Ekaristi. “Berikan kepada Yesus tanganmu, pikiranmu dan waktumu,” desak paus, “dan Dia tidak akan gagal untuk memberimu ganjaran, memberimu sukacita sejati dan membuatmu merasa di tempat yang paling bahagia.”
Paus menyoroti contoh orang-orang kudus yang menemukan dalam Ekaristi makanan untuk perjalanan mereka menuju kesempurnaan, antara lain Beata Aleksandina dari Balazar yang hanya hidup dengan Komuni Kudus selama empat belas tahun, dan Santo Francisco Marto, anak gembala kecil dari Fatima yang mereka pilih sebagai model dan pelindung surgawi mereka.
Mengingat pesannya dalam Seruan Apostolik Pasca-Sinode 2019 Christus Vivit, Paus mengingatkan para putera-puteri altar bahwa mereka “tidak akan menjadi kudus dan menemukan pemenuhan dengan mengkopi atau meniru orang lain.”
Paus menunjukkan bahwa kesaksian para kudus berguna untuk memotivasi kita menuju kekudusan, namun meniru orang-orang kudus tidak berarti meniru cara keberadaan dan hidup suci mereka karena itu bisa “menyesatkan kita dari jalan unik dan spesifik yang Tuhan pikirkan untuk kita.”
“Kalian harus menemukan siapa kalian dan mengembangkan cara kalian sendiri untuk menjadi kudus, apa pun yang orang lain katakan atau pikirkan. Menjadi orang kudus berarti menjadi diri kalian sendiri yang lebih penuh, menjadi apa yang Tuhan ingin impikan dan ciptakan, dan bukan fotokopi,” tegas Paus, seraya menambahkan bahwa hidup mereka “harus menjadi rangsangan profetik bagi orang lain dan meninggalkan bekas di dunia ini, tanda unik yang hanya bisa ditinggalkan oleh kalian.”
Kemudian Paus mengenang kata-kata Beato Carlo Acutis, “Semua dilahirkan sebagai aslinya, tetapi banyak yang mati sebagai fotokopi.” Paus mencatat, meskipun mereka mungkin tampak berbeda, banyak yang berakhir seperti orang lain dan tidak membawa karunia serta talenta pribadi yang unik yang Tuhan berikan kepada mereka.
“Para putera-puteri altar terkasih, jangan biarkan diri kalian jatuh ke dalam keadaan biasa-biasa saja,” kata Paus … “Jangan ikuti orang-orang negatif, tetapi terus pancarkan di sekelilingmu cahaya dan harapan yang datang dari Allah! Karena kalian tahu, harapan ini tidak mengecewakan; tidak pernah! Bersama Allah, tidak ada yang hilang, tetapi tanpa Dia semuanya hilang. Maka, jangan takut menyerahkan diri kalian ke dalam pelukan Bapa di Surga, dan percayalah kepada-Nya, Dia akan memastikan bahwa kalian menjadi orang kudus asli yang Dia inginkan.”
Paus Fransiskus melanjutkan dengan mengangkat teladan Santo Yosef untuk para putera-puteri altar, dan menyoroti, meskipun tidak melayani dalam Misa, Santo Yosef menjadi putra altar Yesus yang hebat melalui perannya sebagai suami Maria dan bapa pengasuh dari Yesus.
Paus menambahkan bahwa Santo Yosef mengesampingkan rencana-rencananya demi mengikuti rencana-rencana Allah, membawa Bunda Maria dan Sang Putra di dalam rahimnya ke dalam rumahnya, dan dia menolak kehilangan Maria atau Yesus untuk apa pun di dunia ini.
“Dan untuk apa pun di dunia ini, Santo Yosef tidak ingin kehilangan kalian, para putera-puteri altar yang yang baik dan murah hati,” kata Paus seraya mendesak para putera-puteri altar untuk “dengan percaya diri memohon dan dengan bersemangat meniru Santo Yosef, dan dengan benar melayani mukjizat turunnya Yesus ke bumi yang berlangsung setiap hari di altar-altar kita.”
Paus kemudian memberkati mereka dan berdoa agar Santo Yosef, Penjaga Keluarga Kudus dan Pelindung Gereja Universal, melindungi semua putera-puteri altar di Portugal, bersama orang-orang yang menemani dan mengajar mereka, termasuk para keluarga dan katekis mereka, serta struktur keuskupan dan nasional serta para pastor dan kepala-kepala paroki.
Mengulangi pesan Paus Santo Yohanes Paulus II tahun 2004 dalam suratnya kepada para imam pada Kamis Putih, Paus Fransiskus mendesak para imam untuk menjadi “bapak, guru, dan saksi kesalehan dan kesucian hidup Ekaristis” bagi para putera-puteri altar, yang melihat Ekaristi “terjadi” di tangan-tangan para imam pendeta, melihat misterinya terpantul di wajah mereka, dan di hati mereka, saat mereka merasakan panggilan menuju cinta yang lebih besar.(PEN@ Katolik/paul c pati/Pastor Benedict Mayaki SJ/Vatican News)