Oleh Pastor Patrick Briscoe OP
Di Tempat Ziarah Kerahiman Ilahi di Krakow, Polandia, para peziarah bisa mengunjungi replika kamar Santa Faustina. Kesederhanaannya sangat mencolok. Ketika saya berkunjung, saya terpaku pada sebuah cangkir sederhana di meja samping tempat tidur Suster Faustina. Para suster tetap meletakkan di situ sebuah cangkir kecil untuk minum, dan dengan penuh kasih menatanya, seperti kalau Santa Faustina masih hidup.
Tempat minum kecil itu menarik perhatian, karena ketika menatap cangkir itu, saya teringat kata-kata Tuhan kita kepada Santa Faustina. Yesus berkata kepadanya, “Aku memberikan bejana kepada manusia agar dengan itu mereka bisa terus datang menimba rahmat dari sumber belas kasih.” Bejana yang Yesus maksudkan adalah lukisan yang Dia perintahkan, lengkap dengan kata-kata, “Yesus, aku percaya kepada-Mu.”
Dan di sana saya menyadari arti yang lebih jauh. Kita dipanggil untuk menjadi bejana belas kasih. Sama seperti Suster Faustina menyimpan dan mencurahkan rahmat Kerahiman Ilahi, kita juga dipanggil untuk mewujudkan dan menyebarkan sinar belas kasih Tuhan.
Tanda-tanda belas kasih
Begitu banyak cangkir dihiasi dengan slogan-slogan. Paling banter, ucapan-ucapan basi yang kita lihat di cangkir-cangkir kopi menginspirasi atau menghibur. Para mahasiswa saya cermat memilih stiker untuk ditempelkan pada botol air mereka. Seraya menunjukkan kreativitas dan orisinalitas, stiker-stiker itu dimaksudkan untuk dengan tepat menjelaskan kepada orang yang lewat siapa mahasiswa tersebut. Sindiran, dorongan, makian, dan motivasi… semua dapat ditemukan di wadah minum umum kita. Itulah tanda siapa kita, atau mungkin lebih ideal, kita ingin menjadi siapa.
Hari ini, Yesus memberi kepada para rasul tanda-tanda yang lebih dalam. Yesus mengungkapkan kemuliaan penderitaan-Nya bukan dengan slogan atau stiker, tetapi dengan menanggung luka-luka-Nya. Bahkan dalam kemuliaan, kebangkitan tubuh-Nya, Tuhan menyimpan luka-luka salib sebagai bukti siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Luka-luka itu menyatakan kedekatan Yesus, pemahaman-Nya akan penderitaan kondisi manusiawi kita.
Santo Yohanes Paulus II menulis, dalam Kristus yang dipermalukan dan menderita, umat beriman dan tidak beriman bisa mengagumi solidaritas yang mengejutkan, yang mengikat-Nya dengan kondisi manusiawi kita melebihi semua ukuran yang bisa dibayangkan.
Luka-luka tersebut meyakinkan kita akan identitas Yesus. Luka-luka itu adalah kesaksian tentang apa yang telah Dia tetapkan untuk dilakukan. Luka-luka itu menunjukkan bahwa kita dapat mempercayai siapa yang Dia katakan tentang diri-Nya dan apa yang Dia katakan telah Dia lakukan untuk kita.
Bejana-Bejana bocor
Tetapi semua pesan di cangkir kopi atau botol air, terlalu sering, mudah menghilang. Karena terlalu banyak dicuci atau keausan dalam kehidupan sehari-hari, slogan dan simbol itu pudar. Pesan-pesan menjadi tidak lengkap, tidak bisa diamati oleh orang yang lewat. Tidak jelas lagi maksud pesan-pesan itu.
Yesus mengajak kita meneladani-Nya, menjadi bejana-bejana belas kasihan. Pengalaman hidup, yaitu penderitaan dan duka di sisi surga ini, melelahkan kita. Slogan-slogan dan stiker-stiker hati kita perlu disegarkan, diperbarui.
Inilah mengapa Yesus memberi kita karunia Roh Kudus dan belas kasih Pengakuan Dosa. Rahmat surgawi-Nya menghentikan kebocoran dan retakan, membuat kita utuh lagi. Yesus membuat kita utuh kembali, dan mengumpulkan kembali bagian-bagian diri kita yang telah kita singkirkan di dalam dosa-dosa kita.
Santo Yohanes Paulus II menulis, kalian terbakar dengan keinginan untuk dicintai dan orang-orang yang selaras dengan perasaan hatimu belajar cara membangun peradaban cinta yang baru. Pengabaian sedikit saja cukup untuk mengatasi rintangan kegelapan dan kesedihan, keraguan dan keputusasaan. Sinar-sinar keramiman ilahi-Mu memulihkan harapan, khususnya, bagi orang-orang yang merasa terbebani oleh beban dosa.
Tidak ada bejana hati kita yang melampaui kekuatan Kristus untuk memperbaikinya. Itulah kekuatan cinta-Nya yang penuh belas kasih, untuk menarik semua umat manusia kembali ke diri-Nya sendiri.
Yesus, aku percaya kepada-Mu
Pada Minggu Kerahiman Ilahi ini, semoga hati diliputi dengan kata-kata, “Yesus, aku percaya kepada-Mu!” Kita mungkin merupakan bejana yang bocor, cangkir-cangkir kecil dengan slogan-slogan yang sudah pudar, tetapi Tuhan Yang Bangkit akan memperbaharui kita. Yesus yang mati sekarang hidup! Dia telah menanggung setiap kesedihan hati, tidak ada yang bisa jauh dari-Nya. Dia adalah balsem yang dunia butuhkan, jawaban untuk penularan kematian, pelipur lara untuk kesepian dan penderitaan kita.
Yesus bisa membuat kita utuh, Dia bisa dan akan memulihkan kita. Hari ini, setiap suara Kristen hendaknya berseru, “Yesus, aku percaya kepada-Mu!”***