Sabtu, Juli 27, 2024
26.1 C
Jakarta

Paus, “Setelah menerima belas kasih, marilah sekarang kita berbelas kasih”

Merayakan Oktaf Paskah di Gereja Santo Spirito di Sassia, Paus Fransiskus menyampaikan homili dalam Misa Hari Minggu Kerahiman Ilahi. (Vatican Media)
Merayakan Oktaf Paskah di Gereja Santo Spirito di Sassia, Paus Fransiskus menyampaikan homili dalam Misa Hari Minggu Kerahiman Ilahi. (Vatican Media)

“Marilah diperbarui oleh perdamaian, pengampunan, dan luka-luka Yesus yang berbelas kasih. Marilah memohon rahmat untuk menjadi saksi-saksi belas kasihan. Hanya dengan cara ini iman kita akan hidup dan hidup kita bersatu. Hanya dengan cara ini kita akan memberitakan Injil Allah, yaitu Injil belas kasih.” Itulah nasihat Paus Fransiskus dalam homili Misa pada Minggu Kerahiman Ilahi, yang dirayakan hari Minggu kedua Paskah.

“Karena, kalau cinta hanya tentang kita, iman menjadi gersang, mandul dan sentimental. Tanpa orang lain, iman menjadi tanpa tubuh. Tanpa perbuatan belas kasih, iman mati,” kata Paus dalam Misa di Gereja Santo Spirito di Sassia. Gereja abad ke-16 yang berdekatan dengan Vatikan itu ditetapkan oleh Santo Paus Yohanes Paulus II tahun 1994 sebagai gereja resmi Kerahiman Ilahi di Roma.

Sesuai protokol kesehatan Covid-19, yang diizinkan berada dalam gereja untuk Misa hanya sekitar 80 orang, termasuk para narapidana pria dan wanita, perawat, orang cacat, pengungsi, keluarga migran, dan beberapa imam dari ‘Misionaris Cinta Kasih’ yang menjadi konselebran. Tapi, Misa itu disiarkan langsung di medsos agar peranserta lebih banyak.

Paus memulai homili dengan mengingat bagaimana Yesus yang bangkit membuat “kebangkitan para murid” dengan membangkitkan semangat mereka dan mengubah hidup mereka. Dia lakukan ini dengan belas kasihan. “Setelah menerima belas kasihan itu, pada gilirannya mereka menjadi berbelas kasih,” kata Paus. Mereka menerima belas kasihan dari-Nya melalui tiga karunia yakni damai sejahtera, Roh Kudus, dan luka-luka-Nya.

Setelah kematian Yesus, jelas Paus, para murid berkumpul di sebuah ruangan, terjebak dalam kesia-siaan dan penuh penyesalan karena telah meninggalkan dan menyangkal Tuhan mereka. Tapi Yesus datang dan menyapa mereka, “Damai sejahtera bagi kamu!”

Paus mengatakan Yesus “tidak membawa damai sejahtera yang menghilangkan masalah di luar, tetapi yang menanamkan kepercayaan di dalam. Itu bukanlah damai lahiriah, tapi damai hati.” Paus menjelaskan, “Damai sejahtera dari Yesus membuat mereka berpindah dari penyesalan ke misi.”

Damai sejahtera Yesus yang membangkitkan misi, lanjut Paus, “tidak perlukemudahan dan kenyamanan, tetapi tantangan untuk keluar dari diri sendiri,” dari penyerapan diri yang melumpuhkan, dan dari ikatan yang membuat hati tetap terpenjara. Para murid menyadari bahwa Allah tidak mencela atau merendahkan mereka, tetapi percaya kepada mereka, seperti yang dikatakan oleh Santo John Henry Newman, “Dia mencintai kita lebih daripada kita mencintai diri kita sendiri.”

Cara kedua Yesus dalam menunjukkan belas kasih, kata Paus, adalah menganugerahkan Roh Kudus untuk pengampunan dosa-dosa. Dengan diri sendiri, kata Paus, kita tidak bisa menghapus dosa dan kesalahan. “Hanya Allah yang mengambilnya, hanya Dia dengan belas kasihan-Nya yang bisa membuat kita keluar dari kedalaman kesengsaraan kita.” Maka, “kita perlu membiarkan diri diampuni.”

“Pengampunan dalam Roh Kudus adalah hadiah Paskah yang memungkinkan kebangkitan batin kita,” kata Paus, seraya mendesak umat Kristiani meminta rahmat untuk “memeluk Sakramen pengampunan.” Menurut Paus, “pengakuan dosa bukan tentang diri sendiri dan dosa-dosa kita, tetapi tentang Tuhan dan belas kasih-Nya.” Pengakuan dosa adalah Sakramen kebangkitan, belas kasih yang murni,” kata Paus yang mendorong semua orang yang mendengar pengakuan dosa menyampaikan manisnya belas kasih.

Yesus menyembuhkan kita dengan belas kasih dengan menjadikan luka kita milik-Nya dan dengan menanggung kelemahan kita di dalam tubuh-Nya sendiri, kata Paus. Luka-luka Yesus adalah “saluran terbuka antara Dia dan kita, yang mencurahkan belas kasihan atas penderitaan kita. Itulah jalan yang Tuhan buka bagi kita untuk masuk dalam kasih-Nya yang lembut dan benar-benar ‘menyentuh’ siapa Dia.” Hal itu, kata Paus, terjadi pada setiap Misa, saat Yesus mempersembahkan kepada kita Tubuh-Nya yang terluka dan bangkit. Seperti yang ditunjukkan episode Injil hari itu tentang Thomas yang ragu, “kita menemukan Allah, kita menyadari betapa dekat Dia dengan kita dan kita tergerak berseru, ‘Ya Tuhanku dan Allah!’” Rahmat menerima belas kasihan, kata paus, adalah titik awal perjalanan Kristen kita. “Hanya jika kita menerima cinta Tuhan, barulah kita bisa mempersembahkan sesuatu yang baru kepada dunia.”

Dan ini yang dilakukan para murid, kata Paus sambil menunjuk Kisah Para Rasul. “Karena menerima belas kasihan, mereka, pada gilirannya, menjadi berbelas kasih.” Tidak seorang pun mengklaim memiliki harta benda apa pun secara pribadi, tetapi semua yang mereka miliki dimiliki bersama. Yang Paus tekankan adalah Kristen murni, bukan Komunisme. Ketakutan mereka telah dihilangkan dengan menyentuh luka-luka Tuhan, dan sekarang mereka tidak takut menyembuhkan luka-luka orang yang membutuhkan. Seraya meminta umat untuk tidak tetap acuh tak acuh, Paus berkata, “Setelah menerima belas kasih, marilah sekarang kita berbelas kasih.”

Pesta Kerahiman Ilahi telah masuk dalam kalender liturgi baru-baru ini. Seorang biarawati Polandia, Santa Faustina Kowalska, yang meninggal tahun 1938, adalah rasul devosi kepada Kerahiman Ilahi. Dalam proses pewayuhan kepadanya, Yesus meminta pada banyak kesempatan agar hari raya itu didedikasikan untuk Kerahiman Ilahi, dan pesta ini dirayakan pada hari Minggu setelah Paskah.

Teks-teks liturgi Minggu Kedua Paskah sudah menyangkut institusi Sakramen Tobat, Tribunal Kerahiman Ilahi, dan dengan demikian sesuai permintaan Yesus. Pesta ini, yang sebelumnya untuk bangsa Polandia dan dirayakan di Kota Vatikan, diperluas ke Gereja Universal oleh Paus Yohanes Paulus II saat kanonisasi Santa Faustina, 30 April 2000. Kemudian, dalam dekrit 23 Mei 2000, Kongregasi untuk Ibadah Ilahi dan Tata Tertib Sakramen Vatikan menyatakan, “di seluruh dunia, Minggu Kedua Paskah akan bernama Minggu Kerahiman Ilahi.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Robin Gomes/Vatican News)

Minggu Kerahiman Ilahi di Gereja Santo Spirito di Sassia
Minggu Kerahiman Ilahi di Gereja Santo Spirito di Sassia
Paus Fransiskus merayakan Misa di Gereja Santo Spirito di Sassia
Paus Fransiskus merayakan Misa di Gereja Santo Spirito di Sassia

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini