Home VATIKAN Cantalamessa pada Jumat Agung: Salib, landasan Kristologis dari persaudaraan

Cantalamessa pada Jumat Agung: Salib, landasan Kristologis dari persaudaraan

0
Vatican Media
Vatican Media

“Kita membangun persaudaraan dengan cara yang persis sama dengan membangun perdamaian, yaitu dimulai dari dekat, dengan diri sendiri… Bagi kita, itu berarti persaudaraan universal dimulai dengan Gereja Katolik,” kata Pengkhotbah Rumah Tangga Kepausan Kardinal Raniero Cantalamessa dalam homili Perayaan Sengsara Tuhan di Basilika Santo Petrus, Jumat Agung malam, 2 April, yang dipimpin Paus Fransiskus.

Di hari umat Kristiani memperingati sengsara dan kematian Yesus, kardinal Kapusin mengeksplorasi gagasan persaudaraan dan persatuan dari berbagai perspektif, dimulai dengan ensiklik Paus terbaru Fratelli tutti.

Dokumen itu, kata kardinal itu dalam ibadah yang hanya dihadiri sejumlah kecil umat demi memenuhi protokol kesehatan Covid-19, ditujukan untuk audiensi sangat luas, di dalam dan di luar Gereja, bahkan secara praktis kepada seluruh umat manusia, dan menunjukkan beberapa cara untuk mencapai persaudaraan manusia yang nyata dan adil di berbagai bidang kehidupan, mulai dari sektor swasta hingga publik, dan dari lingkaran agama hingga bidang sosial dan politik.

“Misteri salib yang kita rayakan,” lanjut kardinal asal Italia itu, “mewajibkan kita fokus tepat pada landasan Kristologis dari persaudaraan yang diresmikan di Kalvari.” Istilah saudara, dalam arti paling umum, adalah saudara kandung. Selangkah lebih maju, saudara berarti bangsa atau masyarakat yang sama. Maknanya meluas hingga mencakup setiap pribadi manusia, dalam arti bahwa saudara diterjemahkan sebagai sesama seperti dalam Kitab Suci. Ketika Yesus berkata, “Apa pun yang kamu lakukan untuk salah seseorang dari saudara-Ku yang paling kecil ini, kamu telah melakukannya untuk Aku,” Dia bermaksud untuk memasukkan setiap orang yang membutuhkan pertolongan.

Namun, kata kardinal berusia 86 tahun itu, dengan Paskah, ada perkembangan penting arti kata saudara. Dalam Misteri Paskah, Kristus menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma 8:29). Murid-murid menjadi saudara dan saudari dalam arti baru dan sangat mendalam. Faktanya, hanya setelah kebangkitanlah untuk pertama kali Yesus memanggil murid-murid-Nya saudara-saudara. “Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka bahwa sekarang ‘Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu’,” kata-Nya kepada Maria Magdalena.

Setelah Paskah, istilah saudara menunjukkan seorang saudara seiman, seorang anggota komunitas Kristen, saudara sedarah dalam darah Kristus. Bukannya menggantikan persaudaraan keluarga, bangsa, atau ras, persaudaraan Kristus ini memahkotai mereka semua. Iman Kristen menambahkan dimensi kedua dan menentukan, bahwa kita bersaudara bukan hanya karena kita semua punya Bapa yang sama dalam hal penciptaan, tetapi kita juga memiliki saudara yang sama, Kristus, “anak sulung di antara banyak saudara” dalam kebajikan penebusan.

Pengkhotbah Rumah Tangga Kepausan itu mencatat, persaudaraan di antara umat Katolik terluka dan perpecahan di antara Gereja terjadi bukan karena dogma, sakramen-sakramen, dan pelayanan-pelayanan. “Perpecahan yang mempolarisasi umat Katolik,” kata kardinal, “berasal dari opini politik yang tumbuh menjadi ideologi setelah mendapat prioritas di atas pertimbangan agama dan kegerejaan,” isu-isu yang “tidak dibicarakan secara terbuka atau disangkal dengan hina.”

Bagi umat Katolik, lanjut kardinal itu, persaudaraan dibangun dengan cara yang sama membangun perdamaian, yaitu dengan memulai dari diri kita sendiri, di dalam Gereja. Yang dibutuhkan adalah pemeriksaan hati nurani yang serius dan bertobat. Perpecahan yang timbul, tegas kardinal itu, adalah karya iblis yang paling baik, “musuh yang menabur lalang.”

Dalam hal ini, Yesus adalah teladan yang harus diikuti. Dia dengan keras menolak dimasukkan dalam salah satu dari empat partai di masa-Nya yakni Farisi, Saduki, Herodian, dan Zelot. Umat ​​Kristen perdana juga mengikuti jalan yang sama.

Kardinal Cantalamessa berkata, “Para gembala harus menjadi orang pertama yang serius memeriksa hati nurani.” Mereka perlu bertanya pada diri sendiri apakah mereka sedang membawa kawanan kepada diri mereka sendiri atau kepada Yesus.(PEN@ Katolik/paul c pati/Robin Gomes/Vatican News)

Vatican Media
Kardinal Raniero Cantalamessa OFMCap (Vatican Media)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version