Ketika menghadiri Misa Minggu Palma, hendaklah kita merenungkan apa yang diajarkan oleh Santo Andreas dari Kreta tentang cara terbaik mengikuti Minggu Palma, di mana pun kita berada.
Salah satu yang menarik dari Minggu Palma adalah pembagian ranting-ranting pohon palma meniru tindakan orang banyak yang menyambut Yesus di Yerusalem. Namun ranting-ranting daun palma secara fisik tidak terlalu penting sebagaimana ranting-ranting daun-daun palma spiritual yang kami bawa ke dalam perayaan ini.
Santo Andreas dari Kreta, seorang uskup abad ke-8, menyoroti realitas spiritual ini dalam wacana “Tentang Daun Palma” yang ditampilkan dalam Doa Ofisi pada Minggu Palma.
Daun Palma mengingatkan kita akan kebutuhan untuk berpartisipasi secara spiritual dalam perayaan Minggu Palma, menyambut Yesus dalam hati kita sendiri. Berikut adalah kutipan singkat dari renungan yang harus kita semua renungkan untuk lebih memahami esensi pesta ini.
Maka marilah membentangkan di depan kaki-Nya, bukan pakaian atau cabang-cabang zaitun, yang tidak berjiwa, yang menyenangkan mata selama beberapa jam dan kemudian layu, tetapi diri kita sendiri, yang mengenakan rahmat-Nya, atau lebih tepatnya, berpakaian lengkap di dalam Dia. Kita yang telah dibaptis dalam Kristus harus menjadi pakaian yang kita bentangkan di hadapan-Nya. Sekarang, di saat noda merah tua dosa-dosa kita telah dibersihkan dalam air baptisan yang menyelamatkan dan kita menjadi putih seperti wol murni, marilah mempersembahkan kepada pemenang maut, bukan hanya ranting-ranting pohon palma tetapi penghargaan nyata atas kemenangan-Nya. Biarlah jiwa kita menggantikan cabang-cabang pohon penyambutan saat kita ikut bernyanyi bersama anak-anak: Berbahagialah dia yang datang dalam nama Tuhan. Berbahagialah raja Israel.(PEN@ Katolik/paul c pati/Philip Kosloski/Aleteia)