Setelah membaca wawancara L’Osservatore Romano dengan penulis Yahudi asal Hungaria, Edith Bruck, yang sekarang berusia hampir 90 tahun, Paus Fransiskus sangat terharu dengan kengerian yang dia dan keluarganya alami selama Holokaus, program pembunuhan sistematis yang dilakukan Nazi dalam Perang Dunia II. Paus pun lalu meminta untuk bertemu dengannya dan mengunjunginya di rumahnya.
Sabtu sore, 20 Februari, Paus Fransiskus meninggalkan Vatikan dan menuju ke pusat kota Roma untuk melakukan kunjungan pribadi ke rumah Edith Bruck yang sejak pertengahan 1950-an tinggal di Italia.
“Saya datang ke sini untuk berterima kasih atas kesaksian Anda dan untuk memberi penghormatan bagi orang-orang yang mati sebagai martir karena kegilaan populisme Nazi,” kata Paus kepadanya. “Dan dengan tulus saya ulangi kepada Anda kata-kata yang saya ucapkan dari hati saya di Yad Vashem dan yang saya ulangi di hadapan setiap orang yang, seperti Anda, telah sangat menderita karena ini: [Saya memohon] pengampunan, ya Tuhan, atas nama umat manusia.”
Hadir pula dalam pertemuan itu direktur L’Osservatore Romano, Andrea Monda. Tanggal 26 Januari, media itu menerbitkan wawancara Francesca Romana de ‘Angelis dari media itu dengan Bruck.
Percakapan antara Paus dan intelektual itu berlangsung sekitar satu jam, dan merupakan kesempatan bagi penulis itu untuk bersaksi tentang “pengalaman neraka kamp konsentrasi Nazi.” Dia dikirim di sana di masa kecilnya. Sebagian besar keluarganya tewas di kamp itu. Ibunya tewas di Auschwitz dan ayahnya di Dachau.
Bruck juga berbicara tentang “ketakutan dan harapan saat ini.” Keduanya menekankan “nilai ingatan dan peran orang tua dalam mengembangkan dan meneruskannya kepada orang muda.” Seperti halnya presiden Dewan Kepausan untuk Kehidupan Uskup Vincenzo Paglia, Bruck adalah anggota komisi pemerintah yang dibentuk Menteri Kesehatan Italia untuk merefleksikan nasib para lansia.(PEN@ Katolik/pcp/Vatican News/Aleteia)