“Saya sangat senang dan bangga pada Anda semua yang di masa pandemi ini justru semakin tekun beribadah, kendati tidak dapat dilakukan bersama di gereja. Saya sangat senang dan bangga pada keluarga-keluarga yang menjadikan kondisi pandemi sebagai alasan untuk menghidupi kekatolikan dan iman akan Kristus dalam kebersamaan di tengah keluarga.”
Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko menulis hal itu dalam Surat Gembala Prapaskah Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) bertema “Bertumbuh dalam Kristus, Berbuah dalam Hidup” yang diterbitkan pada Pesta Bertobatnya Santo Paulus Rasul, 25 Januari 2021, dan dibacakan atau ditayangkan 13-14 Februari.
Mgr Ruby berharap semoga dengan berkat persatuan erat dengan Kristus yang diamatinya dalam pandemi “rahmat Allah senantiasa menghidupkan, menguduskan, dan mengobarkan semangat kita untuk menghasilkan buah yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang.”
Seiring dengan gerak pastoral KAS saat ini, Mgr Ruby berharap semoga dengan mengolah dan mendalami tema APP seperti tema surat gembala itu, “hidup kita sebagai paguyuban-paguyuban murid-murid Kristus semakin berakar dalam Kristus sendiri, hingga akhirnya berbuah berkah bagi orang lain.”
Hidup sebagai murid-murid Kristus hendaknya semakin nyata, lanjut prelatus itu, “baik dalam kesalehan doa maupun dalam cara hidup, baik dalam cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak, maupun dalam cara memperlakukan sesama. Ini semua menjadi buah dari persatuan kita dengan Kristus, Sang Pokok Anggur sejati.”
Dan, pandemi saat ini, kata Mgr Ruby, “memacu kita menemukan cara-cara baru dan tepat untuk mengikatkan diri semakin erat pada Kristus Tuhan. Demikian kita makin kemanthil-kanthil marang Sang Kristus (semakin lengket bersatu dengan Kristus).”
Dalam surat gembala itu, selain mengajak umatnya untuk saling membantu dan saling mendoakan, agar senantiasa diteguhkan dalam iman, harapan dan kasih, Mgr Ruby juga mengajak umatnya untuk tetap setia menjalani olah rohani dalam retret agung 40 hari atau selama masa Prapaskah.
“Hendaklah baik dalam Liturgi maupun dalam katekese liturgis ditampilkan lebih jelas dua ciri khas masa “empat puluh hari”, yakni terutama mengenangkan atau menyiapkan Baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara lebih intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan dengan demikian menyiapkan mereka untuk merayakan misteri Paskah,” demikian Konstitusi tentang Liturgi Suci Sacrosanctum Concilium artikel 109, yang juga ditulis oleh prelatus itu dalam surat gembalanya.
Maka, selain berharap agar di masa khusus ini umatnya semakin membuka kesadaran kita akan dosa-dosa dan kerapuhan di hadapan Allah dan sesama, Mgr Ruby menulis, “Saya juga berharap semoga masa Prapaskah ini semakin menggerakkan kita untuk membina pertobatan, membuka hati kita untuk mensyukuri rahmat belas kasih Allah, dan bertumbuh dalam kesucian melalui keutamaan-keutamaan hidup kristiani. Semoga dalam rahmat-Nya kita dimampukan untuk menghayati dan mewujudkan kepedulian serta solidaritas Allah sendiri kepada seluruh umat-Nya.”(PEN@ Katolik/paul c pati)