Rabu, Desember 18, 2024
29.3 C
Jakarta

Hari Valentine, 14 Februari, berakar pada Agama Katolik dan konsep cinta mendalam

Relikui Santo Valentinus dilestarikan dalam altar utama Basilika Santo Valentinus di Terni, Italia.
Relikui Santo Valentinus dilestarikan dalam altar utama Basilika Santo Valentinus di Terni, Italia.

Di kota Terni, Italia, umat Katolik menanti 14 Februari sebagai hari raya Santo Valentinus, santo pelindung kota mereka. Relikui orang kudus itu dikuburkan di katedral mereka. Tapi, 14 Februari dikenal seluruh dunia sebagai hari bunga dan cokelat, hati dan permen merah, serta cupid-cupid gemuk, dan anak panah. Para pasangan muda sangat menantikan keluar malam atau liburan romantis di hari istimewa itu. Padahal, hari itu sebenarnya berakar pada agama Katolik dan, lebih khusus lagi, pada konsep cinta yang jauh lebih mendalam.

Menurut legenda hagiografi kuno, Santo Valentinus hidup antara tahun 175 dan 245. Dia adalah salah satu dari banyak uskup penginjil zaman itu yang secara heroik mengabdikan diri pada iman di saat terjadi penganiayaan berat terhadap umat Kristen.

Santo Valentinus berasal dari keluarga bangsawan dan berkomitmen untuk mempelajari iman dari abad sebelumnya. Dia ditahbiskan sebagai uskup Terni tahun 197 oleh Santo Felician, uskup di Foligno. Valentinus dikenal karena kepedulian dan pengabdian bagi yang membutuhkan. Ia juga dikenal karena melakukan banyak mukjizat dan menyembuhkan orang sakit.

Akhirnya, dia dipenjara karena menolak menyangkal Kristus di bawah pemerintahan kaisar Romawi. Dia dijatuhi hukuman mati. Beberapa orang yakin bahwa dia mendapat namanya itu karena kekuatan yang dia tunjukkan dalam kemartirannya (dalam bahasa Latin, valens berarti “kuat dan bersemangat”). Dia mati sebagai martir tanggal 14 Februari.

Dua prasasti kuno, yang ditulis dalam bahasa Latin, membuktikan kemartirannya. Salah satunya berbunyi, “Di Terni, Santo Valentinus, setelah dipukuli dalam waktu lama, dipenjara dan tidak bisa bertahan, akhirnya di tengah malam, diam-diam ia diseret keluar dari penjara, dan dipenggal kepalanya atas perintah Perfek Roma, Placidus.”

Setelah kematiannya, Valentinus dimakamkan di Via Flaminia di Terni, di luar tembok kota, dekat katedral sekarang. Di abad ke-5, makamnya menjadi tujuan ziarah. Belakangan, para biarawan Benediktin mengambil alih hak asuh tempat suci itu dan umat beriman mulai berbondong-bondong datang ke Terni setiap tahun. Di awal Abad Pertengahan, berkat para biarawan Benediktin, devosi kepada Santo Valentinus tersebar luas di seluruh Eropa. Saat itu, namanya dikaitkan dengan cinta. Banyak pasangan yang bertunangan atau pasangan muda yang sudah menikah berupaya mencari perantaraan Santo Valentinus melalui doa atau di makamnya di Terni.

Menurut beberapa catatan, Santo Valentinus diam-diam menikahkan pasangan-pasangan muda Kristen agar pria tidak mengikuti kewajiban militer. Legenda lain menceritakan tentang Mawar Rekonsiliasi. Sesuai cerita itu, Valentinus mendengar satu pasangan muda yang sedang bertengkar saat melewati pagar tamannya. Dia keluar menemui mereka sambil memegang setangkai mawar. Rambut berwarna abu-abu dan wajah tersenyum pria tua itu memiliki rahmat untuk menenangkan pasangan yang bertengkar. Dia kemudian mengulurkan mawar itu dan meminta keduanya untuk menerimanya. Dia menyuruh mereka memegang batang bunga itu hati-hati, sebagai pasangan, agar tidak saling menusuk. Dengan itu, ia mengajari keduanya untuk memiliki “cor unum” (satu hati), dan cinta mereka kembali seperti semula.

Mungkin legenda Santo Valentinus yang paling terkenal melibatkan satu pasangan muda bernama Sabino dan Serapia. Sabino adalah perwira Romawi yang menyembah berhala, dan Serapia adalah gadis Kristen yang cantik dari Terni. Dia minta kepada ayah dari Serapia untuk menikahinya, tetapi ditolak karena dia kafir. Serapia menyarankan agar Sabino pergi kepada uskup mereka, Valentinus, untuk menerima pelajaran agama Kristen dan bertobat. Sayangnya, saat perayaan pembaptisan dan persiapan pernikahan mereka, Serapia jatuh sakit parah. Saat Valentinus berada di samping tempat tidurnya, Sabino memintanya untuk tidak dipisahkan dari kekasihnya. Uskup Valentinus membaptis pemuda itu, memimpin upacara pernikahan mereka, dan ketika dia mengangkat tangannya ke surga untuk memberkati, tidur yang indah menguasai keduanya untuk selama-lamanya.

Ada yang mengatakan bahwa Valentine’s Day menghapus pesta penyembahan berhala kuno untuk dewa kesuburan Romawi yang disebut Faunalia, yang dirayakan 13 Februari. Ada juga yang menghubungkan pesta itu dengan pembaruan dan kelahiran musim-musim. Pada pertengahan Februari, tunas pertama mulai mekar dan burung-burung mulai kawin.

Setidaknya, konsep penyembahan berhala kuno tentang cinta dan gagasan percintaan sekuler dan modern sedikit sama dengan kesaksian Kristen asli, yang diwujudkan oleh uskup dan martir sejati, Santo Valentinus. Kasih penuh pengorbanan, yang jadi kesaksian dalam hidupnya yang luar biasa, terutama kebajikan heroik yang dibutuhkan hari ini oleh para pasangan Kristen yang terikat dalam pernikahan, adalah contoh bagi kita semua.(PEN@ Katolik/pcp/ Bret Thoman OFS/Aleteia)

Valentin_Metzinger_-_Sv._Valentin
“The Triumph of Saint Valentine” dilukis oleh Valentin Metzinger, sekitar abad ke-18.
sebuah kartu valentine's Day dari 1910
sebuah kartu valentine’s Day dari 1910
Santo Valentinus yang berlutut sambil memohon menerima rosario dari Perawan Maria (David Teniers III, 1600s)
Santo Valentinus yang berlutut sambil memohon menerima rosario dari Perawan Maria (David Teniers III, 1600s)
Kartu Valentine's Day tahun 1909
Kartu Valentine’s Day tahun 1909

 

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini