Simeon “menantikan penghiburan bagi Israel” (Luk 2:25). Simeon mengenali dalam Anak Yesus “terang yang datang untuk menyinari orang bukan Yahudi.” Simeon adalah pria lanjut usia yang dengan sabar menunggu pemenuhan janji Tuhan.
Sepanjang hidupnya, dia Simeon menunggu, melatih kesabaran hati. Simeon telah belajar bahwa Tuhan tidak datang dalam peristiwa luar biasa, tetapi bekerja di tengah kehidupan sehari-hari kita yang monoton, dalam ritme aktivitas kita yang sering membosankan, dalam hal-hal kecil yang kita capai dengan keuletan dan kerendahan hati, dalam upaya kita untuk melakukan kehendak-Nya.
Dengan kata-kata itu Paus Fransiskus gambarkan Simeon dalam Misa Malam Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, yang dirayakan sebagai Hari Hidup Bakti Sedunia, 2 Februari, seraya mengajak pria dan wanita religius “untuk bersabar dan berani untuk terus maju, menjelajahi jalan baru, dan menanggapi bisikan Roh Kudus.”
Simeon, lanjut Paus, tidak menjadi letih meskipun dalam hidup yang panjang di sana pasti ada masa-masa menyakitkan dan sulit, tetapi dia tidak kehilangan harapan, “nyala api masih menyala terang di dalam hatinya.”
Dengan percaya pada janji Tuhan, jelas Paus, dia tidak membiarkan diri diliputi penyesalan atau rasa putus asa yang bisa datang saat mendekati senja hidup. “Harapan dan penantian terungkap dalam kesabaran sehari-hari seorang pria yang, terlepas dari segalanya, tetap waspada, sampai akhirnya ‘matanya melihat keselamatan” yang dijanjikan,” kata Paus.
Paus kemudian mengamati bahwa kesabaran Simeon adalah cermin kesabaran Allah sendiri. Faktanya, dari doa dan sejarah bangsanya, Simeon telah belajar melihat di dalam Tuhan “Allah yang penuh belas kasihan dan murah hati, lambat marah dan berlimpah dalam cinta dan kesetiaan yang teguh.”
Paus merenungkan surat Santo Paulus kepada orang Roma. Dalam surat itu, rasul itu mengatakan bahwa kesabaran “menuntun kita pada pertobatan.” Dan, mengutip dari imam Jerman, penulis dan akademisi, Romano Guardini, yang pernah mengamati bahwa kesabaran adalah cara Allah menanggapi kelemahan kita dan memberi kita waktu yang kita butuhkan untuk berubah, Paus berkata “Lebih dari siapa pun, Mesias, Yesus, yang dipeluk Simeon, menunjukkan kepada kita kesabaran Allah, Bapa yang penuh belas kasih yang terus memanggil kita, bahkan sampai di saat akhir kita.”
Allah, tegas Paus, tidak menuntut kesempurnaan, tetapi selalu membuka kemungkinan baru ketika semua tampaknya hilang, dalam keinginan untuk membuka celah di dalam hati kita yang mengeras.
“Inilah alasan harapan kami: bahwa Allah tidak pernah lelah menunggu kita,” kata Paus seraya menambahkan, “ketika kita berpaling, dia datang mencari kita; ketika kita jatuh, Dia mengangkat kita berdiri; ketika kita kembali kepada-Nya setelah tersesat, Dia menunggu kita dengan tangan terbuka. Cinta-Nya tidak ditimbang dengan perhitungan manusiawi kita, tetapi tanpa henti memberi kita keberanian untuk memulai yang baru.”
Di akhir Misa, Paus mencatat, di masa pandemi ini, kesabaran sangat dibutuhkan untuk bergerak maju “mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan.” Merujuk homilinya yang didedikasikan untuk “kesabaran”, Paus merefleksikan bagaimana kehidupan dalam komunitas religius penuh dengan bahaya gosip. “Tolong, jauhkan diri kalian dari gosip,” kata Paus. Gosip “membunuh kehidupan komunitas!” tegas Paus.
Paus mengakui, kadang-kadang tidak mudah, tapi Paus mengajak kaum hidup bakti untuk “menggigit lidah mereka” sebelum bergosip tentang orang lain. “Gigit lidahmu, sehingga membengkak dan menutupi mulutmu dan kamu tidak bisa berbicara buruk!”
Paus juga menasehati saudara-saudari religiusnya untuk tidak pernah kehilangan selera humor. “Itu sangat membantu kita. Ini anti-gosip, tahu menertawakan diri sendiri, situasi, bahkan orang lain, dengan hati yang baik!”
“Terima kasih atas apa yang kalian lakukan, terima kasih atas kesaksian kalian. Terima kasih, terima kasih banyak atas kesulitan kalian, atas cara kalian membawanya dan atas cara kalian menahan rasa sakit dalam menghadapi kurangnya panggilan: beranilah, Tuhan maha besar, Tuhan mengasihi kami. Marilah kita mengikuti Tuhan!”
Hari Doa Sedunia untuk Hidup Bakti diresmikan tahun 1997 oleh Paus Santo Yohanes Paulus II. Perayaan ini dikaitkan dengan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah 2 Februari. Perayaan Hari Hidup Bakti Sedunia dipindahkan ke hari Minggu berikutnya guna menyoroti anugerah kaum hidup bakti bagi seluruh Gereja.(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)
Bila ada ringkasan tentang kesabaran dalam homili Bp. Paus akan sangat bagus.