Selain mengungkapkan kedekatan dengan peserta dan penyelenggara pertemuan global IFAD kelima dari Forum Masyarakat Adat, pesan Paus Fransiskus yang dikirim ke forum itu, 2 Februari, menyoroti komitmen Gereja untuk terus berjalan bersama, “mengungkapkan keyakinan kita bahwa globalisasi tidak dapat berarti keseragaman yang mengabaikan keragaman dan memaksakan jenis kolonialisme baru.”
Dana Internasional PBB untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) jadi tuan rumah pertemuan global kelima Forum Masyarakat Adat, yang berlangsung 2-4 Februari dan 15 Februari. Forum itu akan fokus pada nilai sistem pangan asli: ketahanan dalam konteks pandemi Covid-19. Forum ini juga bertujuan menjadi “platform untuk dialog bermakna tempat perwakilan Penduduk Asli atau Masyarakat Adat bisa menyampaikan keprihatinan, permintaan dan rekomendasi untuk meningkatkan kemitraan dengan IFAD dan efektivitas keterlibatannya dengan Penduduk Asli.”
Dalam pesan itu Paus menggarisbawahi bahwa alternatif perlu dibuat “berdasarkan solidaritas sehingga tidak ada yang merasa diabaikan, tetapi juga tidak memaksakan arah sendiri.” Sebaliknya, kata Paus, “kalau keragaman diartikulasikan dan saling memperkaya, maka persekutuan antara bangsa-bangsa berkembang dan meriah.”
Paus melanjutkan dengan mengatakan bahwa pembangunan perlu ditingkatkan dengan cara yang tidak menjadikan “konsumsi sebagai sarana dan tujuan, tetapi benar-benar menjaga, mendengarkan, belajar dan memuliakan lingkungan.”
“Inilah isi ekologi integral, tempat keadilan sosial dikombinasikan dengan perlindungan dari planet ini,” tegas Paus.
“Hanya dengan kerendahan hati ini,” tulis Paus, “kita akan dapat melihat kekalahan total dari kelaparan dan masyarakat yang didasarkan pada nilai-nilai yang langgeng, yang bukan merupakan buah dari mode yang lewat dan keberpihakan, tetapi keadilan dan kebaikan.”
Paus berharap Forum itu menghasilkan “buah yang berlimpah.” Guna menyerahkan kepada generasi berikutnya dunia yang merupakan “harta karun,” kata Paus, “mari kita perhatikan apa yang menguntungkan semua orang dan itulah yang akan memungkinkan kita melewati dunia ini dengan meninggalkan alur altruisme dan kemurahan hati.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Vatican News)