Paus tetapkan Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia karena suara mereka sangat berharga

1
9719
Paus Fransiskus dan seorang lansia pada audiensi pada Oktober 2016
Paus Fransiskus dan seorang lansia pada audiensi pada Oktober 2016

Suara para lansia sangat berharga, karena menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan dan melestarikan akar bangsa-bangsa. Para lansia mengingatkan kita bahwa usia tua adalah anugerah dan bahwa kakek-nenek adalah penghubung antara generasi yang berbeda, meneruskan pengalaman hidup kepada orang muda.

Dengan keyakinan itu, mulai tahun ini Paus Fransiskus memutuskan meresmikan perayaan Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia di seluruh Gereja, pada hari Minggu keempat bulan Juli, dekat dengan peringatan liturgi Santo Yoakim dan Santa Anna, kakek-nenek Yesus. Penetapan itu disampaikan Paus setelah Angelus hari Minggu, 31 Januari.

Mengingat Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, 2 Februari, ketika Simeon dan Anna yang lanjut usia bertemu anak Yesus dan mengakui Dia sebagai Mesias, Paus Fransiskus berkata, “bahkan di saat ini pun Roh Kudus membangkitkan pikiran dan kata-kata bijak dalam diri orang-orang lanjut usia.”

Menurut Bapa Suci, dia menetapkan Hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia karena “kakek-nenek sering dilupakan, dan kita melupakan kekayaan melestarikan akar dan meneruskan” apa yang telah diterima para lansia.

Paus menekankan pentingnya kakek-nenek dan para cucu saling mengenal, karena “seperti yang dikatakan Nabi Yoel, kakek-nenek bermimpi ketika melihat cucu-cucu mereka,” sementara “orang muda, yang memperoleh kekuatan dari kakek-nenek mereka, akan maju dan bernubuat.”

Dalam siaran pers setelah pengumuman itu, Kardinal Kevin Farrell, Prefek Dikasteri untuk Awam, Keluarga dan Kehidupan, menegaskan bahwa penetapan Hari Kakek-Nenek dan Lansia itu “adalah buah pertama dari Tahun Keluarga Amoris Laetitia, sebuah karunia untuk seluruh Gereja yang dimaksudkan untuk terus berlanjut ke masa depan.”

Kardinal menambahkan, “Pelayanan pastoral bagi lansia adalah prioritas yang tidak dapat lagi ditunda oleh komunitas Kristen mana pun. Dalam ensiklik Fratelli tutti, Bapa Suci mengingatkan kita bahwa tidak ada yang diselamatkan sendirian. Dengan pemikiran ini, kita harus menghargai kekayaan spiritual dan manusiawi yang diturunkan dari generasi ke generasi.”

Pernyataan Dikasteri itu mencatat, Paus Fransiskus diharapkan untuk merayakan Perayaan Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia yang pertama dengan memimpin Misa malam hari, Minggu, 25 Juli, di Basilika Santo Petrus, dengan tunduk pada langkah-langkah kesehatan yang berlaku pada saat itu. Mendekati hari itu, Dikasteri itu “akan mengumumkan inisiatif-inisiatif lebih lanjut yang akan menandai peristiwa itu.”

Dalam Dikasteri untuk Awam, Keluarga dan Kehidupan, Vittorio Scelzo terlibat dengan reksa pastoral lansia. Dia mencatat, perayaan Hari Kakek dan Lansia Sedunia terkait dengan Hari Sabda Allah dan Hari Orang Miskin yang ditetapkan Paus Fransiskus. Dalam wawancara dengan Vatican News, Scelzo menekankan, “orang miskin, Kitab Suci dan lansia” adalah “tiga prioritas kepausan Paus Fransiskus, prioritas-prioritas yang ditujukan untuk “merayakan masa depan Gereja.”

Menurut Scelzo, perlu menjembatani kesenjangan antara lansia dan generasi muda. “Lansia tidak selamat karena diri sendiri. Sayangnya, dalam pandemi ini kami melihat betapa banyak lansia yang tidak diselamatkan.”

Paus mau ingatkan kita bahwa sama halnya, “orang muda, orang dewasa dan masyarakat kita tidak bisa menyelamatkan diri sendiri tanpa lansia,” kata Scelzo. Dia mencatat, dialog antargenerasi sangat penting. “Untuk bisa keluar lebih baik atau tidak lebih buruk dari krisis itu, setiap masyarakat perlu memahami akarnya dan mengembangkan sintesis baru dari nilai-nilainya, dimulai juga dari dialog dengan lansia.”

Scelzo melanjutkan, “Lawan dari budaya buang justru adalah pelayanan pastoral bagi  lansia: menempatkan lansia sebagai pusat kehidupan komunitas-komunitas kita setiap hari. Tidak hanya dalam keadaan darurat, tidak hanya di saat sudah terlambat untuk menyadari hal ini.”

Lansia “adalah pohon-pohon yang selalu berbuah dan orang yang terus bermimpi.” Jadi, orang muda harus “diajak berdialog dengan impian lansia.” Scelzo ingat, inilah pesan yang sering diulang Paus Fransiskus. “Mimpi-mimpi lansia telah membangun masyarakat kita; misalnya, saya berpikir tentang Eropa, dunia tanpa perang lagi.” Ensiklik Tutti fratelli penuh dengan “mimpi dunia tanpa perang ini.” Itulah mimpi “yang dimiliki orang tua kita, kakek nenek kita setelah Perang Dunia Kedua.” Mungkin, kata Vittorio Scelzo, “kita perlu berdialog dengan mimpi-mimpi ini” guna “memahami seperti apa impian masyarakat kita untuk masa depan.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)

1 komentar

  1. Bagus sekali akan ditetapkan **Hari Kakek Nenek Lansia** mereka sering dilupakan biar Anak Cucu Tahu tanpa Kakek Nenek Lansia mereka tidak akan MUNGKIN berada di dunia.
    Suara Kakek Nenek Lansia Patut diDENGAR karena mereka adalah PANUTAN bagi Kita semua.
    Terima kasih.
    Wassalam
    Anthony Henriquez Yogyakarta

Leave a Reply to Anthony Henriquez Batal

Please enter your comment!
Please enter your name here