Karena pandemi Covid-19, para uskup anggota Koordinasi Tanah Suci tak akan melakukan kunjungan tahunan mereka ke Israel dan Palestina tahun ini dan sebagai gantinya mereka akan mengadakan pertemuan virtual. Kunjungan ini dilakukan tiap tahun di bulan Januari sejak tahun 2000 atas undangan Tahta Suci, dengan tujuan mendukung umat Kristen lokal Tanah Suci saat mereka alami realitas politik dan sosial-ekonomi kehidupan di wilayah itu.
Mengingat situasi saat ini, kelompok itu memutuskan bertemu secara online dari 16 hingga 21 Januari, sambil berharap agar delegasi lebih kecil akan bisa mengunjungi Tanah Suci segera setelah pandemi mereda, mungkin di musim panas mendatang. Pertemuan itu akan libatkan 11 uskup yang mewakili 15 konferensi waligereja dari Eropa, Amerika Utara dan Afrika Selatan. Patriark Latin Yerusalem baru Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, dan Duta Vatikan Uskup Agung Leopoldo Girelli akan juga ambil bagian. Tujuannya, sekali lagi, adalah mengungkapkan solidaritas berkelanjutan Gereja universal terhadap umat Kristen di Tanah Suci dan untuk menarik perhatian internasional atas penderitaan mereka.
Perhatian ini semakin perlu tahun ini dalam konteks pandemi, demikian penegasan sebuah komunike yang diterbitkan di web Konferensi Waligereja Jerman. Banyak umat Kristen lokal hidup dari pariwisata dan ziarah, yang merupakan sektor paling terpukul oleh Covid-19, dan kemudian kehilangan mata pencaharian, yang membuat hidup mereka semakin sulit. Mengingat krisis baru ini, dalam pertemuan virtual itu, para uskup anggota Koordinasi Tanah Suci akan berbagi informasi dan membahas prospek masa depan umat-umat ini. Mereka juga akan diberi pengarahan tentang situasi terkini di Jalur Gaza dan membahas situasi sekolah Kristen di Tanah Suci, baik tentang guru dan para siswa, dengan fokus khusus pada konteks pendidikan di Gaza.
Koordinasi Tanah Suci dibentuk akhir 1990-an atas ajakan Tahta Suci. Aksinya fokus pada tiga “P” yakni Prayer (Doa), Pilgrimage (Ziarah), dan Persuasion (Persuasi). “Doa” adalah kerangka pertemuan tahunan dengan Misa tiap hari, seringkali dalam ritus berbeda. “Ziarah” ke umat Katolik setempat adalah bagian terpenting dari pertemuan itu. Dalam kegiatan itu para uskup terkadang bertemu juga dengan para pemimpin politik setempat. Terakhir, “Persuasi” mengacu pada pekerjaan mereka setelah pulang ke negara masing-masing, yaitu berbicara dengan pemerintah mereka sendiri, anggota parlemen, duta besar Israel dan Palestina serta media tentang berbagai masalah yang mempengaruhi kehidupan umat Kristiani di Tanah Suci.(PEN@ Katolik/pcp/Lisa Zengarini/Vatican News)