Selasa, Desember 3, 2024
27.8 C
Jakarta

Setelah aborsi dilegalkan, para uskup Agentina kecam jurang pemisah antara politisi dan rakyat

Argentina’s Senate session on abortion bill in Buenos Aires, Argentina, Dec. 29, 2020. CHARLY DIAZ AZCUE SENADO ARGENTINA
Sidang Senat Argentina tentang RUU aborsi di Buenos Aires, Argentina, 29 Desember 2020. CHARLY DIAZ AZCUE / SENADO ARGENTINA

Setelah senat di Argentina melegalkan aborsi pada dini hari Rabu, 30 Desember, Konferensi Waligereja Argentina merilis pernyataan yang menuduh kepemimpinan politik negara itu berada jauh dari perasaan rakyat dan berjanji untuk terus berupaya “dengan ketegasan dan semangat menjaga dan melayani kehidupan.”

RUU yang telah lama diperdebatkan untuk melegalkan aborsi yang diajukan oleh Presiden Alberto Fernandez untuk memenuhi janji kampanye akhirnya disetujui di senat dengan 38 suara mendukung, 29 menentang, 1 abstain, dan 4 absen setelah 12 jam perdebatan. RUU itu sebelumnya telah dibersihkan oleh dewan itu.

Menurut survei November 2020 yang dilakukan oleh jajak pendapat independen Giacobbe & Asociados, 60% warga Argentina menentang undang-undang itu, sementara hanya 26,7% mendukung. Tapi undang-undang itu, salah satu yang paling permisif di dunia dan tidak ada paralelnya di kawasan ini, sangat didukung oleh media, tokoh-tokoh TV, dan pemberi pengaruh.

“Undang-undang yang telah dipilih ini akan semakin memperdalam perpecahan di negara kita,” tulis pernyataan para uskup. “Kami sangat menyesali jauhnya jarak kepemimpinan dari perasaan rakyat, yang terungkap dalam berbagai cara untuk mendukung kehidupan di seluruh negeri kami.” Argentina memang menyaksikan kegiatan-kegiatan damai pro-kehidupan terbesar dalam sejarahnya, tetapi sebagian besar diabaikan oleh pers lokal.

“Kami yakin rakyat kami akan selalu memilih semua hidup dan semua kehidupan. Dan bersama orang-orang kami, kami akan terus mengupayakan prioritas otentik yang perlu perhatian segera di negara kami.”

Para uskup juga mengatakan, meskipun fokus pada legalisasi aborsi, pemerintah telah gagal, “jumlah anak laki-laki dan perempuan yang hidup dalam kemiskinan semakin mengkhawatirkan, banyaknya putus sekolah, pandemi kelaparan dan pengangguran yang menimpa banyak keluarga, serta situasi dramatis para pensiunan, yang kini melihat hak-hak mereka dilanggar kembali.”

Pernyataan itu mengungkapkan terima kasih kepada “semua warga negara dan legislator yang membela kepedulian terhadap semua kehidupan.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Catholic News Agency)

 

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini