Di masa Adven 2020, empat imam meninggal dunia di Indonesia. Pastor Bollen Heinrich SVD meninggal di RS TC Hillers Maumere 22 Desember, Pastor Bernardinus Herry Priyono SJ di RS Sint Carolus Jakarta 21 Desember, Pastor Petrus Canisius Aman OFM di RS Panti Rapih Yogyakarta 15 Desember, Pastor Fransiskus Xaverius Herru Atmadja SCJ di RS Santa Maria Pekanbaru 14 Desember, dan Pastor Aloysius Lela Sogen Pr di RSUD Umbu Rara Meha Waingapu 14 Desember.
Selain para imam, ada dua bruder juga yang meninggal di masa penantian kelahiran Kristus tahun ini yakni Bruder Stevanus Prihana SJ di RS Sint Carolus 21 Desember, dan Bruder Yulianus Prasetyo MTB di RS Antonius Pontianak 22 Desember.
Selain mengiklankan Flores lewat Sea World Club dan merintis Credit Union (CU) di Indonesia Pater Bollen juga memiliki “seribu gelar” antar lain Pastor Coklat, Pastor Kakao, Pastor Tani, Pastor Lamtoronisasi, dan Pastor Pariwisata, sebab menurut laporan wartawan PEN@ Katolik dari Maumere, “separuh hidupnya memperhatikan pembangunan sektor infrastruktur, pertanian, kesehatan, pariwisata dan pemberdayaan sosial ekonomi.”
Semasa hidupnya, biarawan SVD itu menjalankan pastoral khusus untuk pendampingan rohani bagi turis mancanegara sekaligus mempromosikan Cottage Sea World Club dan mengiklankan Flores lewat berbagai dokumen audiovisual perihal kehidupan sosio budaya orang Flores dan Panorama Indah Flores.
Dalam sebuah wawancara, imam itu menegaskan, CU yang dirintisnya akan maju kalau semua pihak yang terlibat dalam usaha koperasi bersifat jujur dan tetap menjaga kepercayaan. “Kunci utama koperasi adalah kejujuran, kerjasama dan saling menjaga kepercayaan,” kata Pastor Bollen yang berkarya di Kabupaten Sikka Flores sejak 1960.
Saat peluncuran buku “Melebur di Tanah Flores” pada HUT-nya yang ke-90, 2 Juli 2019, mantan Bupati Sikka Daniel Woda Pale menegaskan bahwa berkat program penghijauan oleh Pastor Bollen kebun-kebun di lereng gunung “sudah tidak longsor dan kekeringan, semua jadi hijau.” Pastor Bolen, lanjutnya, tidak hanya mengurus penghijauan dengan lamtoronisasi tapi memperhatikan anak-anak miskin di Kabupaten Sikka.
Relawan Kemanusiaan asal Belgia Jeanne Colson Emma Anton yang dikenal dengan Mama Belgi menambahkan, “Pastor Bollen adalah orang baik hati. Royal memberi dan membantu. Dia orang keras dan kalau punya kemauan akan sesuatu tidak akan mundur.”
Sudah 60 tahun imam kelahiran Landstuhl, Jerman, 2 Juli 1929, itu mengabdi di Nusa Nipa khususnya Nian Sikka. Sesudah tahbisan imam di Sankt Agustin Jerman, 15 Mei 1958, putra dari Johann Bollen dan Katharina Leitheiser itu datang ke Indonesia, 14 Agustus 1959, dan berkarya sebagai pastor pembantu di Paroki Santo Yosep Maumere (1960-1962), dan Pastor Kepala di Paroki Watublapi (1962-1974).
Kapelan umat Jerman di Jakarta (1987-1974) itu menjadi pendiri, pembina, penasihat dan pastor pariwisata di Hotel Sea World Club Maumere (1994 hingga meninggal).
Maret 1988, ketika studi sosiologi di Universitas Filipina di Manila (1984-1989), Pastor Bernardinus Herry Priyono SJ yang akab dipanggil Pastor Herry menulis puisi yang gambarkan komitmen perjuangan keadilan dan perlawanan terhadap kebebalan ideologi dan rezim ketidaktahuan.
Seperti kapal yang di pantai tak sendirinya bercerita tentang kedalaman samudara
Seperti jubah kita tak sendirinya bercerita tentang cinta
Seperti buku sejarah tak pernah bercerita tentang rakyat yang kalah
Seperti penguasa tak pernah berita tentang luka
Sebagai pribadi dan dosen, menurut informasi dari website Serikat Jesus Indonesia, orang punya banyak kenangan mendalam atas komitmen dan integritas Pastor Herry sebagai seorang intelektual. “Sebagai seorang Jesuit, ia memahami tugas perutusannya sebagai bagian dari partisipasi dalam inkarnasi Allah di dunia dengan segala perjuangannya. Saat diminta memberikan informasi tentang rekan Jesuit, ia tidak mau tergesa-gesa karena dia membutuhkan keheningan doa untuk memberi masukan dan informasi bagi rekan Jesuit,” tulis web itu.
Pastor Herry yang lahir di Yogyakarta, 31 Mei 1960, dari pasangan Engelbertus Suratno dan Christina Suratinah mengawali pendidikan imam di Seminari Menengah Mertoyudan (1975-1979) kemudian masuk Serikat Jesus dan menjalani novisiat sejak 15 Juli 1979 dan mengucapkan kaul pertama 16 Juli 1981. Tugas perutusan studi filsafat dilakukan di STF Driyarkara (1981-1984) dan studi khusus sosiologi di Universitas Filipina sebagian bagian dari Tahun Orientasi Kerasulan. Menurut web itu, Pastor Herry menyaksikan dari dekat pergolakan People Power di Filipina yang menurunkan rezim Ferdinand Marcos.
Kembali dari Manila, imam itu studi teologi di Fakultas Teologi Wedhabakti, Yogyakarta (1989-1992), dan ditahbiskan imam 27 Juli 1992 di Gereja Santo Ignatius Padua, Kotabaru, Yogyakarta, dan menjalani tersiat (2005-2006) serta mengucapkan kaul akhir sebagai Profes Empat Kaul di Kapel Santo Ignatius Loyola, Semarang 31 Juli 2009.
Sejak 1992 hingga 1994 Pastor Herry menetap di Jakarta sebagai Pater Unit Rawasari, Kolese Hermanum, serta dosen STF Driyarkata sekaligus Wakil Direktir Institut Sosial Jakarta. Kemudian dia ke London untuk belajar Politik Ekonomi di London School of Economics (1994-2003). Sejak 2003 hingga meninggal, imam itu bertugas sebagai dosen dan ketua program studi magister di STF Driyarkara.
Seminggu sebelumnya, seorang pendidik kritis, pembela kemanusiaan, dan pejuang ekologi yang handal dijemput Saudari Maut. Pastor Petrus Canisius Aman OFM, yang dikenal dengan Pastor Aman dan dosen Teologi Moral STF Driyarkara dan Unika Atmajaya Jakarta, sudah setahun menderita stroke dan sempat menjalani perawatan di RS Sint Carolus, Jakarta, dan RS Santa Elisabeth Semarang.
Namun, karena keterangan dokter bahwa Pastor Aman menderita Broncopnemon, mengarah suspect Covid-19, maka prosesi pemakaman dilakukan sesuai protokol kesehatan dan Minister Provinsi OFM bersama dewan memutuskan melakukan kremasi jenazah Pastor Peter kemudian abu jenazahnya dibawa ke Novisiat Transitus Depok untuk dimakamkan di Kalimulya Depok, Jawa Barat.
Misa Requem Pastor Aman dilakukan di Gereja Santo Paulus Depok, 18 Desember, dipimpin Provinsial OFM Indonesia Pastor Mikael Peruhe OFM diikuti sebagian besar umat secara online.
Menurut Provinsial OFM itu, Pastor Aman penuh cinta, perhatian, dan kekuatan serta memiliki komitmen kuat. “Di mata sahabat Fransiskan (OFM) ia rendah hati, peduli kemanusiaan dan pegiat ekologi yang handal,” kata Pastor Mikael seraya menambahkan imam itu formator tegas, penuh kasih, peduli, sabar. “Ia punya ide cemerlang, gagasan dan tindakan praktis serta gerakan persaudaraan OFM Indonesia.”
Pastor Aman, lanjut Pastor Mikael, juga dikenal komitmen pada keadilan dan perdamaian serta keutuhan ciptaan, yang terbukti dari keberpihakannya kepada masyarakat kecil, yang menjadi korban kebijakan pertambangan dan praktik ketidakadilan di Lembata, Manggarai dan sejumlah tempat di NTT.
“Dia tidak hanya memiliki gagasan tapi terjun langsung ke lapangan dan selalu bersama proses advokasi, melakukan konsultasi, mediasi dan dialog membela orang-orang kecil dari praktik ketidakadilan, serta menyelamatkan alam yang rusak oleh pengusaha tambang,” tegas Pastor Mikael.
Imam yang meninggal di hari yang sama, 14 Desember, adalah Pastor FX Herru Atmadja SCJ yang bertugas di Paroki Santo Yohanes Pembaptis-Perawang, Riau, Keuskupan Padang dan Pastor Aloysius Lela Sogen Pr dari Keuskupan Weetebula.
Bruder Yulianus Prasetyo MTB yang merupakan Ketua Ikatan Keluarga Fransiskan di Merauke, dimakamkan di Pemakaman Santo Yusuf Sei Raya, setelah Misa Requiem, 23 Desember. Sedangkan Bruder Stevanus Prihana SJ yang dikenal sebagai bruder dan dalang yang kerap ndalang dengan menggunakan kisah-kisah dari Kitab Suci dikremasi setelah Misa Requiem dan Pemakaman di RS Sint Carolus, 21 Desember, karena menurut web Serikat Jesus, bruder itu terpapar Covid-19. Debu kremasinya akan dibawa ke Pemakaman Maria Ratu Damai, Girisonta.(PEN@ Katolik/km/yf/pcp/aop)