“Selama masa Adven 2020 keluarga kita perlu menemukan kembali seni perjumpaan dengan kebaikan Allah yang terungkap dalam perjumpaan yang sehat dengan sesama. Inilah makna dari komunikasi iman dalam perjalanan keluarga kita, di mana kita mampu memberikan makna pada perjuangan hidup sebagai keluarga Kristiani yang tidak luput dari berbagai tantangan dan kesulitan.”
Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang menulis hal itu dalam Surat Gembala Adven 2020 yang ditandatangani di Kupang 21 November 2020 dengan menegaskan, “kita perlu menjadikan keluarga kita sebagai lingkungan pendidikan cinta kasih, agar persaudaraan tumbuh subur dalam segala lika-likunya. Tentu saja kita boleh mengandalkan keluarga kudus di Nazaret sebagai teladan membangun keluarga Kristiani dalam kesederhanaan dan kegembiraan.”
Selama bulan Desember, lanjut surat itu, Gereja Katolik di Indonesia memusatkan perhatian pada hidup keluarga. “Kita membangun hidup keluarga demikian rupa, sehingga keluarga kita semakin mengungkapkan keluarga cinta kasih sebagaimana dikehendaki oleh Yesus Kristus. Kita belajar kembali bagaimana nilai-nilai Kristiani hidup dalam perjalanan keluarga kita, agar kita semakin berkenan kepada Allah dan sesama kita,” tulis Mgr Turang.
Menurut uskup agung itu, keluarga Katolik bukan saja berjuang untuk membangun komunikasi sosial ekonomi yang benar, “tetapi bagaimana menghadirkan tanda-tanda kebaikan Allah dalam hidup keluarga.” Dengan demikian, Mgr Turang percaya, “keluarga kita menjadi tanda kehadiran keluarga Allah, yang mewartakan dan menyebarkan cinta kasih Allah Bapa yang menjadi nyata dalam penjelmaan Putra-Nya demi kebaikan dan keselamatan manusia.”
Maka Mgr Turang berharap keluarga Kristiani tumbuh dan berkembang sebagai keluarga dengan semangat murah hati. Keluarga, tegas prelatus itu, “harus selalu terbuka kepada kebaikan bersama dalam semangat pengorbanan yang tulus. Dengan demikian kemurahan hati keluarga Kristiani menjadi tanda kehadiran Allah yang baik dengan semua orang, utamanya mereka yang lemah dan miskin.”
Di masa prihatin dan sulit ini, kata Mgr Turang, dirasakan kehadiran kasih Tuhan dalam pelayanan pastoral, yang pada galibnya berada dalam penantian penuh pengharapan. “Kebersamaan hidup yang berjarak tidak membuat kita saling menjauhi, tetapi mendorong kita untuk memperkuat solidaritas demi kebaikan bersama,” tulis Mgr Turang yang minta para imam serta pemimpin umat tetap menyertai persekutuan gerejani dengan bentuk-bentuk pelayanan yang sesuai tuntutan keadaan yang berkembang.
“Terima kasih atas semua kerjasama seluruh umat beriman, sehingga dalam keadaan yang sulit ini pelayanan pastoral tetap terlaksana dalam keseimbangan dan kemurahan hati menurut bingkai kasih kesederhanaan hidup berbagi,” tulis uskup agung itu.
Berbarengan dengan proses perubahan peradaban yang sedang bergejolak dewasa ini, Mgr Turang mengajak umatnya “untuk ambil bagian dalam keadilan dan perdamaian guna menyuburkan lingkungan hidup yang bermanfaat bagi semua orang.”
Menurut kebiasaan yang baik dalam Gereja kita, lanjut Mgr Turang, masa Adven hendaknya menjadi masa persiapan hidup iman dalam menyambut peristiwa kelahiran Imanuel, Allah beserta kita. “Dengan demikian hidup pribadi dan keluarga kita, baik dalam pekerjaan maupun pergaulan sosial, menjadi tersedia untuk merayakan Natal dengan penuh syukur dalam sukacita Injil.” (PEN@ Katolik/paul c pati)