Paus Fransiskus mengaku sering memikirkan orang-orang dari Timur Tengah yang terpaksa tinggalkan rumah mereka karena kengerian perang, secara khusus meratapi penderitaan begitu banyak orang Kristen yang meninggalkan tempat kelahiran mereka, tempat iman mereka pertama kali berkembang, dan mendesak lembaga-lembaga bantuan Katolik untuk membantu warga Suriah dan Irak yang menderita.
Paus berbicara dalam pesan video saat membuka pertemuan virtual para pemimpin Gereja di Timur Tengah, 10 Desember, dengan fokus krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Suriah dan Irak, serta di negara tetangga Lebanon, Turki, dan Yordania.
Pertemuan dengan Zoom yang diorganisir oleh Dikasteri Vatikan untuk Peningkatan Pengembangan Manusia Integral itu diikuti puluhan perwakilan organisasi amal kasih Katolik dan Gereja setempat, termasuk organisasi bantuan, perwakilan keuskupan, dan kongregasi religius di Timur Tengah. Menurut siaran persnya, pertemuan itu berupaya meningkatkan koordinasi antara berbagai lembaga Gereja untuk meningkatkan kehidupan orang-orang yang menderita di wilayah itu.
Paus yang mendukung tujuan pertemuan itu mengatakan, “Setiap upaya, kecil maupun besar, yang dilakukan untuk meningkatkan jalan perdamaian, seperti menambahkan batu bata pada bangunan masyarakat yang adil, terbuka dan ramah, dan di mana setiap orang bisa menemukan tempat untuk tinggal dalam damai.”
Kehadiran umat Kristiani di tanah itu, harap Paus, sungguh menjadi “tanda perdamaian, kemajuan, pembangunan, dan rekonsiliasi antarmasyarakat.” Paus mendesak masyarakat internasional untuk juga menjamin keselamatan pengungsi yang ingin pulang dan kondisi ekonomi yang diperlukan untuk memungkinkan kepulangan mereka. “Setiap upaya dalam hal ini sangat berharga,” kata Paus.
Bapa Suci lalu mengalihkan pemikiran pada lembaga-lembaga Katolik yang memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah itu. Paus memberikan “kata-kata penghiburan kepada kalian semua yang, dengan mengikuti teladan Orang Samaria yang Baik Hati, bekerja tanpa lelah untuk menyambut, merawat, dan menemani para migran dan orang terlantar di tanah ini, tanpa membedakan keyakinan.”
Paus kembali mengingatkan bahwa “Gereja bukanlah LSM.” Pekerjaan amal kasih kita, lanjut Paus, harus diilhami oleh dan di dalam Injil. “Bantuan kita harus jadi tanda nyata Gereja lokal yang membantu Gereja lain yang menderita, melalui sarana luar biasa dari lembaga bantuan kemanusiaan dan pengembangan Katolik.” Paus menyebutnya “satu Gereja membantu Gereja satu lainnya!”
Paus mengakhiri pesan videonya kepada para pemimpin Gereja di Timur Tengah dengan jaminan doa dan berkat tiada henti. “Semoga pertemuan ini memberi buah kemakmuran, pembangunan, dan perdamaian berlimpah bagi bangsa kalian, untuk kehidupan baru.”
Seperti yang dicatat oleh penyelenggara pertemuan itu dalam komunike mereka, jaringan lembaga bantuan Gereja yang luas telah mengalokasikan lebih dari US $ 1 miliar untuk Suriah dan Irak sejak 2014. Bantuan itu telah memberikan bantuan darurat bagi lebih dari 4 juta orang setiap tahun. PBB memperkirakan 11 juta warga Suriah perlu bantuan kemanusiaan, dan sekitar 4 juta warga Irak berada dalam situasi yang sama.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Devin Watkins/Vatican News)