Langkah-langkah pertama Gereja di dunia bertaburan doa. Tulisan-tulisan Perjanjian Baru, khususnya Kisah Para Rasul, memberi kita gambaran tentang Gereja aktif yang sedang bergerak, tetapi yang berkumpul dalam doa menemukan dasar dan dorongan untuk aksi misionaris.
Paus Fransiskus mengatakan hal itu dalam katekese tentang doa dalam Audiensi Umum 25 November seraya mengamati kehidupan doa Gereja perdana.
Paus lalu tunjukkan empat karakteristik penting dalam kehidupan gerejawi yang diambil dari catatan Santo Lukas dalam Kisah Para Rasul. Pertama, “mendengarkan ajaran Rasul” yang melibatkan pewartaan dan katekese. Kedua, terus-menerus mencari persekutuan persaudaraan. Ketiga, “memecahkan roti,” Ekaristi, yang merupakan Sakramen kehadiran Yesus di antara kita. Dan keempat, doa, “yang merupakan ruang dialog dengan Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus.”
Apa pun yang muncul di luar “koordinat” itu, Paus memperingatkan, “kehilangan dasar … kehilangan kegerejaan.” Namun, kalau keempat karakteristik itu ada, itulah jaminan dari Roh Kudus.
Dengan membaca Kisah Para Rasul, kata Paus, “kita akan menemukan betapa kuatnya pertemuan doa mendorong evangelisasi.” Dalam doa, jelas Paus, kita mengalami kehadiran Kristus di antara kita “dan disentuh oleh Roh.”
Paus lalu mengutip Katekismus, “Roh Kudus yang memperingatkan Gereja-Nya yang berdoa kepada Kristus, mengantar dia juga ke dalam seluruh kebenaran. Ia mengajak, agar mengungkapkan secara baru misteri Kristus yang tidak terduga, yang sedang bekerja dalam kehidupan, dalam sakramen-sakramen dan dalam perutusan Gereja.” Ini, jelas Paus, “adalah pekerjaan Roh dalam Gereja: membuat kita mengingat Yesus.”
Tapi, tegas Paus, itu bukan hanya soal mengingat fakta. Sebaliknya, “Umat Kristen, yang sedang menjalani misi, mengingat Yesus sekaligus menghadirkan Dia kembali; dan dari Dia, dari Roh-Nya, mereka menerima ‘dorongan’ untuk pergi, mewartakan, melayani.”
Doa, kata Paus, “membenamkan” orang Kristen dalam kasih Tuhan bagi setiap orang dan semua orang serta memberikan dorongan misionaris untuk mewartakan Injil kepada setiap pribadi manusia. “Allah adalah Allah bagi semua orang,” kata Paus, “dan di dalam Yesus setiap dinding pemisah pasti runtuh.”
Pertukaran cinta, cinta Allah untuk kita, dan cinta yang Dia minta sebagai balasan, adalah “akar mistik seluruh hidup orang percaya,” kata Paus. Dan, baik bagi umat Kristen perdana maupun umat Kristen saat ini, doa membuat kita bisa menjalani pengalaman itu. Melalui doa, lanjut Paus, setiap umat Kristen bisa menjadikan kata-kata Santo Paulus sebagai perkataannya sendiri, “hidupku yang kuhidupi sekarang dalam daging, adalah hidup oleh iman akan Anak Allah, yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Paus berkata “hanya dalam keheningan adorasi kita mengalami kebenaran penuh kata-kata ini … Dan doa ini adalah nyala api Roh yang memberi kekuatan untuk bersaksi dan misi.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Christopher Wells/Vatican News)