Seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus mana “hukum yang terutama.” Dan, Yesus menjawab kepadanya, “Kasihanilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” dan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Dengan menggunakan dua ajaran dasar ini, jelas Paus Fransiskus dalam sambutan kepada umat beriman saat doa Angelus di Lapangan Santo Petrus, 25 Oktober 2020, Yesus “menetapkan dua landasan penting bagi umat beriman sepanjang masa. Yang pertama bahwa kehidupan moral dan religius tidak bisa diperkecil menjadi ketaatan karena kuatir dan dipaksakan, tetapi harus dengan prinsip cinta. Kedua, cinta kepada Tuhan dan kepada sesama harus cenderung bersama dan tidak terpisahkan.”
Selanjutnya Paus mengatakan, “Inilah salah satu inovasi utama Yesus dan itu membantu kita memahami bahwa yang tidak diungkapkan dalam cinta kepada sesama bukanlah cinta sejati kepada Tuhan; dan, demikian pula, yang tidak diambil dari hubungan dengan Tuhan bukanlah cinta sejati kepada sesama.”
Mengakhiri jawabannya, Yesus berkata, “Pada dua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Ini berarti, jelas Paus, “semua aturan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya harus terkait pada cinta kepada Tuhan dan sesama.”
Nyatanya, lanjut Paus, “semua perintah itu untuk melaksanakan dan mengungkapkan cinta ganda yang tak terpisahkan itu. Cinta untuk Tuhan lebih terungkap dalam doa, khususnya dalam adorasi. Dan cinta kepada sesama, yang disebut juga kasih persaudaraan, terdiri dari kedekatan, mendengarkan, berbagi, peduli terhadap sesama,” kata Paus.
Dalam Injil itu, Paus menggarisbawahi, “sekali lagi, Yesus membantu kita untuk datang ke sumber cinta yang hidup dan memancar. Mata air ini adalah Tuhan sendiri, untuk dicintai secara total dalam persekutuan yang tak bisa dihancurkan oleh siapa pun dan apa pun.”
Menurut Paus, “persekutuan adalah anugerah yang harus diminta setiap hari, tapi juga merupakan komitmen pribadi agar hidup kita tidak membiarkan dirinya diperbudak oleh berhala dunia ini.”
Paus menegaskan, “verifikasi perjalanan pertobatan dan kesucian kita selalu dalam cinta kepada sesama. Selama kita masih menutup hati kepada saudara atau saudari mana pun, kita masih jauh dari menjadi murid seperti yang Yesus minta dari kita.”
Paus mengakhiri sambutannya dengan mengatakan “belas kasih ilahi Allah tak akan membuat kita berkecil hati, sebaliknya, Dia memanggil kita untuk setiap hari memulai lagi menjalankan Injil secara konsisten.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)