Rabu, Desember 18, 2024
27.4 C
Jakarta

Eksorsisme adalah Kabar Gembira dan doa dengan mengandalkan Yesus Kristus

Pastor Robini dalam webinar
Pastor Robini dalam webinar

Eksorsisme bukanlah seperti apa yang kita bayangkan selama ini. “Selama ini apa yang dikenal dengan kegiatan eksorsisme adalah hal-hal yang cenderung menyeramkan, padahal eksorsisme sendiri adalah Kabar Gembira dan doa yang dilakukan dengan mengandalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala Gereja sendiri,” kata Pastor Eksorsis Keuskupan Agung Pontianak Pastor Johanes Robini Marianto OP.

Pastor Robini berbicara dalam seminar tentang eksorsisme sesi ketiga ini yang diadakan secara Webinar dari Rumah Santo Dominikus, Pontianak, 27 September 2020. Webinar lima jam (10.00-15.00 WIB) yang juga menampilkan dr Susanto Hadi dan dimoderatori oleh Sujanto Tjokro serta diorganisir oleh Tim Pelayanan Rohani Maria Bunda Maria Ratu Rosari itu diikuti oleh 380 peserta Zoom, yang donasinya akan akan diberikan untuk misi Ordo Pewarta (OP) di Kalimantan Barat dan para frater postulan OP di Pontianak.

Mengusir setan, jelas imam itu, intinya adalah waktunya Tuhan, dan “imam hanya perantara.” Mengusir setan, lanjutnya, “bukan pula dengan suara yang keras tetapi iman yang keras,” karena eksorsisme adalah sakramental, doa Gereja dengan kepalanya Yesus Kristus, ritual yang disetujui oleh Gereja dan dilakukan oleh eksorsis yaitu imam yang ditunjuk oleh ordinaris (uskup) wilayah.

“Eksorsisme tidak dilakukan oleh awam dan bahkan oleh imam tanpa izin dari ordinaris wilayah. Hal yang paling menjadi pokok dalam ritual eksorsisme yaitu kerahasiaan orang yang diusir demi melindungi privasi dari korban,” tegas imam itu.

Memang, lanjut Pastor Robini, mendoakan orang yang terkena pengaruh roh jahat bisa didoakan oleh siapapun, “namun ritual eksorsisme hanya bisa dilakukan oleh imam yang ditunjuk oleh uskup setempat.”

Singkatnya, lanjut imam itu, “dalam keadaan darurat siapa pun bisa berdoa, namun dalam situasi normal, semua harus mengikuti arahan hierarki.”

Juga ditegaskan bahwa dalam iman Katolik, tidak ada perbedaan ilmu hitam dan ilmu putih, karena dua hal ini datang dari si setan. “Eksorsisme atau pembebasan tidak mementingkan iblis. Justru sebaliknya, ini adalah kabar baik tentang keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus. Apa pun, di luar ritual dan agama yang disetujui Katolik, tradisi saleh, tidak diperbolehkan,” lanjut imam itu.

Pada abad ke-16, jelas Pastor Robini, istilah “supernatural” semakin sering digunakan untuk merujuk pada aktivitas setan yang sebanding dengan penggunaan sihir oleh para ahli manusia. “Iblis sebagai penyihir alami dapat melakukan banyak tindakan dengan cara di atas pengetahuan manusia meskipun tidak melampaui kekuatan alam manusia. Meskipun Iblis dapat memanipulasi penyebab alami dengan ketangkasan manusia super dan dengan demikian menghasilkan keajaiban, sebagai makhluk belaka, mereka tidak akan pernah bisa melampaui dan membuat keajaiban asli,” jelasnya.

Pastor Robini juga mengatakan, kehilangan keinginan untuk berdoa dan devosi dan latihan spiritual merupakan reaksi dari si setan. Imam itu menyebut beberapa reaksi kekerasan atau luar biasa terhadap doa dan sakramental, misalnya air suci, patung-patung yang diberkati, dan Ekaristi, serta tindakan penghujatan dalam pikiran dan aktual di mulut.

“Reaksi lain yang dapat ditemui yaitu tidur saat homili dan Bacaan Suci (misalnya Injil) serta konsekrasi selama Misa. Ada suara-suara yang tertinggal di pikiran untuk melakukan hal-hal spiritual pada awalnya, tetapi bertentangan dengan Gereja pada akhirnya. Kebiasaan halusinasi penampakan dan keinginan untuk menghujat adalah salah satu contoh reaksi yang kasat mata bisa dilihat,” jelas imam itu. “Ada juga, semakin banyak berdoa, semakin orang itu merasakan sakit fisik atau gangguan emosi.”

Dalam webinar itu Pastor Robini juga menjelaskan tentang kemampuan menelaah kehidupannya secara menyeluruh, yakni sejauh mana kehidupan manusia sudah sejalan dengan bimbingan Roh Kudus. Itu  adalah karunia Tuhan bagi manusia yang disebut pembedaan roh atau discernment.

Discernment adalah karunia asali yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Sejak awal penciptaan manusia (Adam dan Hawa), manusia sudah memiliki karunia alami dari Allah itu, sehingga Adam dan Hawa bisa mendengar suara jejak kaki Tuhan dari kejauhan, dan Hawa bisa berkomunikasi dengan ular,” jelas Pastor Robini kepada peserta yang pernah mengikuti webinar pertama dan kedua.(PEN@ Katolik/samuel)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini