Santo Gregorius Agung adalah seorang paus yang berpengaruh dalam Gereja Katolik dan dianggap sebagai salah satu orang kudus terbesar sepanjang masa. Dialah gembala jiwa-jiwa yang murah hati, namun dia sungguh rendah hati.
Seringkali kita berpikir bahwa orang-orang kudus adalah manusia-manusia sempurna, tetapi kenyataannya, orang-orang kudus adalah pria dan wanita yang hanya mengandalkan segalanya kepada Allah. Setiap orang dipanggil untuk menjadi orang kudus. Dan, kesalahan-kesalahan kita sendiri tidak menghalangi kita untuk menjawab panggilan universal menuju kekudusan.
Memperingati Pesta Santo Gregorius Agung, 3 September, PEN@ Katolik menerjemahkan satu tulisan Aleteia tentang Santo Gregorius Agung yang mengakui kesalahannya sendiri dalam homili yang dimuat dalam Ibadat Harian. Orang kudus itu menjelaskan banyak tanggung jawabnya sebagai paus dan menyesali betapa seringnya dia gagal.
Saya tidak menyangkal bahwa saya bersalah, karena lamban dan lalai. Semoga pengakuan akan kegagalan membuat saya mendapat pengampunan dari hakim simpatik. Ketika hidup dalam komunitas monastik, saya mampu menjaga lidah saya dari topik-topik yang tidak berguna dan mencurahkan pikiran saya hampir secara terus-menerus pada ketertiban doa. Sejak memikul beban reksa pastoral, saya tidak bisa terus mengingatnya karena pikiran saya terganggu oleh banyak tanggung jawab.
Secara khusus, Santo Gregorius menjelaskan bagaimana dia berdosa dalam pidatonya, terutama ketika berada di sekitar orang lain.
Saya harus sering sabar mendengarkan obrolan tanpa tujuan mereka. Karena saya sendiri lemah, secara bertahap saya ikut dalam pembicaraan kosong dan saya mendapati diri saya mengatakan hal-hal yang bahkan tak pernah saya peduli sebelumnya. Saya menikmati berbaring di tempat yang dulu saya enggan tersandung. Siapakah saya, penjaga macam apakah saya ini? Saya tidak berdiri di puncak pencapaian, saya merana di kedalaman kelemahan saya.
Namun, alasan dia menjadi orang kudus bukan karena kelemahannya, tetapi karena baris berikut dalam homilinya.
Namun, meskipun saya tidak layak, pencipta dan penebus umat manusia bisa memberikan kepada saya rahmat untuk melihat hidup secara utuh dan kekuatan untuk berbicara secara efektif tentang kehidupan. Karena cinta-Nya, aku tidak menjauhkan diriku untuk mewartakan-Nya.
Terlepas dari dosa-dosanya, Santo Gregorius menerima rahmat Allah dalam hidupnya dan melakukan segalanya untuk cinta akan Dia. Itulah alasan Gereja menyatakan dia sebagai orang kudus yang layak untuk diteladani.
Tujuannya bukanlah menghindari kejatuhan, tetapi bangkit setiap kali kita jatuh.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Philip Kosloski/Aleteia)
Dalam hambar di bawah ini terlihat lima pendosa besar yang menjadi orang-orang kudus yang hebat: