Yesus dalam perahu keluarga: Tuhan pasti hadir dan menemani kita

0
8410

Suster Maria Cleuza Da Silva OP

Perahu itu seperti rumah, gereja atau tempat kita bekerja. Di situ keluarga dan anggota keluarga bertumbuh dalam iman. Kita semua ada dalam perahu itu. “Tuhan, tolonglah, kita binasa” (Mt. 8:25). Inilah seruan kita kalau sedang berlayar dan terjebak topan di tengah laut seperti murid Yesus. Rasa takut, khawatir dan bingung menguasai hati dan pikiran. Kita sering kali khawatir dan takut khususnya di saat pandemi Covid-19 ini. Walaupun kita sudah berusaha tenang, hidup masih terasa berat dan tidak bisa tenang.

Di dalam keluarga, kadang anak sakit, nakal, tidak berhasil di sekolah. Di kantor sering kali ada masalah dengan rekan kerja, atau terjadi sesuatu yang mengecewakan dan menyakiti hati. Dalam hidup rumah tangga meskipun suami istri menjadi satu melalui sakramen pernikahan bisa terjadi ada ide atau pendapat berbeda.

Kadang-kadang masalah yang tiba-tiba datang dalam keluarga begitu kuat seperti ombak yang menghempaskan kapal. Masalah-masalah dan kesulitan pasti mengganggu kedamaian hati dan membuat hati kita takut dan khawatir. Keluarga kita seperti perahu yang  akan tenggelam dalam laut.

Kapal harus dijaga dengan baik ketika berangkat ke laut supaya aman di tengah badai dan tidak dimasuki air laut walaupun terhempas ombak. Gangguan internal dan eksternal harus diketahui oleh pelayar.

Keluarga juga harus dijaga dengan baik. Sumber-sumber masalah harus diketahui. Apakah dari dalam keluarga, orangtua, anak-anak, kakek atau nenek, atau orang di lingkungan atau tempat kerja? Di saat kita merasakan masalah dan kesulitan dalam keluarga, kita diingatkan oleh Tuhan untuk mengarahkan hati dan khawatir kepada-Nya. Bawalah diri Anda dan anggota keluarga Anda kepada Dia di saat sulit dan bingung. Berseruhlah kepada Dia bukan hanya di saat-saat sulit tapi juga di saat-saat baik dan bagus.

Kadang-kadang kita merasa bahwa Yesus tidur dalam perahu atau rumah kita. Hidup kita selalu ada sesuatu yang tidak baik. Kita merasa ragu dan tidak percaya atas kuasa Tuhan.

Kita diingatkan lagi, “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui” (Yeremia 33:3). Kenapa? karena semakin kita percaya kepada Tuhan, semakin kita dikuatkan untuk bisa mengatasi kesulitan dalam hidup kita. Kita bisa memahami walaupun sedikit hikmat dari kesulitan yang kita sedang hadapi.

Tuhan yang mempercayakan tugas kepada kita, mempercayakan keluarga kepada kita sebagai orangtua, pasti Tuhan hadir dan menemani kita. Tuhan tahu kemampuan dan keinginan kita, bahkan kelemahan kita. Waktu sulit dan krisis adalah waktu untuk Tuhan bisa melatih kita untuk bertumbuh dalam iman. Kesulitan adalah termometer yang mengukur kesuburan iman kita. Kesulitan adalah kesempatan untuk menerima rahmat Tuhan supaya kita bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik.

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10).

Di momen-momen yang sulit kita diajak oleh Yesus untuk bersama dengan-Nya dalam doa untuk bisa beristirahat sebentar, mendengarkan nasihat-Nya dan mendapat kekuatan baru untuk perjalanan keluarga kita selanjutnya.

Suster Maria Cleuza Da Silva OP

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here