Kadang kala sebagai manusia kita sering suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain atau membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lain. Ada saatnya kita merasa ada sesuatu yang tidak adil. Kita merasa dirugikan dengan situasi dan kondisi yang dialami, kita merasa orang lain lebih untung. Kalau terus membandingkan diri dengan orang lain, kita akan terus merasa kurang bahkan menemukan dalam diri bahwa kita tidak menjadi manusia yang bahagia. Membandingkan diri dengan orang lain berarti dalam kata lain kita kurang bersyukur dengan apa yang sudah ada pada diri kita. Hari ini, 19 Agustus, kita melihat dalam Injil Matius 20:1-16a, ada pekerja merasa sang tuan tidak berlaku adil. Ia merasa bekerja lebih lama daripada pekerja-pekerja lain tetapi upah yang ia terima sama dengan pekerja yang bekerja hanya sebentar. Ia merasa harus mendapat lebih. Mungkin ini pernah kita alami, merasa diri telah melakukan lebih, dengan harapan dan ekspektasi mendapatkan sesuatu yang lebih. Tetapi, ketika melihat kenyataan tidak sesuai, kita kecewa dan mulai menyalahkan situasi bahkan menyalahkan Tuhan. Sahabat yang terkasih, sekali lagi kita diajak untuk bersyukur dan mensyukuri apa yang diterima. Kalau memiliki rasa syukur akan apa yang ada, kita tidak akan membanding-bandingkan. Ketika bersyukur dan merasa cukup dengan segala sesuatu yang dialami, kita tidak akan lagi merasa kecil hati. Rasa adil sebenarnya bukan karena kita membandingkan diri, tetapi bagaimana bisa menerima dan menikmati apa yang ada pada diri kita. Semoga semakin hari kita semakin mampu menikmati apa ya ada pada kita. (FRAY.EL.OP)