Home KEGEREJAAN Pesta Santo Dominikus: Kapal boleh berbeda-beda, tapi tujuan kita sama

Pesta Santo Dominikus: Kapal boleh berbeda-beda, tapi tujuan kita sama

0

Pesta Santo Dominikus 2

Pesta Santo Dominikus de Guzman dirayakan dalam Misa dan makan bersama di Biara Dominikan Pontianak bukan hanya oleh para imam Dominikan tetapi bersama para suster dan awam Dominikan. Lebih daripada itu, Misa itu bukan dipimpin oleh imam Dominikan tetapi imam Kapusin dengan konselebran bukan hanya para imam Dominikan tapi imam Passionis bahkan uskup agung yang diosesan.

“Kapal boleh berbeda-beda, tapi tujuan kita sama,” kata superior Rumah Santo Dominikus Pontianak Pastor Johanes Robini Marianto OP seraya berterima kasih kepada Provinsial Kapusin Pontianak yang diwakili oleh wakil Minister Provinsial Kapusin Pastor William Chang OFMCap yang memimpin Misa itu.

Pastor Robini berharap Dominikan dan Fransiskan bisa bekerja sama sesuai teladan kedua Bapa Suci yaitu Santo Dominikus dan Santo Fransiskus Assisi, dan ke depan ”Dominikan, Fransiskan dan Passionis bisa berbicara bersama mengenai pendidikan di Kalimantan.” Kini Dominikan dan Kapusin bekerja sama di STT Pastor Bonus Pontianak, Dominikan dan Passionis di STKIP Pamane Talino Ngabang.

Sejalan dengan itu, sebelum berkat penutup Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus mengatakan “walaupun perahunya berbeda-beda, tetapi kita satu tim, dan inilah wajah Gereja yang sudah dimulai dari zaman para Rasul, satu kepala, satu tubuh dan banyak anggota.”

Selain Pastor Robini OP dan Mgr Agus, Misa 8 Agustus yang dipimpin Pastor William Chang OFMCap itu diikuti Pastor Edmund Nantes OP, Pastor Andreas Kurniawan OP, Pastor Mingdry Hanafi OP dan Pastor Sabinus Lohin CP (Kongregasi Passionis). Misa itu juga dihadiri beberapa suster dan awam Dominikan di Pontianak dan diikuti secara online oleh imam, suster, frater, awam Dominikan se-Indonesia.

Sudah merupakan tradisi kuno bahwa Misa Pesta Santo Dominikus (8 Agustus) dipimpin oleh imam Fransiskan dan Misa Pesta Santo Fransiskus dari Assisi (4 Oktober) dipimpin oleh imam Dominikan.

Pastor William dalam homili mengatakan bahwa seorang seniman yang hidup satu abad setelah Dominikus menulis bahwa Santo Dominikus kurang lebih seperti Petani Kristus yang bekerja di kebun Yesus dan terbukti di mana-mana menjadi pria yang hidup menurut Injil, dalam kata dan perbuatan.

“Dalam siang hari tidak ada yang lebih ramah, tidak ada yang lebih lemah lembut kepada saudara dan orang lain. Di malam hari tidak ada yang lebih tekun dan lebih sibuk berjaga-jaga dan berdoa. Dia sangat hemat kata, dan jika membuka mulut, itu berarti ia berbicara dengan atau kepada Tuhan dengan doa atau berbicara tentang Tuhan tentang kotbah,” kata Pastor William yang mengaku tak layak berkotbah di depan para imam pengkotbah. “Saya sangat sadar, tidak mungkin mengajar monyet memanjat pohon, atau mengajar buaya berenang. Namun, kita bisa belajar dari teladan orang kudus kita,” kata imam itu.

Proses panggilan Santo Dominikus, menurut imam Kapusin itu, menunjukkan bahwa Tuhan selalu bekerja melalui, lewat sesama dan lingkungan sekitarnya, dan sesudah dipanggil, Yesus mengubah hidup pendiri Ordo Praedicatorum, dia bukan lagi pria kanonik yang dipenuhi doa, tetapi pria rasuli secara penuh. “Meskipun demikian, dia tidak pernah meninggalkan doa dan kontemplasi. Ini cara menakjubkan antara hidup dan tindakan Dominikus,” kata imam itu.

Ketika menghadapi bidaah Albigensis, lanjut Pastor William, Dominikus jadi pengkotbah dan pengajar iman sesuai metode Yesus, sederhana, apa adanya, tidak membuat orang tambah pusing.” Dominikus tinggalkan kemewahan dan kehebatan pengkotbah waktu itu. Ia tobatkan penganut bidaah, lanjutnya.

Pastor William juga menceritakan peristiwa kelaparan di Spanyol tahun 1191 akibat sering terjadi perang. “Waktu itu Dominikus yang berusia 21 tahun sedang belajar. Apa yang dibuat? Ia menjual pakaiannya, ia menjual perabot-perabotnya, bahkan ia menjual tulisan-tulisan tangannya yang berharga. Hasil penjualan itu untuk menolong mereka yang lapar. Salah satu sumber mencatat perkataan Dominikus, ‘Bagaimana saya bisa belajar dari kulit yang mati, sementara itu banyak orang yang sedang meregang nyawanya. Kulit yang hidup lebih berharga, daripada kulit yang mati.”

Tahun 1561 Dominikan masuk Indonesia belahan Timur, dan kembali lagi ke Indonesia “sekurang-kurangnya bergabung dengan STT Pastor Bonus Pontianak tahun 2006, waktu itu Pastor Robini OP dan Pastor Adrian Adiredjo OP.” Pastor William menyebutnya sebagai tantangan yang indah. “Mereka bekerja di Seminari dan bekerja di Keuskupan Agung Pontianak melalui STKIP Pamane Talino yang sekarang dalam proses pengembangannya. Dan ini saya pikir adalah tanggapan real atas tanda-tanda zaman.”

Mgr Agus berterima kasih atas peran pastor dan suster Dominikan dalam pendidikan di Keuskupan Agung Pontianak. “Karena Kalimantan termasuk daerah di mana pendidikan masih sangat terbelakang dari daerah-daerah lain, khususnya daerah-daerah pedalaman,” kata Mgr Agus.

Yang sudah dimulai di Ngabang, jelas uskup, adalah “simbolik bahwa pembangunan pendidikan  mulai dari pedalaman baru masuk kota. Yesus pun mulai dari Nazaret baru masuk kota. Uskup agung ini pun mulai dari Sintang masuk kota. Jadi semua ini sesuai dan marilah kita saling mendukung untuk melengkapi kekurangan. Dengan semangat persaudaraan kita yakin kekurangan pasti bisa diatasi.”(PEN@ Katolik/samuel)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version