Siapa yang menyangka jika Yohanes Maria Vianney yang bertubuh kecil dan lambat dalam hal akademik, akhirnya menjadi pastor yang sangat terkenal, bahkan seorang santo. Lalu, meskipun ditempatkan di kota Ars yang terpencil di Perancis, ia tetap melayani umat di sana dengan khotbah-khotbah berapi-api, kerja keras yang tulus, dan memberi nasehat-nasehat menyentuh umat yang datang mengaku dosa kepadanya. Maka, banyak orang dari berbagai daerah datang ke kota Ars untuk mendengarkan khotbahnya dan mengaku dosa kepadanya. Semua itu diperoleh melalui kesucian hati dan ketekunannya di dalam berdoa.
Hal ini pun tercemin dalam salah satu bukunya yang menulis, “Anak-anakku, renungkanlah kata-kata ini: harta orang Kristiani bukanlah berada di bumi tetapi di surga. Maka, pikiran kita harus diarahkan ke tempat di mana harta kita berada. Karenanya, tugas mulia kita sebagai manusia ialah berdoa dan saling mencintai. Jika Anda berdoa dan penuh kasih, maka di situlah kebahagiaan sebagai manusia terletak.
Dalam hal ini, doa tidak lain merupakan persatuan dengan Allah. Sekalipun hatimu kecil, tetapi doa membuat hatimu menjadi luas dan memampukannya untuk menerima kasih Allah yang tak terbatas.”
Sahabat terkasih, melalui teladan Santo Yohanes Maria Vianney (1786 – 1859) yang kita peringati hari ini, kita diingatkan akan pentingnya menjaga hati, yaitu dengan hidup kudus dan banyak berdoa. Sebab, dengan menjalankan keduanya, mulut dan hati kita terlatih mengutarakan hal-hal baik dan yang membawa kebaikan bagi orang yang mendengarnya.
Itulah sebabnya, dalam bacaan Injil 4 Agustus 2020 (Matius 15: 1-2, 10-14), Tuhan Yesus bersabda, “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Tuhan Yesus berkata demikian kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat, karena mereka itu lebih mementingkan menjalankan ritual, tradisi dan aturan dengan baik, namun tidak diikuti dengan sikap dan hati yang benar atau suci.
Pada waktu itu, mereka mengkritik apa yang dilakukan oleh para murid-Nya bukan karena mereka peduli atau demi kebaikan para murid-Nya, melainkan karena hati mereka penuh dengan iri hati, balas dendam dan kemunafikan.
Tantangan bagi semua umat Kristiani, terutama bagi orang tua, pemimpin di dalam Gereja, komunitas maupun perusahaan untuk senantiasa menjaga sikap maupun perkataan kita, supaya semua itu tidak menjadi batu sandungan, seperti yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi. Sebab jika demikian, kita seperti orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.
Semoga, semua ini menginspirasi hati dan pikiran kita sehingga apa yang kita pikirkan, lakukan dan ucapkan senantiasa membawa kebaikan bagi orang lain. Sekalipun hal ini tidaklah mudah, apalagi di tengah pandemi ini, saat banyak berita maupun informasi membuat kita cemas, takut, dan negative thinking, ingatlah selalu jika harta atau tujuan hidup kita adalah Surga. Dan, seperti dikatakan Santo Yohanes Maria Vianney, semuanya itu hanya dapat kita capai melalui kesucian hati dan doa, karena buah dari doa adalah kedamaian dan kasih.
Farter Agustinus Hermawan OP