Korea Selatan dan Korea Utara memperingati 70 tahun pecahnya perang Korea pada hari Kamis, 25 Juni 2020, di tengah ketegangan antara kedua negara itu. Untuk memperingati peristiwa itu, Misa-Misa dirayakan di beberapa keuskupan Korea Selatan. Saat itu umat Katolik berdoa untuk perdamaian abadi di Semenanjung Korea. Gereja-gereja mengikuti langkah-langkah keamanan virus corona yang ketat.
Dalam Misa di Katedral Myeongdong Seoul, Uskup Agung, Kardinal Andrew Yeom Soo-jung, menggabungkan suaranya dengan banyak orang yang memohon perdamaian. “Saya ingin menyatakan, walaupun sangat sulit mencapai perdamaian sejati yang kita semua inginkan, itu sama sekali bukan tidak mungkin,” kata Kardinal Yeum Soo-jung.
Komentarnya itu disampaikan di tengah ketegangan yang meningkat baru-baru ini setelah Korea Utara meledakkan kantor penghubung Korea Selatan di Kaesong, 16 Juni. Kantor itu dibuka setelah KTT antar-Korea yang bersejarah, April 2018.
“Kalau politik pengampunan disebarkan, keadilan jadi lebih manusiawi dan perdamaian lebih abadi,” lanjut kardinal itu seraya berdoa untuk semua pemimpin politik agar “mengatasi kepentingan pribadi, partisan dan nasional” dan mengusahakan kebaikan bersama antara kedua negara itu.
Ketua Komisi Rekonsiliasi Konferensi Waligereja Korea Uskup Lee Ki-heon mengeluarkan pernyataan yang menyerukan perdamaian dan berakhirnya permusuhan. “Tujuh puluh tahun berlalu, tiba saatnya mengatasi kebencian ideologis yang membuat kedua pihak saling bertentangan dan menghalangi pertumbuhan dan perkembangan bebas kedua negara,” kata Uskup Ki-heon.
Belum ada kemajuan hubungan antar-Korea, kata uskup itu, “karena sanksi PBB terhadap Korea Utara dan situasi Covid-19.”
Tanggal 25 Juni 1950, Korea Utara menyerbu Korea Selatan, dan memicu perang yang menewaskan jutaan orang sebelum permusuhan itu berakhir 27 Juli 1953 dengan gencatan senjata.
Harapan perdamaian tampak semakin dekat tanggal April 2018 setelah terjadi “Deklarasi Panmunjom” yang ditandatangani Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Namun, tujuh puluh tahun setelah dimulainya perang, hubungan kedua negara masih tegang.(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)