Karena ulah Pasukan Spanyol, Rakyat Minahasa memberontak tahun 1644. Mereka minta bantuan Kompeni akan tetapi tak berhasil mengusir serdadu Spanyol yang bejat keluar dari Minahasa. Maka, dengan kekuatan sendiri, mereka membunuh sekitar 40 orang Spanyol di Tomohon, lalu dengan kekuatan 10.000 laki-laki, mereka mengejar sisa-sisa Serdadu Spanyol yang berlarian menuju Manado. Sesampai di Kali, mereka menemukan Pastor Lorenzo Geralda OFM yang sengaja tidak mau melarikan diri walaupun sudah dipaksa oleh umat Katolik setempat. Lalu, Kaum Alifuru menyiksa dan membunuh Pastor Lorenzo dengan kejam, 15 Agustus 1644.
Tanah misi seputar kuburan martir itu dikunjungi Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC bersama Sekretaris Keuskupan Manado Pastor Jhon Montolalu Pr, dan Ketua PSE Keuskupan Manado Pastor Joy Derry Pr.
Tepat di kaki monumen Pastor Lorenzo Geralda OFM di tanah misi Watu Pinantik (Batu Bertulis) itu Mgr Rolly memberkati benih-benih vanila. Kemudian, uskup bersama umat Paroki Santo Antonius de Padua Kali, Pineleng, Sulawesi Utara, menanam vanila di perkebunan tepat di depan monumen Pastor Geralda dibantu oleh pemilik IT Center Manado, Jimmy Asiku, pegiat budi daya vanila.
Sebelum memberi berkat, Mgr Rolly mengatakan, “Kita akan mohon berkat bagi benih ini, agar tempat ini menjadi cagar kehidupan. Dengan inspirasi monumen ini, benih iman yang sudah ditanamkan tahun 1644 dan sudah menghidupkan Desa Kali ini dalam iman Kristiani dan kehidupan, sehingga desa dan umat berkembang dengan berbagai budaya. Sekarang kita mau melanjutkan benih-benih yang sudah berbuah dalam rupa-rupa bentuk dengan memberkati benih vanila ini.”
Lahan di seputar monumen atau kuburan Pastor Lorenzo Geralda OFM di Bukit Penantik yang dilengkapi banyak batu bertulis disertai gambar-gambar termasuk gambar-gambar piala yang sesuai “Aneka Peristiwa Keuskupan Manado” dipercaya sebagai kuburan martir itu, kini diberdayakan.
Setelah mendaki puncak bukit sekitar 500 meter, Mgr Rolly disambut hangat oleh umat Paroki Kali, 12 Juni 2020, meski semua tetap menjaga jarak dan menggunakan masker akibat pandemi Covid-19. Dan, di tengah hiburan bunyi rie-rie (jangkrik, bahasa Manado), Mgr Rolly memandang salib di Monumen Pastor Lorenzo Geralda OFM dan mengatakan, “Kita ada di sini sekarang, sebenarnya direncanakan 13 Mei 2020, Pesta Santo Antonius dari Padua, namun berubah karena pandemi agar tidak terkumpul banyak orang.”
Mengenang ungkapan bahasa Latin “Sanguis Martyrum Semen Christianorum” (Darah para martir adalah benih kekristenan), Mgr Rolly mengatakan, berkat imam OFM yang menurut sejarah, dicatat dan diduga, martir di sini, “kita bisa menyaksikan Kali menjadi kampung Kristiani dimulai dari martir ini, dan peringatan itu dihubungkan dengan pesta pelindung paroki ini, Santo Antonius dari Padua.”
Visi orang kudus itu “menyelamatkan orang-orang, terutama yang hilang dari Gereja, dan berkembang, kalau berdoa kepada Santo Antonius dari Padua maka barang-barang yang hilang ditemukan kembali. Dan, yang hilang di antara umat saat ini, menurut uskup, salah satunya adalah “lahan ini yang kurang diberdayakan.”
Kepala Paroki Pastor Rheinner Saneba Pr membenarkan, di bukit itu martir Lorenzo Geralda dibunuh tahun 1644. “Sejak tahun itu lahan itu tidak pernah tersentuh oleh pemerintah, sehingga hari ini kita umat Paroki Santo Antonius dari Padua sepakat bersama-sama menyentuh lahan itu agar dikelola menjadi cagar budaya,” katanya kepada PEN@ Katolik 18 Juni 2020.
Bahkan, kata imam itu, umat Paroki Kali memiliki “komitmen bersama untuk tidak saja mengeluh tentang kondisi kehidupan, tapi mulai mentransformasi kegiatan dengan mengelola lahan yang sebenarnya aset Gereja ini. Kita mencoba memelihara situs ini dan meminta pemerintah supaya Watu Pinantik bukan hanya ditulis sebagai ‘cagar budaya’ tetapi ‘cagar kehidupan’ bagi masyarakat di tempat ini.”
Dalam komunikasi dengan Komisi PSE Keuskupan Manado, paroki sepakat agar di masa pandemi penuh keprihatinan mereka memberdayakan tanah misi itu dengan menanam vanila. Maka sejak 1 Juni umat bersama pastor paroki sudah menyiapkan lahan tanam di tanah misi itu. Dari tempat itu terlihat pemandangan Kota Manado.
“Kami mencoba mengundang Bapak Uskup untuk memproklamirkan kepada dunia dan pemerintah agar lahan ini jangan diabaikan dan sekaligus jangan mengabaikan masyarakat Katolik Desa Kali dengan potensinya yang luar biasa,” kata Pastor Saneba seraya berharap ibu pertiwi itu menjadi ‘ibu kehidupan’ bagi umat beriman dan masyarakat Kali.
Melihat coretan sejarah yang terjadi di tempat itu dan harapan hari itu agar Watu Pinantik menjadi “Ibu Kehidupan,” Pastor Joy Derry mengajak umat paroki dan keuskupan “untuk mencatat sejarah,” dan “memohon doa, dukungan dan restu Bapak Uskup, dan pencanangan pemberdayaan lahan tidak produktif milik keuskupan kita gaungkan, kita gendangkan mulai hari ini.”(PEN@ Katolik/michael)
Artikel Terkait:
Mgr Rolly Untu bernyanyi ajak umat tanam bahan makanan, sayur-sayuran, rempah-rempah
Semua foto ini adalah hasil screenshot dari video-video yang dibuat oleh Komsos Paroki Santo Antonius dari Padua Kali, Pineleng.