“Kematiannya (George Floyd) adalah pengingat yang menyedihkan bahwa jalan masih jauh di negara kita menghadapi kenyataan ketidaksetaraan orang kulit hitam dan rasisme yang masih menginfeksi lembaga-lembaga kita,” kata Uskup Agung Los Angeles Mgr José H Gomez mengenang kehidupan George Floyd dalam Misa yang disiarkan langsung di katedralnya.
Katedral itu ikut bersama paroki-paroki seluruh keuskupan agung itu membunyikan lonceng selama 8 menit dan 46 detik, jumlah waktu George Floyd ditekan, sebagai simbol solidaritas yang menghormati hidupnya saat terbaring istirahat.
Uskup Agung Gomez, yang juga Ketua Konferensi Waligereja Amerika Serikat, berdoa untuk jiwa pria keturunan Afrika-Amerika yang dibunuh oleh seorang polisi, 25 Mei 2020. Uskup agung itu mendesak orang-orang Kristen untuk membantu menjadikan Amerika tanah kebebasan dan kesempatan bagi semua orang.
Dalam Misa yang dirayakan bertepatan dengan dimulainya pemakaman Floyd di Houston, 9 Juni 2020, Mgr Gomez menggambarkan kematian George Floyd sebagai hal memilukan. “Itu salah. Seharusnya tidak pernah terjadi,” kata Mgr Gomez.
Kematian Floyd telah memicu gelombang kemarahan dan aktivisme oleh para pemimpin agama dan kelompok-kelompok berbasis agama di seluruh Amerika Serikat, seraya menyerukan reformasi polisi dan upaya membongkar rasisme dan diskriminasi terhadap warga Amerika keturunan Afrika dan kelompok minoritas lainnya.
Paus Fransiskus telah berdoa untuk Floyd, memberikan dukungan kepada seorang uskup AS yang berlutut dalam doa dalam protes Black Lives Matter, dan memperingatkan agar tidak menutup mata terhadap rasisme dan diskriminasi.
Dalam homili, Uskup Agung Gomez mengatakan, “Hari ini kita perlu memperbarui tujuan hidup kita. Kita perlu berkomitmen lagi untuk menjadikan Amerika tanah kebebasan dan kesempatan bagi setiap orang.”
“Tuhan tidak melihat hitam atau putih. Tuhan hanya melihat anak-anak-Nya. Dan, Dia mengasihi kita masing-masing, tidak peduli warna kulit kita.” Adalah tugas umat Kristen dan Katolik “untuk membawa kebenaran ini kepada masyarakat kita,” lanjut Mgr Gomez.
Seraya mendesak umatnya untuk “berdiri bersama dan berjalan bersama, sebagai saudara dan saudari,” Mgr Gomez berbicara tentang perlunya memberi harapan bagi anak-anak kita dan menciptakan budaya baru kebajikan dan komunitas-komunitas belas kasih dan peduli, “di mana kita menghargai kemanusiaan kita bersama.”
Mgr Gomez mencatat, “para pendiri Amerika memimpikan sebuah bangsa tempat pria dan wanita dari setiap ras, agama dan latar belakang bisa hidup setara dan bermartabat, serta mengatakan adalah tanggung jawab semua warga negara Amerika untuk menindaklanjuti mimpi itu.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)