Sabtu, Juli 27, 2024
30.6 C
Jakarta

Kerasulan Dominikan di masa pandemi Covid-19: berbagi dan berupaya jadi bandara

Kerasulan Dominikan di masa pandemi Covid19

Komunitas pewarta bagaikan bandara tempat orang-orang bisa mendalami iman dan pengetahuan mereka tentang Kristus. Maka, semua chapter dan komunitas Persaudaraan Dominikan Awam (PDA) harus berupaya menjadi bandara tempat orang bisa mendalami dan memperteguh iman dan pengetahuan tentang Kristus atau kebenaran, bisa berjumpa dengan Kristus, terutama merasakan kehadiran Kristus dalam kehidupan kita.

Pastor Mingdry Hanafi OP berbicara dalam Misa online bersama para anggota PDA se-Indonesia, 10 Mei 2020, untuk menutup Serial Studi Dominikan Awam tentang “Kerasulan Dominikan di Masa Pandemi Covid-19” yang dikoordinir oleh Pastor Mingdry OP, Suster Benedita Noquiera OP dari Kongregasi Beata Imelda, dan Presiden PDA Chapter Santo Dominikus de Guzman Pontianak Fransiskus Edy OP.

“Kita adalah pewarta sukacita, selalu mewartakan dengan suka cita tanpa memenuhi hati kita dengan kegelisahan melainkan selalu berkaca atau menyatukan diri dengan Kristus, dan berusaha hidup dalam Kristus, sehingga yakin bahwa Tuhan akan membimbing kita,” kata imam itu.

Dengan sukacita dan tanpa kegelisahan pula, tegas imam itu, anggota PDA se-Indonesia telah melakukan kerasulan dan pelayanan di masa pandemi Covid-19 seperti digambarkan dalam berbagai sharing yang disampaikan wakil-wakil PDA dari Chapter Pontianak, Chapter Surabaya, dan Chapter Jakarta, termasuk komunitas Cirebon dan Komunitas Cimahi, serta Kongregasi Suster Dominikan dari Beata Imelda. Persoalan online menghambat beberapa chapter dan komunitas untuk membagikan kegiatan mereka.

Dengan semangat untuk memutuskan rantai penularan Covid-19 dan untuk membangun persekutan, Fransiskus Edy OP menekankan, yang dilakukan PDA Chapter Santo Dominikus de Guzman Pontianak membantu paroki untuk menjalankan Misa online di saat pandemi. “Kita juga bertanggung jawab mengisi Mimbar Agama Katolik di RRI yang selalu diakhiri dengan pesan dan cara menghindari atau mencegah virus corona.” Sedangkan di Radio Keuskupan “setiap hari kita update data tentang Covid-19, baik yang terpapar dan sudah sembuh.”

Yang meninggal, katanya, tidak lagi diberitakan, “karena yang penting sekarang adalah memberi penghiburan dan pengharapan sehingga pemirsa happy terus dan memiliki daya tahan kuat sehingga tidak terpapar.”

Karena ada pengusaha lintas agama yang berbaik hati mau berbagi dan titip paket sembako untuk didistribusikan, paket itu diambil dan dibagikan kepada orang yang membutuhkan yang lepas dari pendataan pemerintah dan Gereja.

Sekarang, sebagai ketua RT, Fransiskus Edy sedang menyalurkan bantuan pemerintah untuk masyarakat yang berhak sesuai  data. “Bantuan tahap pertama, beras 10 kilo sudah saya salurkan. Dan ternyata, ada yang sudah tidak kerja, sudah tidak ada uang untuk membeli beras,” kata Edy seraya mendorong anggotanya untuk tidak lepas tangan, tidak mau tahu, atau tidak peduli. “Banyak hal bisa kita bantu, asal mau sedikit capek,” katanya.

Presiden PDA Chapter Thomas Aquinas Surabaya Welem Hemfri Elim Kusuma OP mengatakan, mereka telah membantu tenaga medis RS Santa Elisabeth Purwokerto untuk menangani pasien yang terdampak. “Karena kebutuhan begitu banyak dan tidak mudah mendapat material seperti dalam daftar permintaan yang kami terima, maka sesuai diskusi dengan pengurus, saya berkomunikasi dengan pengurus lingkungan saya tentang rencana itu. Mereka tertarik dan mengajak umat untuk membantu,” katanya. Bantuan yang disalurkan berupa APD, masker, alkohol, cairan disinfektan dan sarung tangan.

Welem mengakui, beberapa anggota chapter itu aktif di masing-masing paroki, maka ketika APD terasa sulit dan sangat dibutuhkan, beberapa tokoh dari Komunitas Rosa de Lima mengupayakan pengadaan mesin jahit dan mengajak pastor serta umat yang punya potensi untuk membuat master dan APD kemudian membagikannya ke rumah sakit yang membutuhkan. “Banyak anggota mau terlibat karena sebagai Dominam Awam mereka mau benar-benar langsung menghidupi semangat pelayanan, bukan hanya teori,” katanya.

Welem ceritakan juga bagaimana Dominikan Awam dan mahasiswa UKDC penerima beasiswa Dominikan ikut mengatasi persoalan pembagian makanan saat ketentuan PSBB bertepatan dengan saat mereka sudah menyebarkan 1200 kupon makanan untuk diambil di kompleks Gereja Redemptor Mundi. “Bersama pengurus paroki, OMK dan mahasiswa UKDC itu kami mengantar makanan ke masing-masing rumah terdata, dan OMK serta mahasiswa UKDC itu stand bye di gereja menanti sekitar 200 kupon tersisa. Saat mereka datang, OMK dan mahasiswa UKDC langsung menjemput, meminta alamat dan datanya dan makanan dikirim. Untung, karena tahu tak boleh bergerombol, orang-orang yang datang membawa juga kupon titipan teman-teman mereka, ada 20 ada 25. Maka semua kekhawatiran tidak terjadi,” cerita Welem. Namun, lanjutnya, PSBB membuat mereka pending bantuan tahap kedua dan seterusnya.

Chapter Surabaya kini sedang menyiapkan bantuan untuk empat panti asuhan di Jawa Timur, yang mulai menghadapi kesulitan beras, gula, dan sebagainya. “Kami berkoordinasi dan Puji Tuhan sudah beberapa dipenuhi. Kami juga ajak lingkungan dan mereka antusias bahkan mengatakan akan menangani satu dari empat lingkungan itu,” katanya.

Selain itu, Chapter Surabaya menerima permintaan bantuan dari Papua dan Sulawesi. “Sekretaris chapter sudah menghubungi produsen APD dan kita diberi harga khusus, bahkan gratis 10 unit APD untuk rumah sakit daerah di Papua,” kata presiden chapter itu.

Koordinator PDA Komunitas Santo Agustinus Cirebon Paulina Purwaningsih OP mengakui komunitasnya telah melakukan bela rasa sesuai kemampuan anggota masing-masing, misalnya mengirim makanan berupa kacang ijo dan nasi bungkus ke klinik dan puskesmas yang dekat, “dan peduli tetangga, membagikan makanan kepada tetangga yang membutuhkan.” Pertemuan di antara mereka, menurut Veronika Ika Puspita OP, sudah tidak mungkin karena karena usia anggota rata-rata melebihi 50 tahun. “Maka kita ambil langkah pribadi, membantu sesama yang membutuhkan sekitar lingkungan kami.”

Sebagai pedagang di jalanan, koordinator PDA Komunitas Cimahi, Fransiskus Bagyo OP gunakan posisi itu untuk mengumpulkan info orang yang membutuhkan bantuan saat pandemi ini. “Orang-orang yang kelihatan baik, kalau ditanya secara pribadi, ternyata mereka pun membutuhkan bantuan. 18 orang di lingkungan kami, kalau ditanya senyum-senyum saja, tapi kalau ditanya pribadi mereka katakan ‘beras saya tinggal satu kilo, gajian sudah tidak ada, narik taxi sudah tidak boleh, gojek hanya untuk kirim makanan.’ Berarti mereka membutuhkan. Ditanya apakah mereka mau menerima kalau ada bantuan sembako, mereka menjawab, ‘Mau menerima Pak, mau-mau Pak!’”

Namun, kami tidak membantu mereka, tetapi hanya menyalurkan bantuan dari saudara-saudara yang punya kelebihan. “Kami mencari orang yang berkelebihan di masyarakat, di lingkungan dan di paroki. Maka pekerjaan kami adalah mencari siapa yang membutuhkan dan mencari siapa yang mau membantu. Kami tinggal menyalurkan,” kata Bagyo. Meskipun demikian komunitas itu berniat membuat bantuan itu rutin, dua atau tiga minggu sekali sesuai kebutuhan keluarga.

Maria Junita Ratna Arawati Suwarna OP dari PDA Chapter Jakarta membagikan pengalaman sebagai guru di sebuah sekolah di Jakarta. Sebagai guru, jelasnya, meskipun dengan media online dia ikut menyenangkan dan menyemangati sesama guru, orang tua dan murid. “Bahkan kami meminta bantuan yayasan agar orangtua yang kena dampak karena tinggal di zona merah, yang menutup tokoh dan usaha sumber penghasilan, mendapat dispensasi pembayaran uang sekolah anak mereka. Yayasan pun memberi dipensasi berupa potongan. Yang masih keberatan dan kesulitan dengan potongan itu diberikan potongan lebih lagi,” ceritanya.

Selain Dominikan Awam, peserta meeting online itu juga mendengarkan sharing Suster Benedita OP asal Brazil yang membagikan pengalaman kongregasinya di Filipina, Brazil dan Roma. Di Filipina, ceritanya, para suster OP datang ke tengah orang yang membutuhkan dan tidak mampu karena masalah usia. “Di Manila, para suster melayani sekitar 100 keluarga kurang mampu yang tinggal dan bekerja di jalan, atau yang tinggal bersama-sama satu atau dua keluarga dalam satu kamar. Mereka tidak punya kerja professional dan kehidupannya tergantung pada penjualan barang yang mereka kumpul dari tempat sampah, kata suster.

Para suster OP, lanjut suster datang ke tempat-tempat orang yang membutuhkan yang tinggal di gedung-gedung, yang pembangunannya tidak selesai dan ditinggalkan, untuk membantu mereka, untuk belajar, untuk bermain dan untuk memberi makanan bergizi. “Bahkan para suster mendekati para penyapu jalan yang tinggal di jalan dan memberi mereka makanan dan pakaian.”

Di Brazil, para suster juga membuat masker untuk dibagikan ke lembaga-lembaga dan orang-orang yang memerlukannya. Selain itu, Dominikan Awam Provinsi Brazil membuat tabloid yang disebarkan supaya orang-orang membaca pengalaman dan cara menjaga diri dalam pandemi ini.

“Di Roma, kami tidak terhindar dari penderitaan. Puluhan suster jompo kami sakit. 11 suster sudah diisolasi, dan beberapa suster sedang dalam proses penyembuhan. Sedangkan tiga suster di Pontianak, jelas Suster Benedita, mereka tidak langsung membantu namun bekerja dengan Caritas Pontianak dengan berbagi makanan untuk orang yang membutuhkan.

Mendengar serangkaian kegiatan dari Dominikan Awam itu, Pastor Mingry OP mengusulkan para chapter atau komunitas untuk melakukan pertukaran kerasulan dan menjadi menjadi milik seluruh warga Dominikan di Indonesia dan memperdalam iman.

Pastor itu juga mengingatkan, 6 Agustus 2021, Ordo Dominikan akan OP merayakan 800 tahun meninggalnya Santo Dominikus. “Sebagai Keluarga Dominikan, imam, suster dan awam, kita bisa memikirkan kegiatan bersifat nasional, bukan untuk menunjukkan siapa Dominikan, tetapi sebagai salah satu kontribusi kita untuk Gereja Indonesia. Sebagai warga Dominikan hendaknya kita menunjukkan jalan dan kebenaran kepada banyak orang dan terutama membawa hidup. Dan, semoga panggilan kita sebagai Dominikan menjadi bandara, pusat di mana orang-orang bisa bernaung kepada Kristus seraya memperdalam iman dan pengetahuan mereka akan Kristus, lewat kita.(PEN@ Katolik/paul c pati)

Pastor Mingdry H
Pastor Mingdry Hanafi OP
Welem
Welem Hemfri Elim Kusuma OP
Edy
Fransiskus Edy OP
Sr Benedicta
Suster Benedita Noquiera OP

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini