Dalam situasi sekarang ini, Ketua Komisi Kepemudaan KWI percaya, setiap pribadi bisa melakukan kebaikan untuk sesama melalui kewirausahaan digital, jembatan kasih dan harapan dalam menjalani hidup sebagai umat Katolik. “Melalui usaha di bidang digital diharapkan orang muda mampu berbagi kasih dan harapan dengan membantu satu sama lain.”
Mgr Pius Riana Prapdi mengatakan hal itu dalam wawancara tertulis dengan PEN@ Katolik, 4 Mei 2020, untuk menanggapi Startup Weekend KWI yang rencananya dibawakan di 14 Keuskupan di Indonesia dengan judul “Kewirausahaan Digital sebagai Jembatan Kasih dan Harapan” guna membangun sikap entrepreneurship atau kewirausahaan sosial dan startup digital melalui program latihan selama 54 jam atau tiga hari.
Startup Weekend KWI oleh Komisi Kepemudaan KWI akan dilakukan secara virtual 9 Mei 2020 dengan menghadirkan Sekretaris Eksekutif Komkep KWI Pastor Antonius Haryanto Pr, Sekretaris Eksekutif PSE KWI Pastor Ewaldus, Publik Figur Daniel Mananta dan Faye Alund (co-founder dan ceo Kumpul).
Dijelaskan, kegiatan itu dilaksanakan dengan tiga tujuan, pertama untuk mempersiapkan OMK supaya dapat memberikan solusi melalui pendekatan kewirausahaan berbasis dampak sosial, kedua, untuk menjawab peluang dan tantangan di Indonesia di mana penggunaan alat berbasis digital sudah bisa dikatakan biasa khusus di kalangan orang muda, ketiga, untuk membuka kesempatan seluas mungkin agar OMK berkreasi dan berinovasi dengan aman dan membantu dalam pandemi ini, dan keempat, untuk mensosialisasikan Startup Weekend KWI.
Saat ini kita memasuki era bonus demografi saat lebih dari 50 persen penduduk adalah orang muda produktif. “Untuk penggunaan internet akan dimaksimalkan dan usaha digital menjadi bagian wilayah lapangan usaha yang memberi harapan pada orang muda,” kata uskup itu seraya menambahkan bahwa acara itu juga ingin mengembangkan semangat sosial saling membantu dalam cinta kasih “sehingga orang muda produktif yang banyak di Indonesia tidak menganggur.”
Saat pandemi Covid-19, lanjut Mgr Prapdi, banyak OMK mengalami pemutusan hubungan kerja. “Kami berharap melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan ini, teman-teman OMK bisa merefleksikan pengalaman tersebut sebagai titik untuk mulai berwirausaha dan mulai berkolaborasi,” kata uskup.
“Saatnya kita lebih produktif menyalakan daya kreativitas dan inovasi untuk menjawab tantangan saat ini. Semoga OMK berani mencintai sesama dengan membantu sesamanya khususnya juga teman mudanya. Semoga OMK tidak menganggur tetapi menjadi bonus bagi negara ini dengan mandiri dan bekerja,” harap Mgr Prapdi. (PEN@Katolik/Konradus R. Mangu)