Ini foto editan yang jauh dari sempurna. Tapi siapa menyangka otak-atik tangan jahil seorang pastor muda saat itu bisa menjadi sarana untuk menunjukkan arah hidup seseorang. Ya, yang lebih mungil itu aku, seorang OMK yang waktu itu disebut Mudika, yang tengah galau dengan arah hidupnya. Menerima hadiah foto ini seolah menjadi petunjuk akan apa yang dinamakan “Panggilan Lain”. Menjadi biarawati memang cita-citaku di masa kecil. Tapi itu tidak ada lagi di masa remaja dan muda. Cita-cita lebih mulia mulai dirancang, membina hidup berkeluarga, mendidik anak-anak dalam kasih Tuhan, terlibat dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Kurang mulia apa coba? Mulailah saya menjalin komitmen dengan seorang pemuda seiman, baik, cakep, aktivis, pinter gitar, tidak merokok, idealis, romantis, baik kepada siapa pun. Hari-hari terasa bahagia, mendapat kasih dan perhatian. Bahagia dong … Harusnya! Namun, dalam perjalanan waktu, ada yang terus mengusik, ada yang kosong, ada yang harus dicari dan dipenuhi. Kekosongan itu menemukan isinya, ketika berani melepaskan komitmen, dan membuat komitmen lebih radikal. Ya, jalan hidup membawaku pada panggilan ini. Menjadi biarawati adalah suara dari kedalaman batin yang terus memanggil, menggelisahkan selama belum mendapatkan bentuknya. Menjadi biarawati adalah jalan menemukan isi dari kekosongan yang akhirnya bermuara pada pemenuhan Kasih Ilahi. Mungkin pengalamanku bisa menjadi pengalamanmu saat ini. Jangan menghindar apalagi menyangkal. Beranilah menjawab ‘Ya’, karena Dia akan melengkapi segalanya. Dunia dan Gereja masih membutuhkan Anda, wahai muda-mudi, untuk menjadi perpanjangan tangan kasih yang menyelamatkan jiwa-jiwa, jiwa sesama dan diri sendiri. Jangan ragu, Come n see! Be a Preacher! Be a Dominican! Hari Panggilan Sedunia, 3 Mei 2020, Suster Rose Marrie OP