Home KEGEREJAAN Keluarga Dominikan Indonesia berdoa Rosario secara online demi berakhirnya Covid-19

Keluarga Dominikan Indonesia berdoa Rosario secara online demi berakhirnya Covid-19

0

 

Pastor Edmund Nantes OP memimpin Rosario bersam Keluarga Dominikan Indonesia dari Seminari Antarkeuskupan di Pontianak
Pastor Edmund Nantes OP memimpin Rosario bersama Keluarga Dominikan Indonesia dari Seminari Antarkeuskupan di Pontianak

Sesuai anjuran Master Ordo Pastor Gerard Timoner OP, Rabu 29 April 2020, tepat pukul 9 malam, Keluarga Dominikan Indonesia yang terdiri dari imam, suster, frater, dan awam berkumpul di komunitas atau rumah masing-masing dan berdoa Rosario misteri mulia. Doa untuk berakhirnya Covid-19 itu berlangsung dengan program ‘meeting’ Zoom, dipimpin Pastor Edmund Nantes OP dari Seminari Tinggi Interdiosesan Antonio Ventimiglia di Siantan, Pontianak, yang didampingi beberapa frater.

Rosario yang dipanjatkan dalam Bahasa Indonesia, Inggris, Tagalog, dan Portugis itu diikuti 64 peserta pemilik ID Zoom, namun banyak layar menunjukkan keikutsertaan lebih dari satu orang. Banyak Dominikan Awam dari Jakarta, Pontianak, Surabaya, Yogyakarta, Cirebon, Cimahi ikut bersama istri atau suaminya, bahkan komunitas suster diikuti semua suster dalam biaranya.

Selain Pastor Nantes OP yang juga membawakan doa dalam bahasa Inggris, Tagalog, dan Indonesia, Superior Jenderal Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia Suster Maria Elisabeth OP memimpin satu misteri dalam bahasa Indonesia dari Jakarta, Pastor Johanes Robini OP dari Rumah Santo Dominikus Pontianak dalam bahasa Inggris, Pastor Filemon dela Cruz OP asal Filipina dari Surabaya dalam bahasa Indonesia, Theo Admadi OP sebagai koordinator Persaudaraan Dominikan Awam Nasional dalam bahasa Indonesia dari Jakarta, dan Suster Cleosa OP dari Beata Imelda dari Pontianak dalam bahasa Portugis untuk mengenang misionaris pertama Dominikan di Indonesia.

Mereka berdoa untuk yang sakit, untuk pelayanan kesehatan, untuk keluarga dari yang sakit, untuk orang-orang yang menderita secara ekonomi, sosial, dan psikologis, dan untuk perlindungan dan penyembuhan dari Covid-19. Dan, setiap satu misteri, mereka berdoa, “Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu.”

Di hari yang sama, pukul 18.00 WIB, Pastor Andreas Kurniawan OP memimpin Misa Pesta Santa Katarina dari Siena dari sebuah biara suster OP di Jakarta. Selain diikuti para suster, Misa dengan program Zoom itu diikuti para Dominikan awam dari semua chapter yang ada, Jakarta, Pontianak, Surabaya, dan Yogyakarta, serta komunitas-komunitasnya.

Gambar orang kudus itu menghiasi altar. Dan dalam homili, Pastor Andrei menggambarkan mengenai Santa Katarina dari Siena, satu-satunya perempuan dan awam yang menjadi Pujangga Gereja dalam Gereja Katolik.

Diceritakan, hidupnya yang hanya 33 tahun dipersembahkan kepada Tuhan. Dia bukan hanya memberi diri untuk Gereja tetapi untuk orang sakit dan orang menderita khususnya saat Eropa dilanda wabah pes (the Black Death) akhir 1340-an yang membunuh sekitar 60 juta orang atau sepertiga penduduknya. Bahkan, dalam parahnya perpecahan dalam politik, sosial dan Gereja, “Katarina diutus ke Avignon untuk meminta Paus yang ada di sana untuk kembali, bersatu lagi di Roma.”

Katarina yang menerima “stigma” dan “penampakan” membukukan pengalaman mistiknya dalam buku “Dialog.” Di akhir hidupnya ia menderita sakit lumpuh dan wafat 29 April 1380. Ia adalah mistikus terbesar dalam Gereja. 400 suratnya kepada segala lapisan termasuk raja, militer dan penguasa, masih tersebar luas. Ia dijadikan santa pelindung Italia tahun 1939 dan dinyatakan sebagai Pujangga Gereja tahun 1970.

Dari pengalaman Katarina, Pastor Andrei meminta Keluarga Dominikan berjalan dengan dua kaki seperti Katarina yakni “Mencintai Tuhan dan Mencintai Sesama,” serta hidup beriman dengan terus mencari Tuhan dan membebaskan pikiran “supaya karunia Tuhan masuk dan tinggal di dalam pikiran kita.” Pastor Andrei juga menegaskan berkali-kali bahwa “Tuhan itu ada, di mana-mana, di pusat hidup kita.” Persoalannya, “Apakah kita mau dituntun oleh Tuhan?”

Di hari yang sama juga, tepat pukul 12.00 WIB Keluarga Dominikan Indonesia berdoa Rosario bersama dengan Keluarga Dominikan Sydney, Australia, lewat program Zoom meeting.

Dengan program itu juga, tiga hari sebelum Pesta Santa Katarina, yang merupakan pelindung Dominikan Awam itu, juga karena social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar di mana-mana, anggota Dominikan Awam se-Indonesia hanya melakukan Triduum yang diisi doa Rosario, doa Triduum, dan Misa.

Seperti halnya ketika Doa Rosario 29 April malam usai, dan admin mengklik tombol yang membuat audio suara peserta berfungsi, terdengarlah kegirangan dan suka cita ala “Dominikan” yang saling menyapa dalam persaudaraan, setelah lama tidak bertemu, hingga admin kesulitan mengakhiri sesi “meeting” itu.(PEN@ Katolik/paul c pati)

Pastor Andreas Kurniawan OP memimpin Misa Pesta Santa Katarina dari Siena dari sebuah biara Suster OP di Jakarta
Para suster OP yang mengikuti Misa di biara
Pastor Filemon dela Cruz OP
Theo Admadi bersama istri
Suster Cleosa OP dari Beata Imelda dari Pontianak dan sebelah kanannya Pastor Robini
Para suster

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version