Dalam perjalanan dari Yerusalem ke Emaus, para murid sedih, meskipun Tuhan, yang tidak mereka kenal, berjalan di samping mereka. Dan, dalam perjalanan pulang, mereka bersukacita, karena, meskipun mereka tidak lagi melihat Yesus, mereka merasakan Dia di dekat.
“Inilah kisah yang dimulai dan berakhir di perjalanan,” kata Paus Fransiskus dalam doa Regina Coeli (Ratu Surga) hari Minggu ketiga Paskah, 29 April 2020, sambil merenungkan kisah tentang dua murid di jalan menuju Emaus (Lukas 24:13-35).
Paus mengatakan, “dua jalan berbeda” ini menunjukkan “bahwa dalam kehidupan, kita memiliki dua arah berlawanan di depan.” Yang pertama jalan orang yang “membiarkan diri mereka lumpuh karena kekecewaan hidup,” dan yang lain jalan orang-orang yang mengutamakan Yesus, dan saudara-saudari mereka.
“Inilah titik baliknya,” kata Paus. “Berhenti mengitari diri sendiri, kekecewaan masa lalu, cita-cita tidak terwujud, dan terus melihat realitas kehidupan terbesar dan terbenar: Yesus hidup dan mencintai saya.”
Mengomentari permainan kata-kata dalam bahasa Italia, Paus mengatakan kita dipanggil untuk berubah dari “jika” (se) ke “ya” (sì). Kita sering berpikir “jika Tuhan bebaskan kita, jika Tuhan dengarkan saya, jika hidup berjalan seperti yang saya inginkan, jika saya memiliki ini atau itu.” Itulah sikap para murid di malam Paskah pertama itu. Tapi, “mereka melompat ke ‘ya’,” kata Paus. “Ya, Tuhan hidup, Dia berjalan bersama kita. Ya, sekarang, bukan besok, kami akan mengumumkannya.”
Bagi dua murid Emaus, perubahan ini terjadi dengan bertemu Yesus. Bagi kita juga, jelas Paus, ada tiga langkah dapat kita ambil di rumah sendiri: membuka hati kepada Yesus, mendengarkan Yesus, dan berdoa kepada Yesus. (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Christopher Wells/Vatican News)