Salah satu ciri khas menarik orang Katolik Indonesia adalah sistem lingkungan dan wilayah yang diterapkan Gereja Indonesia. Di setiap paroki, pasti sistem itu hidup dan subur membangun paguyuban serta kebersamaan umat. Biasanya orang-orang lingkungan bersama-sama membantu saat ada kegiatan atau doa bersama. Di sinilah terlihat nilai kebersamaan yang nyata dalam hidup menggereja. Dalam bacaan pertama 21 April 2020 kita melihat bagaimana umat perdana hidup. Lukas dalam Kisah Para Rasul (Kis 4:32-37) menyebutkan ciri yang nampak jelas, “mereka sehati dan sejiwa,” umat perdana guyub dan saling memperhatikan. Kalau kita sadari di zaman sekarang kita lebih suka menjadi pribadi individualis, jarang berpikir tentang orang sekitar, lebih mementingkan diri sendiri. Sekali lagi kita diingatkan lewat ciri umat perdana untuk sehati dan sejiwa. Mungkin ini tepat untuk menghadapi pandemi ini. Ketika banyak orang mulai memikirkan diri sendiri, bahkan takut untuk bersama-sama, kita diajak merenungkan bagaimana mencontoh umat perdana. Rasanya sulit untuk bersama-sama, tapi kebersamaan bukan hanya lewat keadaan fisik tetapi dalam doa, bersama-sama mendukung dan bersama-sama memberi kekuatan menghadapi situasi saat ini. Sebagai orang beriman, sehati dan sejiwa bukan hanya sebatas konsep tapi saat ini konsep ini dapat menjadi aksi nyata, memperhatikan dan memberi semangat bagi semua orang. Sahabat terkasih, kita diajak menjadi saksi Kristus di tengah situasi tidak jelas ini. Dukungan dan perhatian kita menjadi kekuatan bagi sahabat-sahabat yang sedang melalui masa-masa sulit. Doa dan sapaan kita mungkin menjadi penyemangat mereka untuk berjuang.(FRAY.EL.OP)