Perayaan keagamaan yang penting seperti Paskah dan Natal selalu ditandai dengan liturgi khidmat yang dihadiri banyak sekali umat beriman dan diikuti dengan perayaan, saling bersalaman dan berpelukan. Namun, semua itu tidak terlihat di saat Paskah 2020 saat terjadi lockdown Covid-19. Meskipun demikian, Gereja-Gereja dan umat seluruh dunia mencari cara-cara kreatif untuk mengungkapkan harapan, solidaritas, dan cinta yang merupakan warna-warni Paskah.
Robin Gomes dari Vatican News melihat apa yang terjadi di Eropa. Para uskup Katolik di benua Eropa mengajak umat untuk menyalakan lilin di depan jendela mereka di malam Paskah, dan berdoa untuk dunia dalam kekacauan dan ketakutan dalam pandemi Covid-19.
Ajakan itu disampaikan oleh ketua Komisi Konferensi Waligereja Uni Eropa (COMECE) Kardinal Angelo Bagnasco asal Italia dan ketua Dewan Konferensi-Konferensi Waligereja Eropa (CCEE) Kardinal Jean-Claude Hollerich SJ asal Luxembourg.
Sebuah catatan di situs web CCEE menjelaskan, “Ini adalah isyarat harapan yang kecil namun signifikan dan simbolis dalam momen bersejarah dan dramatis ini, saat jutaan orang di Eropa dan seluruh dunia dipengaruhi oleh penderitaan besar dan ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.”
Dalam sebuah doa, kedua kardinal itu meminta kepada Bapa, Pencipta dunia, untuk memandang “anak-anak-Nya, yang dalam masa sulit dan cemas ini mencari kekuatan, keselamatan dan kelegaan” serta meminta kepada semua orang yang berniat baik untuk berdoa kepada Tuhan agar “menyembuhkan orang sakit, menghibur keluarga mereka dan memberi hikmat kepada penguasa kita.”
Para uskup Eropa ikut bersama Paus Fransiskus menegaskan kembali kedekatan Gereja dengan semua orang yang berjuang karena wabah ini: para korban, keluarga mereka dan semua petugas kesehatan, sukarelawan dan umat beriman yang berada di garis depan dalam merawat mereka yang terkena dampak dan membawa mereka bantuan.
Para uskup Eropa mencatat, “konteks ketakutan saat ini membuat kita waspada terhadap yang lain, yang dianggap sebagai bahaya potensial.” Kedua kardinal itu mengatakan, “Lebih dari sebelumnya, kita harus mengupayakan alur persaudaraan: dengan bersama dan bersatu kita bisa mengatasi momok ini.”
Sementara itu, paroki-paroki di seluruh Belanda diajak membunyikan lonceng gereja secara bersamaan selama 15 menit pada siang hari di hari Minggu Paskah dan Senin Paskah. Ajakan dari Konferensi Waligereja Belanda itu untuk mengungkapkan kedekatan para gembala “dengan umat beriman pada saat tidak mungkin merayakan liturgi bersama dan berdoa bersama.”
Lonceng Gereja biasanya berdentang untuk memanggil umat beriman untuk menghadiri perayaan Misa. Kali ini, para uskup Belanda menyerukan kepada umat mereka untuk menghubungkan rumah dengan ibadah Gereja yang berlanjut terus tetapi tidak bisa dirayakan secara terbuka karena pandemi virus corona.
Mereka juga mengajak denominasi-denominasi Kristen untuk mengikuti inisiatif ini guna mewartakan bahwa Tuhan benar-benar telah bangkit. Kesempatan itu juga untuk berdoa bagi situasi dramatis yang sedang dialami negara itu karena virus corona dan bagi banyak orang yang menderita.
Polandia memiliki tradisi mempersembahkan keranjang-keranjang berisi makanan dalam liturgi Paskah, Kali ini umat diajak melakukan hal itu secara online, karena dengan lebih dari 6000 kasus virus corona dan 195 kematian, negara itu telah melaksanakan lockdown sejak pertengahan Maret.
“Meskipun ada berbagai pembatasan, kami tak akan menyerah mempersiapkan keranjang Paskah dengan telur,” kata juru bicara Konferensi Waligereja Polandia, Pastor Paweł Rytel-Andrianik. “Kami menciptakan komunitas-komunitas virtual yang menunggu untuk saling berpelukan,” kata imam itu seraya mendesak anak-anak, khususnya, untuk menyebarkan inisiatif itu secara online.
Pada Minggu Paskah, seorang anggota keluarga akan mengucapkan berkat yang bisa diunduh dari situs web Konferensi Waligereja atau keuskupannya. Umat diminta untuk mempublikasikan foto-foto keranjang Paskah mereka di media sosial dengan tagar # Święconka.
Pastor Rytel-Andrianik mendesak semua orang Polandia untuk menelpon, mengirim pesan atau mengirim foto kepada orang-orang yang mereka cintai. “Kami ikut bersama merayakan momen-momen ini melalui media sosial dan menciptakan komunitas virtual yang menunggu memeluk kami lagi.”
Imam itu mengungkapkan kedekatan para uskup dengan para lansia, orang sakit dan orang yang kesepian, dan mengajak semua orang untuk berdoa bagi orang yang meninggal dan keluarga mereka. “Mari kita juga mengingat para dokter, perawat, paramedis dan semua orang yang melewati Paskah di tempat kerja demi kesehatan dan keselamatan kita,” lanjut imam itu.
Di Italia, Komunitas Sant’Egidio menyelenggarakan makan siang bagi orang miskin pada hari Minggu Paskah dan Senin Paskah di Roma. “Kita tidak boleh meninggalkan siapa pun sendirian, terutama orang-orang yang paling rapuh dan rentan, yang pada masa pandemi ini lebih terisolasi dan lebih berjuang untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok mereka, karena berkurangnya pergerakan orang dan penutupan semua perusahaan katering,” kara kelompok awam Kristen internasional berbasis Roma yang bertekad untuk perdamaian an pengembangan itu.
Sant’Egidio menerapkan berbagai prakarsa solidaritas di seluruh Italia selama masa-masa sulit ini. Berkat kemurahan hati banyak orang, setiap minggu, kelompok di berbagai bagian kota Italia, bisa membawa makanan untuk orang-orang kehilangan pekerjaan karena lockdown nasional.(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)