Sekelompok Orang Muda Katolik (OMK) yang datang dari Kevikepan Tomohon, Kevikepan Tombulu, Kevikepan Manado dan Kevikepan Tonsea di Keuskupan Manado menggelar “Jalan Salib Pertobatan Ekologis.” Pada pemberhentian ketiga, ‘Yesus jatuh untuk pertama kalinya’ mereka berjalan dengan lutut, dan pada perhentian keduabelas, ‘Yesus wafat di kayu salib’ mereka meminta maaf dengan cara tiarap sambil memeluk bumi yang sudah mereka sakiti secara tidak bertanggung jawab.
Kisah itu diceritakan kepada PEN@ Katolik oleh Komisi Kateketik Keuskupan Manado Pastor Kris Ludong Pr di hari terakhir Bina Rohani OMK “Cinta Alam, Rasul Lingkungan Hidup,” yang diikuti 145 OMK di Wisma Lorenzo Lotta, Pineleng, Sulawesi Utara, 13-15 Maret 2020.
Yang baru berlangsung itu, menurut Pastor Kris, adalah bagian dari pembinaan berjenjang yang dibagi dalam berbagai tingkatan. Pembagian itu, jelas imam itu, adalah “Rasul Cilik, Rasul Ekaristi, dan Rasul Rosario untuk anak-anak SD hingga SMP, Rasul Anak Alam untuk pelajar SMA, Rasul Iptek untuk mahasiswa, dan Rasul Lingkungan Hidup untuk OMK pada umumnya.”
Dengan kegiatan yang bertujuan “menciptakan rasul-rasul untuk menjadi pejuang hidup, dengan berpedoman pada Ensiklik Laudato Si’ tentang “Perawatan Rumah Kita Bersama” dari Paus Fransiskus” itu, Pastor Kris berharap “mereka pergi keluar mewartakan kepada teman-teman dan menjaring teman lain untuk ikut menjadi rasul lingkungan hidup” itu.
Selain itu, Pastor Kris berharap OMK sendiri membuat rencana tindak lanjut pribadi dan bersama. “Tindak lanjut pribadi boleh dimulai dengan hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah dan puntung rokok sembarangan karena dapat merusak alam, selalu habiskan makanan yang dimakan, dan mematikan lampu jika tidak dipakai.”
Dalam Bina Rohani itu, OMK juga membuat kelompok-kelompok minat, sebagai rencana tindak lanjut bersama bagi kelompok yang peduli pantai, peduli gunung dan peduli taman. Dengan demikian akan semakin tercipta jiwa kerasulan dalam Gereja Katolik, “namun secara konkret Gereja akan memiliki lebih banyak rasul awam dengan kerasulan lebih praktis yakni menjaga lingkungan hidup, antara lain di taman, di pantai dan di gunung.”
Kepada peserta, tegas Pastor Kris, ditanamkan kemauan untuk menjadi Rasul Lingkungan Hidup dan diperkenalkan dengan Ensiklik Laudato Si’, karena “tujuan itu tidak mungkin tercapai kalau dalam diri mereka sendiri belum tertanam kemauan itu.”
Oleh karena itu, dalam bina rohani OMK, peserta dilatih bercocok tanam serta menanam bunga dan pohon, membuat pupuk organik, dan diminta “untuk tidak membuat bumi ini menjerit kesakitan.”
Peserta sudah kembali ke paroki masing-masing. Namun nanti, di bulan Oktober, mereka akan bermalam semalam di kompleks Air Terjun Desa Kali, Pineleng, dan keesokan harinya mereka akan mengadakan upacara bendera di situ kemudian melestarikan kompleks air terjun itu.(PEN@ Katolik/michael)