“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Kata-kata “lapar dan haus” berbicara tentang “kebutuhan penting sehari-hari,” sementara istilah “kebenaran” mengacu pada “kehausan di hati manusia, kehausan batin, kelaparan batin, kegelisahan batin akan Tuhan.”
Kerinduan ini ditemukan bahkan “pada orang yang paling jahat, dan yang terjauh dari kebaikan,” meskipun tersembunyi “di bawah puing-puing penipuan dan kesalahan.” Adalah Roh Kudus, kata Paus Fransiskus, yang menyimpan kerinduan ini di dalam diri kita. “Dialah air hidup” yang membentuk debu, asal kita dibuat. Dialah yang “menciptakan nafas yang memberi kita kehidupan.”
Paus Fransiskus mengatakan hal itu dalam Audiensi Umum 11 Maret 2020 seraya berterima kasih kepada semua yang berupaya menanggapi keadaan darurat virus corona. Dalam katekese, Paus menjelaskan Sabda Bahagia keempat: “Berbahagialah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.”
Audiensi Umum itu adalah yang pertama sejak diberlakukannya langkah-langkah besar di seluruh Italia guna menahan epidemi virus corona. Audiensi itu disiarkan langsung dari Perpustakaan Istana Apostolik guna menghindari pertemuan besar orang-orang yang biasa memenuhi Lapangan Santo Petrus untuk mendengarkan Bapa Suci.
“Injil Yesus Kristus adalah kebenaran terbesar yang bisa disampaikan ke hati manusia, yang sungguh membutuhkannya, meski mereka tidak selalu menyadarinya.” Itulah alasan, kata Paus, mengapa Gereja ditugaskan untuk mewartakan Sabda Tuhan.
“Setiap orang,” lanjut Paus, “dipanggil untuk menemukan apa sungguh penting, apa yang sungguh mereka butuhkan, apa yang membuat mereka bisa hidup baik,” dan, sebaliknya, “apa yang jadi kepentingan sekunder, dan apa yang mereka bisa lakukan dengan aman tanpa itu.”
Dalam Sabda Bahagia, “Yesus menyatakan… bahwa ada kehausan yang tidak bisa tidak dipenuhi; haus yang, jika dituruti, akan dipuaskan dan akan selalu berhasil, karena sesuai dengan hati Tuhan,” kata Paus.
Setelah katekese, Paus menyampaikan kata-kata kedekatan dan penghiburan bagi mereka yang menderita Covid-19, tetapi juga bagi yang menderita penyakit lain. Paus berterima kasih kepada semua orang yang membantu mereka, terutama umat Kristen “serta pria dan wanita berkehendak baik, yang berdoa bersama tanpa memandang tradisi agama mereka.”
Namun, lanjut Paus, “Saya tidak ingin penderitaan ini, epidemi yang sangat serius ini, membuat kita melupakan orang-orang Suriah yang miskin, yang menderita di perbatasan antara Yunani dan Turki: orang-orang yang telah menderita selama bertahun-tahun … Jangan lupa saudara dan saudari kita, termasuk banyak anak, yang menderita di sana.” (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Christopher Wells/Vatican News)