Home KEGEREJAAN Mgr Mandagi: pantang dan puasa harus disertai dengan bukti nyata, gerakan APP

Mgr Mandagi: pantang dan puasa harus disertai dengan bukti nyata, gerakan APP

0
Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC (Foto Dokpen KWI)
Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC (Foto Dokpen KWI)

Pantang dan puasa dalam masa Prapaskah harus disertai dengan bukti nyata, yaitu menggerakkan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Dengan aksi ini umat diajak menyisihkan uang dan harta untuk dikumpulkan secara bersama-sama demi pelayanan pastoral gereja khususnya di bidang sosial-karitatif.

Administrator Apostolik Keuskupan Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC menulis hal itu dalam Surat Gembala Prapaskah yang dibacakan di seluruh gereja paroki di keuskupan itu pada Perayaan Rabu Abu, 26 Februari 2020. Bukti nyata itu diperlukan, tegas Mgr Mandagi, selain membaharui dan memurnikan diri dengan berpuasa dan berpantang atau dengan kata lain, bermati raga.

“Marilah kita bersama-sama terlibat dalam APP. Jangan ada di antara kita yang merasa tidak perlu terlibat di dalamnya. Di antara keuskupan-keuskupan di Indonesia, ternyata Keuskupan Agung Merauke belum terlalu menggerakkan APP ini. Karena itu, marilah kita, Keuskupan Agung Merauke menjadi contoh bagi keuskupan-keuskupan lain di Indonesia dalam hal menggerakkan APP,” ajak Mgr Mandagi.

Untuk menghayati arti Prapaskah, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menawarkan tema APP yakni “Pembangunan Ekonomi yang Bermartabat.” Mgr Mandagi melihat beberapa poin yang perlu. “Pertama, manusia mendambakan sandang, pangan, papan, uang, sarana transportasi dan lain sebagainya demi menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk itu, manusia perlu membangun kehidupan ekonominya atas rupa-rupa cara. Kedua, umat Kristiani harus membangun kehidupan ekonomi demi ketersediaan sandang, pangan, papan yang cukup, namun hal itu harus dilakukan secara bermartabat,” tulis uskup.

Ketiga, lanjut Mgr Mandagi, “pembangunan ekonomi, yang perlu dikemudikan oleh cinta pada Allah dan sesama atau pembangunan ekonomi yang bermartabat, baiklah tidak dilaksanakan oleh Gereja sendiri, tetapi dalam kerjasama dengan pemerintah maupun agama-agama lain.” Gereja harus berjuang bersama agama-agama lain, “supaya aturan-aturan yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan ekonomi tidak mengorbankan kemanusiaan.”

Selain bertobat dan bermatiraga, lanjut Mgr Mandagi, Gereja Katolik mengajak umatnya melakukan perbuatan amal bagi sesama, hidup rukun dan damai serta memakai lebih banyak waktu untuk berdoa.(PEN@ Katolik/Yakobus Maturbongs)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version