“Keramahan adalah milik tradisi komunitas dan keluarga Kristen,” kata Paus Fransiskus dalam homili doa ekumenis yang menutup Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristen yang diikuti para pemimpin Kristen dari semua denominasi di Roma, 18-25 Januari 2020. Keterbukaan dan kepedulian terhadap sesama, khususnya para migran menjadi poin utama pekan itu.
Tema Pekan Doa 2020 yang dipilih oleh sekelompok perwakilan dari Gereja-Gereja Kristen di Malta dari Kisah Para Rasul adalah “Mereka sangat ramah terhadap kami.”
Kebaktian penutup di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok yang secara tradisional berlangsung pada Pesta Pertobatan Santo Paulus, 25 Januari 2020, dimeriahkan oleh Paduan Suara Kapel Sistina Vatikan dan Paduan Suara Biarawan Benediktin.
Menurut Paus, seperti yang ditulis Santo Lukas dalam bagian terakhir Kisah Para Rasul, Paulus tinggal di Pulau Malta. “Penduduk aslinya menunjukkan keramahan yang luar biasa” dan mengingatkan tindakan-tindakan serta sikap penyambutan terhadap para pengembara yang karam, yang kemudian dibayar oleh Paulus. “Dari Pekan Doa ini kami ingin belajar menjadi lebih ramah, pertama-tama di antara kami umat Kristen dan di antara saudara-saudari kami dari berbagai kepercayaan,” kata Paus.
Saat merenungkan pembacaan Kisah Para Rasul 28 itu, Paus mengingat tiga kelompok berbeda di atas kapal yang membawa Santo Paulus ke Roma sebagai tahanan yakni sekelompok tentara, sekelompok pelaut, dan sekelompok tahanan yang paling lemah dan paling rentan.
Ketika kapal kandas di lepas pantai Malta, kata Paus, para prajurit berencana membunuh para tahanan untuk memastikan tidak ada yang melarikan diri, tetapi mereka dihentikan oleh seorang perwira yang ingin menyelamatkan Paul.
“Meskipun termasuk yang paling rentan, Paulus memberikan sesuatu yang penting bagi teman-teman seperjalanannya,” jelas Paus. “Sementara semua orang kehilangan harapan untuk selamat, Rasul itu membawa pesan harapan yang tak terduga.”
Paulus percaya kepada malaikat yang mengatakan kepadanya untuk tidak takut, kata Paus, dan kepercayaannya terbukti kuat ketika semua penumpang selamat dan di Malta mereka mengalami keramahan, kebaikan, dan kemanusiaan dari penduduk pulau itu.
Cerita dari Kisah Para Rasul ini, lanjut Paus, “juga berbicara tentang perjalanan ekumenis kita menuju persatuan yang diinginkan Allah.” Cerita itu, pertama-tama menceritakan bahwa “yang lemah dan rentan, yang hanya punya sedikit untuk diberikan secara material tetapi menemukan kekayaan mereka di dalam Tuhan, dapat menyampaikan pesan-pesan berharga untuk kebaikan semua orang.”
Paus mengajak yang hadir untuk memikirkan komunitas Kristen terkecil dan paling tidak penting dengan mengatakan, “kalau mereka mengalami Roh Kudus, kalau mereka digerakkan oleh kasih kepada Allah dan sesama, mereka miliki pesan untuk disampaikan kepada seluruh keluarga Kristen.”
Paus lalu meminta mereka berpikir tentang umat terpinggirkan dan dianiaya. “Seperti dalam kisah karam kapal Paulus, seringkali yang paling lemah yang membawa pesan keselamatan yang paling penting,” kata Paus seraya mengatakan Tuhan menyelamatkan kita “bukan dengan kekuatan dunia ini, tetapi dengan kelemahan salib.”
Sambil memperingatkan godaan agar tertarik oleh logika duniawi, Paus mendesak semua umat Kristen untuk mendengarkan yang kecil dan lemah, “karena Allah suka mengirim pesan-pesan-Nya melalui mereka yang paling mirip dengan Putra-Nya yang jadi manusia.”
Paus juga menjelaskan bahwa kisah dalam Kisah Para Rasul juga mengingatkan kita bahwa prioritas Allah adalah keselamatan semua orang. Keinginan Allah agar semua orang diselamatkan, kata Paus, “adalah ajakan untuk tidak mengabdikan diri secara eksklusif kepada komunitas-komunitas kita sendiri.”
Kalau kita mengatasi perpecahan, setiap pribadi bisa berkontribusi untuk keselamatan semua. “Di antara orang-orang Kristen juga, setiap komunitas memiliki karunia untuk diberikan kepada yang lain. Semakin kita melihat di atas kepentingan partisan dan mengatasi warisan masa lalu dalam keinginan untuk bergerak maju menuju tempat pendaratan bersama, semakin mudah kita mengenali, menyambut dan berbagi karunia-karunia ini,” kata Paus.
Kepada banyak wakil denominasi Kristen yang berkumpul bersama dia untuk menutup Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristen, Paus berkata: “Bersama, tanpa pernah lelah, mari kita terus berdoa dan memohon kepada Tuhan karunia persatuan penuh di antara kita sendiri.”(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan laporan Linda Bordoni/Vatican News)